Alhamdulillah Robbil ‘alamin washolaatu wassalaamu ‘alaa Rasulillah wa ‘alaa aalihi wa shohbihi ajma’in wa ba’du :
Akhi fillah sesungguhnya Allah Ta’alaa telah Berjanji akan selalu menjaga kitabNya Al Quran dari tahrif dan perubahan sehingga menjadi satu-satunya kitab yang kekal hingga akhir zaman sebagaimana firmanNya :
إنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (9)
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.(QS Al Hijr : 9).
Walaupun musuh-musuh islam dari kalangan kaum Orientalis maupun yang lain telah berusaha untuk melontarkan kritikan-kritikan yang menimbulkan keraguan terhadap Al Quran namun karena janji Allah Ta’alaa Al Quran tetap terjaga dan terpelihara melalui para ulama yang sholih dan ikhlas berjuang demi Al Quran.
Diantara bentuk syubhat yang dilontarkan mereka adalah :
Bahwasanya bentuk bacaan Al Quran yang bermacam-macam bukankah itu menunjukkan perselisihan dalam Al Quran, dan itu adalah sejenis perubahan ?
Qiroat (bentuk bacaan) Al Quran merupakan istilah khusus yang berbeda dengan makna qiroat secara umumnya : yakni qiroat atau bacaan apapun yang tertulis, baik itu lembaran maupun kitab.
Sedangkan makna qiroat Al Quran secara khusus adalah :
“ perbedaan lafazh-lafazh wahyu dalam huruf-hurufnya atau cara membacanya dengan atau tanpa tasydid dan lain-lainnya ( Al Burhan Fii Ulumil Quran 1/318).
Sebagian yang lain mendefinisikannya :
“ Al Qiroat : mengucapkan lafazh-lafzh Al Quran sebagaimana diucapkan oleh Nabi shallawahu ‘alaihi wasallam …”(Qiroat Quraniyah sejarah dan definisinya).
Yang perlu dipahami dengan benar adalah bahwa Qiroat Al Quran wahyu dari Allah Ta’alaa, maka termasuk kedalam Al Quran bukan diluarNya.
Sebagaimana misalnya :
Firman Allah Ta’alaa :
(لقد جاءكم رسول من أنْفُسِكُمْ )
Dengan melafazhkannya “ anfusikum”, yaitu kata jamak dari “ nafsun” yang artinya :diri atau jiwa, jadi maknanya : “sungguh telah dating kepada kalian seorang Rasul yang tidak asing bagi kalian, kalian mengenalnya sebagaimana kalian mengenal diri kalian sendiri karena berasal dari kalian secara nasab, kelahiran, pertumbuhan, lingkungan, dan bahasa”. Ini adalah bacaan Hafs dari ‘Ashim, yang merupakan bacaan umum yang tertulis dalam mushaf dimasa khilafah Utsman bin Affan radhiallahu anhu.
Dan selain ‘Ashim membacanya :
" لقد جاءكم رسول من أَنْفَسِكُمْ "
Yaitu dengan melafazhkannya “ anfasikum” yang maknanya : sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul yang paling suci diantara kalian.
Kita perhatikan bahwa ayat tersebut dibaca dengan dua macam bacaan, dan itulah makna Qiroat Al Quran.
Yang harus kita pahami dengan benar sehingga kita bisa membantah syubhat mereka bahwa Qiroat Al Quran tidak mencakup seluruh kata-kata Al Quran, hanya satu atau beberapa kalimat saja sebagaimana kita lihat dalam ayat diatas hanya dalam satu kata saja tidak seluruh kalimatnya.
Sebagaimana bahwa kebanyakan ayat tidak memiliki bacaan-bacaan yang lain.
Dan contoh yang lain, firman Allah Ta’alaa :
قوله تعالى: " مالك يوم الدين "
Dimana dalam kata “ maliki “ ada dua bacaan :
Yang pertama : sebagian membacanya “ Maaliki “ dengan memanjangkan huruf Miim, yang artinya qadhi atau hakim yang Mengurusi segala urusan hari kiamat. Ini adalah bacaan Hafsh dan lainnya.
Adapun sebagian membacanya “ maliki “ dengan memendekkan huruf Miim yang maknanya lebih luas dari yang pertama yakni : “ Yang ditanganNya perintah dan larangan dan urusan segala sesuatu yang Nampak maupun yang tersembunyi.
Dan kedua makna diatas layak bagi Allah Ta’alaa karena merupakan pujian yang baik bagiNya.
