JAKARTA (voa-islam.com)- Teknologi selalu ada hubungannya dengan kapasitas sebuah bangsa. Maka tidak ada ceritanya jika teknologi ditransfer begitu saja ke negara lain.
Apa keunggulan Cina dalam posisi ini? Ini perbandingan perkeretaapian dengan penerbangan. Dari Hongkong ke Changsha. Hongkong ke Wonhen. Hongkong ke Beijing dan seterusnya dibanding dengan dua: biaya dan kecepatan,” ucapnya mulai bercerita.
Saya, katanya, kebetulan pernah menikmati Beijing-Shanghai. Naik Sinkansen. Kecepatan asalnya 380 KM/jam. Naik itu kita dilarang makan dan minum. Dan paling menarik itu adalah isinya masyarakat kelas menengah-atas. Kalau pakai penerbangan, airport to airport, antara Beijing-Shanghai, 2 jam.
“Tapi Anda mesti hitung juga, misal check in dan sebagainya. Ringkasnya, saya ada pembandingnya, lebih worthed naik kereta api. Dengan harga yang Anda bisa lihat, murah dia. Pertanyaan pokok? Bisa gak Cina begitu di sini, Indonesia? Gak bisa,” katanya.
Karena kata dia, yang namanya investasi dari 5,7 milyar naik menjadi 6,01 milyar, perlu dipertanyakan apa urusannya. Dibanding dengan Maroko lebih mahal. Dibanding dengan Amerika lebih mahal. Di sini harus berpikir.
“Kalau tadi mas Bintang bilang ada kaitannya ekonominya, saya sebetulnya bisa melihat dari kerangka politiknya. Ini penting. Mengapa? Kalau menurut perkeretaapian, ini kemahalan.
Cina untuk bangun negerinya memang begitu tapi untuk negeri lain diturunkan grade-nya. Itu problemnya,” katanya lagi.
(Robi/voa-islam.com)