View Full Version
Senin, 27 Jun 2011

Wanita Muslim Dalam Partai Kristen Hebohkan Pemilu Belgia!

BRUSEL (Berita SuaraMedia) - Seorang wanita muslim muda berkerudung telah bergabung dengan Partai Demokrat Kristen di Brussels untuk menjadi yang pertama dan satu-satunya Muslim wanita berkerudung di sebuah partai politik Kristen dengan kemungkinan masuk parlemen.

Mahinur Özdemir, yang berlatar belakang Turki, berkata dia menemukan beberapa idealismenya dalam dasar-dasar Partai Kristen Demokrat.

"Saya percaya pada nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai kepercayaan agama orang, dan saya menemukan Christian Democratic Party mempunyai platform seperti itu," ujar Özdemir yang dilansir dari Al Arabiya, saat beristirahat setelah membagikan pamflet pencalonannya ke pejalan kaki di pasar.

Potret wanita muda ini telah menarik perhatian beberapa orang, kebanyakan orang asing yang mengunjungi misa di Saint-Josse dan Schaerbeek, di mana Özdemir menjadi dewan kota.

Membangun dukungan dari warga Belgia asal Turki, wanita 27 tahun yang lulus dalam Administrasi Publik dari Université Libre de Bruxelles ini berharap memenangkan kursi. Untuk komunal (kota) pada tahun 2006, telah menerima sejumlah besar suara, di Belgia, pemilih dapat memilih baik berdasarkan partainya, atau menyesuaikan pilihan mereka dengan memilih kandidat calon yang ada pada daftar partai.

Meskipun dia aktif dalam politik dan berbicara bahasa Perancis dengan baik, kehadiran Özdemir dalam kancah politik telah menyuarakan keprihatinan atas keberhasilannya di masa depan.

Safiya Bourfah, calon dari Partai Sosialis, menyatakan keprihatinan atas masa depan calon anggota parlemen yang memakai hijab di dalam parlemen. "Jika calon berkerudung menang, saya takut dia akan akan menghadapi tantangan-tantangan lainnya karena ia diharapkan untuk mewakili semua segmen masyarakat dan tidak semua orang Belgia akan menyetujuinya," ujar Bourfah kepada Al Arabiya.

Namun perdebatan mengenai calon berkerudung menunjukan untuk perubahan komposisi identitas Kristen Eropa yang tidak lagi hanya "Kristen".

Özdemir mengatakan memakai kerudung dalam Islam merupakan sesuatu yang tidak menghalangi aktivitas politiknya dan tidak boleh dijadikan sebuah kontroversi. "Saya mengerudungi rambut saya, tetapi saya tidak mengerudungi pikiran saya dan saya menasihatkan untuk orang-orang yang mengkritik hijab saya untuk pergi ke dokter mata karena mata mereka yang dikerudungi oleh prasangka," kata Özdemir.

Sementara itu, tampaknya partai yang didukung oleh Özdemir mencoba untuk menyembunyikan kerudung yang dipakai oleh Özdemir dalam pamfletnya. Namun, partai tersebut menyangkal bahwa bukan mereka yang meminta untuk menyembunyikan kerudung Özdemir. Mereka menyalahkan pembuat pamflet tersebut.

Özdemir pada mulanya terkejut dan merasa tersinggung atas hal tersebut, namun, kemudian setelah berbicara kepada penerbit pamflet itu, mengetahui bahwa hal tersebut bukanlah kesalahan partainya.

Akan tetapi, menurut radio Belgia, RTBF, ini bukanlah pertama kalinya Partai Kristen Demokrat mencoba menyembunyikan kerudung yang dipakai Özdemir. Pada tahun 2009, hal serupa juga terjadi.

Lahir di Brussels dari keluarga pedagang Turki, yang ayahnya (Hasan Özdemir) juga terlibat dalam politik, Özdemir mempelajari bahasa latin, sains, dan matematika di Institut des Dames de Marie di Saint-Josse, "Saya ingin belajar hukum, saya ingin menjadi pengacara, tetapi saya tidak pernah melakukan itu ketika saya mengetahui bahwa diharuskan untuk melepas kerudung. Saya tidak bisa melakukan itu."

Itulah awal wanita yang memakai kerudung sejak berusia 14 tahun tersebut belajar ilmu politik di ULB. Özdemir pada tahun 2004 akhirnya memutuskan untuk memulai dalam bidang politik di tingkat lokal, "untuk menjadi warga negara yang aktif. Baik dalam hidup atau dalam politik, saya harus berjanji untuk mengubah hal-hal dalam hidup dan saya telah memutuskan untuk bertindak."

Mempresentasikan diri sebagai "satu-satunya wakil dari Belgia yang memakai kerudung, Mahinur Özdemir mengkonfirmasikan, jika terpilih, ia akan bersumpah akan terus memakai kerudung" terutama karena tidak adanya larangan hukum mengenai itu di Parlemen Brussels.

"Memakai kerudung yang merupakan bagian dari identitas seseorang dan Özdemir adalah simbol wanita Muslim bebas dengan visi politik," Lubna Zaytuni, seorang pelajar Perancis di Brussels, menyatakan kepada Al Arabiya. (iw/ala/iie/lm/pl) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version