Jadi karena kata diatas memiliki kemungkinan dua bacaan maka ditulis dalam mushaf
" ملك " dengan menghapus Alif sehingga bisa dibaca dengan dua qiroah.
Kesimpulan yang bisa diambil adalah :
- Bahwa Qiroat Al Quran merupakan wahyu dari Allah Ta’alaa bukan perbuatan Rasulullah shallawhu ‘alaihi wasallam pribadi, sahabat, tabi’in maupun para imam Qiroat Al Quran.
- Bahwa Qiroat tersebut tidak mencakup seluruh kata-kata dalam Al Quran, hanya beberapa kata saja yang memiliki qiroat yang lebih dari satu, dan para ulama telah menjelaskan bentuk bacaan tersebut.
- Bahwa bermacam Qiroat Al Quran tidak mengakibatkan kekurangan dalam ayat Al Quran, dan kalam Allah yang diturunkan kepada RasulNya shallawahu ‘alaihi wasallam.
Meskipun demikian musuh-musuh islam menjadikanya sebagai sasaran untuk mencela islam dan Al Quran, mereka mengatakan : kalian wahai orang islam menuduh dua kitab suci kami yakni Taurat dan Injil sebagai kitab yang telah dirubah, sedangkan kitab suci kalian ( Al Quran) penuh juga dengan perubahan dan tahrif yang kalian sebut sebagai Qiroat.
Sebagaimana yang dilontarkan oleh Orientalis Yahudi Jolad Zehir ketika mengeluarkan beberapa Qiroat Al Quran dengan mengatakannya sebagai khayalan-khayalan ulama muslimin, apalagi ketika pada permulaannya tulisan Al Quran tidak ada titik-titiknya maupun tanda bacanya, katanya ini membuat kata Al Quran bisa dibaca dengan beberapa bacaan seperti kata : “ تقولون” bisa juga dibaca “ يقولون “ apalagi kalai tidak ada tanda bacanya.
Inilah manhajnya untuk mengeluarkan Qiroat Al Quran dari wahyu Allah Ta’alaa menjadi khayalan yang sebabnya kurangnya tulisan arab yang ada pada mushaf dari titik dan tanda baca.
Bantahan terhadap syubhat ini :
Bahwa Allah Ta’alaa telah berjanji menjaga Al Quran dizaman Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam, dan sesudah wafatnya dengan cara talaqqi Al Quran melalui mendengarkan suara.
- Pendengaran suara dari Jibril oleh Muhammad shallawahu ‘alaihi wasallam
- Pendengaran suara dari Rasul shallawahu ‘alaihi wasallam oleh para penulis wahyu pertama kali selanjutnya kepada orang awam.
- Pendengaran suara samapai sekarang dari para penghapal Al Quran yang ahli kepada mereka yang belajar melaluinya.
inilah yang sebenarnya terjadi semenjak turunnya Al Quran samapai saat ini, bukan berupa tulisan yang ada dalam mushaf.
Dengan begitu terbantah sudah syubhat si orientalis tadi, seandainya kaum muslimin mengambil Al Quran melalui tulisan tentunya ada kemungkinan benarnya syubhat tadi.
Ini karena adanya beberapa bentuk Qiroat para ulama telah meletakkan kaidah-kaidah yang kokoh untuk menerima berbagai Qiroat:
1- Benarnya sanad, yang menguatkan pendengaran suara dari Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam.
2- Bacaan tersebut sesuai dengan tulisan mushaf yang mulia yang telah disepakati oleh umat dimasa khilafah Utsman radhiallau anhu, dimana tulisan mushaf Utsman merupakan sunah Nabi sebagaimana didikte oleh Beliau tanpa adanya perubahan.
3- Hendaklah bacaan tersebut sesuai dengan susunan ungkapan bahasa arab, karena Allah menurunkannya dengan bahasa arab yang nyata.
4- Makna bacaan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam yang umum dan tujuan-tujuan syariat.
Apabila tidak terpenuhi syarat ini maka tidak dikatakan sebagai qiroat yang muktamad tapi sebagai qiroat yang syadz (ganjil) atau batil.
Apabila sebagian kaum orientalis melontarkan syubhat yang mendiskreditkan Al Quran, namu ada juga diantara mereka yang memujinya : ada seorang dari mereka yang mengatakan :
“ sesungguhnya Al Quran pada hari ini adalah satu-satunya kitab Robb yang ada, yang tidak ada perubahan apapun “.
Maha Suci Allah Yang Telah Menjaga KitabNya.