Ketiga: Iman Sebagai Syarat Sah dan Diterimanya Ibadah
Kita beriman bahwa iman adalah syarat sah dan diterimanya segala macam ibadah. Sedangkan syirik dan kufur akan membatalkan seluruh amal ketaatan. Sebagaimana shalat tidak diterima tanpa wudlu’, maka ibadah tidak akan diterima kalau tanpa iman.
- Allah Ta’ala berfirman (QS. An-Nahl: 97)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Jadi iman dan amal shaleh menjadi syarat untuk memperoleh kehidupan yang baik dan pahala yang lebih baik.
- Allah Ta’ala berfirman (QS. An-Nisa’: 124)
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.”
Iman dan amal shalih menjadi syarat masuk surga.
- Allah Ta’ala berfirman (QS. Thaha: 112)
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا
“Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang shaleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.”
Iman dan amal shalih menjadi syarat mendapatkan keamanan pada hari kiamat.
- Allah Ta’ala berfirman (QS. Al-Isra’: 19)
وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.”
Iman, keinginan mendapatkan kehidupan akhirat, dan usaha kesana adalah syarat diterima dan dibalasnya usaha ini.
- Allah Ta’ala berfirman (QS. Al-Anbiya’: 94)
فَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ
“Maka barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya.”
Iman dan amal shaleh adalah syarat dibalasnya suatu usaha dan syarat untuk mendapatkan ganjaran di akherat kelak.
- Allah Ta’ala menjelaskan bahwa syirik adalah penghapus seluruh amal, Dia berfirman (QS. az-Zumar: 65-66)
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur".”
- Allah Ta’ala berfirman tentang para nabi dan rasul-Nya, (QS. Al-An’am: 88)
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
- Allah Ta’ala berfirman tentang amal baik orang kafir, (QS. Al-Furqan: 23)
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.”
- Allah Ta’ala manjelaskan bahwa mati di atas kemurtadan menghapuskan seluruh amal shalih di dunia dan akhirat, dan mengakibatkan kekal di dalam Neraka. Dia berfirman (QS. Al-Baqarah: 217)
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
- Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menetapkan tauhid pada urutan pertama dari dakwah Islam ketika mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman, yaitu: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab. Oleh karena itu, jadikanlah prioritas dakwahmu kepada mereka syahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan apabila mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam…..” (HR. Muslim)