View Full Version
Jum'at, 03 Jun 2011

"Muslim Suffragettes" Gebrak Tradisi Masjid Skotlandia

GLASGOW (Berita SuaraMedia) – Para wanita Muslim meluncurkan sebuah kampanye untuk memenangkan pemungutan suara di Masjid terbesar Skotlandia.

Sekelompok pelajar, banyak dari mereka yang berusia di bawah 20 tahun, mengatakan bahwa mereka dilarang ambil bagian dalam pemilihan karena pendaftaran bagi kaum wanita untuk menjadi anggota pemilihan ditolak.

Dengan nama "Muslim Suffragettes" (wanita yang menuntut hak memilih untuk kaumnya), kelompok ini meyakini bahwa Masjid Pusat Glasgow, tempat ibadah terbesar di Skotlandia, telah melanggar konstitusinya, peraturan amal, dan hukum diskriminasinya sendiri.

Masjid yang mampu menampung hingga 2.500 jamaah ini tidak memiliki anggota wanita namun mengijinkan mereka untuk beribadah dan berwudhu di area yang terpisah.

Nazia Iqbal, 19, seorang mahasiswa farmasi di Universitas Strathclyde, akhir pekan ini mengirim surat ke Kantor Regulator Amal Skotlandia (OSCR) menanyakan apakah Masjid itu telah melemahkan status amalnya dengan menolak untuk menerima aplikasinya menjadi seorang anggota.

Iqbal mengatakan, "Saya terkejut ketika ditolak. Saya merasa ini salah bahwa seorang komite memutuskan seorang wanita tidak dapat menjadi anggota."

Kampanye Untuk Hak Memilih Kaum Wanita di Masjid Kita mengklaim bahwa tidak tercantum di dalam Al Quran yang mengatakan kaum wanita tidak boleh memainkan peran penuh di tempat ibadah. Beberapa Masjid di AS dan Inggris mengijinkan kaum wanita menjadi anggota pemilihan.

Seorang juru bicara OSCR mengatakan bahwa keluhan dari Iqbal akan dipertimbangkan, sementara presiden Masjid Bashir Maan berjanji akan memeriksa mengapa aplikasi dari kaum wanita ditolak.

Di antara para jamaah tersebar pembicaraan bahwa Iqbal dan kelompoknya dapat mengubah tradisi yang telah berjalan selama puluhan tahun. Wanita selalu diperbolehkan untuk beribadah di area terpisah di Masjid yang dibuka tahun 1983 ini, namun Masjid Pusat Glasgow dikelola oleh sekelompok pria tua, yang kebanyakan lahir di Pakistan, menggunakan sistem manajemen khusus pria yang diadopsi dari negara asal mereka.

Gerakan yang dilakukan oleh Iqbal dan teman-temannya melalui kampanye tersebut tiba-tiba menantang model manajemen itu. Para wanita muda itu tidak kehilangan keyakinannya. Mereka hanya ingin menghapus diskriminasi sikap terhadap kaum wanita yang mereka yakini lebih bersifat kultural, bukan relijius.

"Di negara ini kaum wanita telah memiliki hak pilih selama hampir 100 tahun," ujar Iqbal. "Saya adalah seorang Muslim. Saya tahu bahwa Islam telah membebaskan kaum wanita ketika agama ini datang 1.400 tahun yang lalu. Saya tidak tahu mengapa Masjid ini masih terperangkap di masa lalu."

"Diperbolehkannya kaum wanita memilih di Masjid akan membuat perbedaan besar, itu akan menjadi sebuah kesempatan untuk mengubah persepsi banyak orang tentang Islam."

Rekan  Iqbal, Nazia Hanif, meyakini bahwa ia dan teman-temannya memiliki dasar teologi yang kuat. "Islam tidak memiliki ruang untuk segala bentuk diskriminasi," ujarnya. "Satu-satunya cara Allah membedakan kita adalah dari tingkat ketaqwaan, bukan warna kulit, gender, usia, atau yang lainnya."

"Islam banyak memberikan kebebasan pada kaum wanita, dan saya rasa ada banyak kesalahpahaman tentang Islam dan wanita."

Solusi dari Hanif adalah dengan memiliki lebih banyak wanita yang menjadi perwakilan agama Islam.

Para wanita ini meyakini bahwa Masjid lebih dari sekedar tempat ibadah. Itu adalah tempat bagi komunitas Muslim untuk berkumpul. Kaum wanita, menurut mereka, dapat membantu merubah institusi yang, terlepas dari ukurannya yang besar, memainkan peran kecil dalam kehidupan publik Skotlandia menjadi fokus utama bagi keyakinan dan komunitas mereka. (rin/sm) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version