View Full Version
Kamis, 02 Jun 2011

Sistem Pendidikan Nabi Muhammad Bimbing Generasi Muda Kenya

WAJIR, KENYA (Berita SuaraMedia) – Dari jantung sebuah desa di kota Wajir, wilayah Kenya yang didominasi Muslim, suara para pelajar Al Quran bergema ke seluruh tempat.

"Sistem pendidikan Islam tradisional ini berasal dari jaman Nabi Muhammad S.A.W," ujar Moalim Nur Osman, pengajar, kepada Kantor Berita IslamOnline.

"Kami merasa sistem ini telah berhasil mencapai sebuah prestasi yang mengagumkan dalam membimbing generasi muda Muslim membentuk takdir mereka dan ambil bagian dalam penyebaran Islam."

Sekolah-sekolah Al Quran, terkenal dengan sebutan Dugsi, sebagian besar dibangun dengan struktur bongkar pasang dan para murid belajar dalam bentuk lingkaran.

Materi pembelajaran dibuat dari produk-produk yang telah tersedia. Arang misalnya dihancurkan sebagai tinta hitam untuk menulis.

"Selama bertahun-tahun Dugsi tetap beroperasi dengan cara yang sederhana yang menciptakan lingkungan yang antusias untuk menghafalkan Al Quran, yang merupakan dasar dari pendidikan Islam," ujar Osman.

"Membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk seorang anak dapat menghafalkan seluruh isi Al Quran, ini akan memenuhi kehidupan anak itu dan dia akan menjadi seorang yang relijius."

Sekolahnya telah memberikan pelajaran tentang dasar-dasar Islam selama 30 tahun.

"Yang sulit di sini adalah mempelajari Al Quran terlebih dahulu," ujar Ahmed Ali, 13, salah satu murid.

"Kami mendapat pelajaran Al Quran dua kali setiap hari.

Dugsi adalah landasan dari sistem pendidikan Islam yang telah tumbuh di banyak tempat di bagian timur laut Kenya yang didominasi oleh penduduk Somalia Sunni.

Sejarawan Islam mengatakan bahwa sekolah-sekolah seperti Dugsi itu telah ada di Timur Tengah dan Afrika sejak abad 7 M.

Sekolah itu memiliki akar sejarah yang dapat ditelusuri ke Arab dan praktik pendidikan Nabi Muhammad.

Dalam ketiadaan dana pemerintah untuk mendukung pendidikan Islam, komunitas Somalia di sana memegang peran penting dalam mendidik anak-anak mereka.

"Dugsi adalah cara informal yang paling dapat diandalkan untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat," ujar Sheikh Abdulwahab Sheikh Issack, pejabat di Dewan Imam dan Penceramah Kenya.

"Sekolah ini menawarkan akses murah ke pendidikan, terutama pendidikan Islam."

Meskipun memberikan pengajaran dasar Al Quran dan bahasa Arab, banyak yang mengakui sekolah-sekolah semacam ini sebagai sebuah elemen penting dalam mentransfer nilai dan sosialisasi Islam.

Mereka menyediakan pendidikan Islam bagi anak-anak dan mengisi peran sosial dan relijius dalam komunitas, serta bertindak sebagai agen perubahan.

"Tujuannya adalah untuk mengatasi kurangnya studi agama," ujar Osman.

Dan bahkan saat bentuk-bentuk baru pendifusian pengetahuan Islam memperoleh momentumnya beberapa tahun belakangan ini, termasuk madrasah-madrasah yang lebih formal, Dugsi masih bertahan.

"Kami mengantisipasi bahwa sistem Dugsi akan selalu ada," ujar Sheikh Mohamed Abdi, pengajar Dugsi lainnya.

Ia menyebutkan dukungan dari komunitas terhadap sekolah-sekolah tradisional dengan para pengajar Dugsi yang bekerja tanpa gaji samasekali atau terkadang mendapat upah yang sangat kecil dari tiap murid.

Tingginya jumlah penduduk Somalia yang dapat membaca dan menghafalkan seluruh isi Al Quran adalah bukti dari kesuksesan sekolah ini.

"Kami dapat mengatakan bahwa ini adalah berkat peran Dugsi karena semua anak dalam komunitas harus belajar di Dugsi, itu adalah tahap pertama dalam kehidupan setiap anak," ujar Sheikh Issack.

Bagi para murid, Dugsi adalah sebuah batu loncatan untuk memperdalam pengetahuan Islam dan memberikan mereka sebuah kesempatan untuk membentuk karir Islami mereka.

"Saya ingin menjadi Kadhi," ujar Mohamed Ali, 13 tahun.

"Saya harus mempelajari Al Quran, karena itulah saya harus mengikuti pelajaran Dugsi di sini." (rin/io) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version