JAKARTA (voa-islam.com) - British Petroleum (BP) terpaksa melakukan pengurangan pegawai di Aberdeen karena harga minyak dunia yang terus merosot tajam. Sejak Juni 2014 harga minyak dunia anjlok hingga $ 48 per barel atau sekitar 60% dari harga biasanya. BP memprediksi bahwa harga ini akan bertahan hingga dua atau tiga tahun ke depan. Prediksi BP ini diperhitungkan oleh banyak pihak karena cukup memegang peran penting dalam investasi.
Beberapa rencana harus ditelaah ulang atas nama penundaan investasi. Rencana yang lain bahkan harus disusun ulang karena pemanfaatan tambang minyak yang sudah tua membutuhkan biaya yang tidak murah mengingat harga minyak yang terjun bebas akhir-akhir ini.
Keberadaan Aberdeen penting bagi BP dengan pekerja sejumlah 4000 orang. Tidak ada rencana untuk mengurangi jumlah ini bahkan rencananya BP akan investasi di lahan tambang lepas pantai Greater Clair and Quad 204. Sehingga ketika ada pengurangan pegawai beberapa ratus saja maka reputasi Aberdeen sebagai kota industri akan langsung disorot karena dianggap mengalami resesi parah.
Pukulan telak dialami oleh para pemegang saham di perusahaan di wilayah Laut Utara ketika biaya produksi meningkat. Keuntungan mereka akan berkurang bila harga minyak dunia tidak segera naik lagi.
Alasan lain mengapa BP memprediksi harga minyak dalam kisaran $ 50 - $ 60 per barel beberapa tahun ke depan yaitu diyakini bahwa Saudi, Emirat Arab dan Kuwait berusaha mengambil alih pasar dari dominasi Amerika yang sekarang ini sedang di atas angin karena produksi gas shale.
Ini berarti negara2 jazirah Arab harus menjaga produksi minyak agar tetap tinggi sehingga harganya makin turun untuk menyingkirkan kartel dari industri minyak serpih/shale. Selain juga untuk membuat bangkrut para frackers (orang yang melakukan fracking utk mendapatkan minyak shale) yang telah memboroskan uang dengan cara meminjam sejumlah dana untuk membiayai investasi mereka.
Kondisi ini tidak hanya akan membangkrutkan Frackers Amerika, tapi juga bank-bank dan kreditor yang memberi pinjaman uang kepada perusahaan shale Amerika ini. Hanya dengan cara itulah Saudi cukup merasa percaya diri untuk bangkit dan meraih kekuasaan pasar.
Dan seperti yang telah bisa diprediksi bahwa Saudi sengaja membuat harga minyak dunia jatuh dengan tujuan untuk melemahkan musuhnya yaitu Iran dan Islamic State atau Negara Islam. Bila harga minyak jatuh maka pasokan dana terhadap kedua negara ini akan berkurang. Pada saat yang sama Saudi juga bisa memukul Rusia yang memberi andil dukungan terhadap Syria.
Meskipun harga industri gas shale Amerika sedang terpuruk, harga terendahnya masih bisa menjadi penopang pemulihan ekonomi Amerika. Gedung Putih tak perlu khawatir lagi Rusia dan Venezuela berada dalam keterpurukan ekonomi yang serius.
Jika prediksi BP benar maka banyak perusahaan penghasil minyak yang harus mengurangi (produksi minyaknya) dari lahan minyak yang sudah tua dan butuh biaya mahal itu. Khususnya perusahaan Eropa karena adanya aturan yang berkaitan dengan hal tersebut.
Pada faktanya kerugian BP tidak begitu diekspos karena BP menjual minyak dengan harga $ 45 beberapa tahun terakhir ini untuk membayar tagihan akibat tumpahnya minyak di Teluk Meksiko.
Bagaimanapun BP bukannya tak terpengaruh dengan adanya gonjang-ganjing harga minyak dunia ini. Saat ini tugasnya adalah fokus di Inggris dulu. Hal ini tak berlangsung lama hingga BP mengumumkan adanya pengurangan staf di Houston, salah satu tempat penting bagi BP.
Yang kita saksikan sekarang ini adalah perubahan secara masif di perusahaan dan kekuatan ekonomi, dari mulai produsen ke konsumen dengan negara-negara penghasil minyak sebagaimana Norwegia dan Cina dengan produksi massalnya. Kedua negara ini merasa diuntungkan dengan jatuhnya harga minyak dunia karena itu artinya semakin lancarnya upaya untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi yang menimpa negaranya.
----------
Catatan: Oil shale merupakan batuan sedimen yang mengandung material organik. Dengan teknologi baru, serpihan-serpihan minyak dan gas alam diekstrak setelah air, pasir, dan zat-zat kimia dipompa ke bawah tanah pada tekanan tinggi agar batu-batu terpecah. Proses ini umumnya disebut sebagai teknologi Hydraulic Fracturing atau lebih dikenal dengan “fracking.” Orang-orang yang bergerak di bidang ini disebut Fracker.
Diperkirakan di Amerika Utara saja terdapat sekitar 1.000 triliun kaki kubik shale gas yang cukup untuk memasok gas alam untuk USA selama 50 tahun atau lebih. Analisa terakhir juga menunjukkan bahwa shale gas bisa menyediakan hingga setengah pasokan gas USA pada tahun 2020. (riafariana/voa-islam.com)
Sumber: bbc.com