GAZA (Berita SuaraMedia) – Musim panas telah tiba, sekolah libur, beralaskan karpet di masjid kota Gaza, Ala al-Ramalawi menarasikan isi kitab suci Al-Quran kepada sekelompok anak perempuan berusia 12 tahun. Bagi kebanyakan anak-anak Gaza, libur musim panas artinya berenang, jalan-jalan dengan menunggang kuda dan nyanyian-nyanyian merdu mengelilingi api unggun. Namun kebahagiaan tersebut terenggut sirna 2 tahun belakangan ini semenjak serangan Israel di wilayah Gaza, dan pasca perang Israel baru-baru ini di perbatasan tersebut. Pasca blokade yang dilakukan oleh Israel dan perang di perbatasan Gaza baru-baru ini, daerah perairan Gaza sepanjang 42 km menjadi terlalu kotor untuk dijadikan area berenang.
Hal ini direspon oleh WHO PBB yang memperingatkan pemerintah Gaza bahwa 10% dari total wilayah perairan Gaza adalah terlalu kotor untuk berenang dan memancing. Polusi ini terutama disebabkan oleh munculnya penyakit diare dan kulit. Dihadapkan dengan masalah kematian mendadak dan busung lapar pasca blokade dan serangan Israel di perbatasan ini,
lahirlah sebuah kesadaran di kalangan penduduk sekitar untuk menuntaskan masalah ini. "Tidak ada jalan lain bagi kita kecuali belajar dari kenyataan untuk lebih baik. Israel ingin kita tetap terpuruk dan miskin seperti ini selamanya," demikian ungkap Ramalawi, 16 tahun, yang mencoba menguatkan hatinya karena ajaran Islam semata. Pun demikian, dia bukan anggota Hamas.
Anwar Nasar, pimpinan sebuah pemukiman penduduk Islam, mengatakan bahwa mereka yang mendukung Hamas akan berusaha berjuang bersama dengan 60% pemuda di lingkungan tersebut untuk melawan Israel. Namun sesungguhnya,total seluruh pemuda yang ikut andil dalam momen perjuangan tersebut adalah lebih dari itu semenjak dua tahun lalu.
Semenjak Hamas pernah menguasai Gaza pada 15 Juni 2007, menyusul dukungan AS untuk Palestina, Mesir dan Israel yang anti AS menyegel Gaza dari semua hubunganya dengan negara-negara di seluruh dunia termasuk blokade bantuan yang akan diluncurkan ke Palestina.,melumpuhkan kehidupan perekonomianya, menambah daftar warga tak berpenghasilan/menganggur, dan juga menghancurkan tenda-tenda pemukiman mereka.
Yahudi Israel bersikeras bahwa blokade tersebut mutlak dan perlu dilakukan untuk mencegah kelompok Hamas untuk semena-mena sendiri, tapi sebenarnya penduduk Gaza sudah merasa terjajah karena dominasi Israel setelah kedatangan imigran gelap Israel yang seenaknya masuk ke wilayah mereka. Banyak kritikus di daratan Arab menyebut hal ini sebagai pekerjaan setan karena memang sangat kejam dan tidak manusiawi. Kelompok LSM yang tergabung dalam aksi damai melawan kekejaman Israel menyatakan bahwa hal ini adalah bentuk vonis kolektif terhadap lebih dari wilayah yang penduduknya sekitar 1,5 juta orang, yang mayoritas dari penduduknya sangat bergantung dengan bantuan dari luar sedangkan Israel sendiri telah memutuskan hubungan Palestina dengan negara-negara lain.
Kurangnya bahan bangunan untuk membangun perkampungan Palestina semakin membuat Gaza merasa tidak berdaya pasca serangan Israel di perbatasan tersebut selama 3 minggu yang menewaskan sekitar 1400 jiwa. "Semakin gencarnya serangan Israel berarti semakin banyak korban yang menderita, namun di sisi lain dapat melahirkan pemuda-pemudi Muslim yang berkeyakinan kuat bahwa suatu saat, atas keyakinannya pada nabi Muhammad dan kitabnya Al-Quran,
Palestina akan bebas dari Israel. Dan, hal inipun semakin menambah semangat mereka untuk belajar tentang Islam," demikian ungkap Nassar yang ikut memimpin dan melindungi kelompok ibu dan anak-anak Gaza.
"Lebih dari 20.000 pemuda-pemudi berusia antara 12-20 tahun akan ikut menghadiri perkemahan musim panas yang akan berlangsung 2 bulan tahun ini, dimana jumlah pesertanya melampaui 3.000 orang tahun lalu," demikian ungkap Nassar pula. "1.000 orang lainya akan menghadiri perkemahan yang sifatnya piknik/santai," demikian ucap Ayman Dalul, ketua kelompok perkemahan yang dinamakan Bangkitlah Gaza di Yerusalem! "Kami akan ajari mereka seni, renang, berkuda dan juga pelajaran sejarah. Ada juga perkemahan lain yang mengajarkan kepramukaan, teknologi, dan pelajaran komputer", ungkapnya juga. "Mengajarkan tentang ilmu Al-Quran adalah bagian penting dari agama", demikian ungkap Sheikh Hamza, seorang guru berusia 22 tahun, salah satu dari 1.200 orang guru di area perkemahan tersebut.
"Kalian harus menjadi generasi yang kuat dalam menghadapi musuh",tambahnya. Kegiatan seperti ini, yang mirip dengan masa-masa pelatihan kepemudaan tahun 1980 akan dapat benar-benar membentuk kepribadian muda-mudi agar berdikari dan kuat menghadapi musuh. Seorang warga Palestina, Umm Mohammed dengan senang mengikutkan ketiga putrinya mengikuti kegiatan tersebut yang acaranya digelar di lantai 2 masjid dekat rumahnya. Diharapkan apabila mereka sudah matang pasca pelatihan tersebut, mereka dapat menjadi kader-kader di pemerintahan Gaza untuk turut menyelesaikan kemelut persoalan bangsa. "Setiap sudut wilayah sudah dikepung, pusing kita menghadapinya. Kita harus kuat!" Demikian ungkap seorang pemudi. (id/meo) www.suaramedia.com