JAKARTA (voa-islam.com)—Munculnya fenomena ojek online, seperti Go Jek, Grab Bike, Blue Jek dan lain sebagainya dianggap beberapa kalangan adalah kesuksesan ekonomi kreatif.
Namun, pendapat berbeda ditunjukan Heppy Trenggono, Presiden Indonesia Islamic Business Forum (IIBF).
“Go Jek itu bukan ekonomi kreatif, Go Jek itu kapitalis murni,” ujar Heppy kepada voa-islam di Balimuda Center, Mampang Perapatan XIV, Jakarta Selatan, Kamis (19/11/2015) sore.
Heppy beralasan, karena ada pemilik modal yang mensubsidi. Dan itu akan memainkan harga, sehingga cenderung akan merugikan ojek-ojek pangkalan.
“Kalau Anda lihat ini, Go Jek mencari duit itu tidak melalui transaksi, melainkan disubsidi. Siapa yang mau naek ojek pangkalan yang lima puluh ribu? Sedangkan Go Jek disubsidi hanya bayar sepuluh ribu,” kata Heppy.
Bahkan menurut Heppy, bukan hanya ojek pangkalan yang mendapat dampak buruk, namun supir Taksi pun mengalami hal yang sama.
“Bahkan tukang taksi pun kena imbasnya. Itu hampir tidak dapat penumpang,” kata Heppy, pengusaha berbagai bidang ini.
Selanjutnya, Heppy menjelaskan sistem dan rencana kerja yang dilakukan ojek online melalui penjualan saham. Dan Heppy memastikan bahwa pembeli saham adalah dari pihak asing.
“Ujung ceritanya, yang dilakukan itu melepas saham ke capital market. Nah, kita duga siapa yang mau investasi triliunan. Kemungkinannnya asing. Anda bisa bayangkan urusan ojek saja dikuasai asing,” jelas Heppy. *[Nizar/Syaf/voa-islam.com]