View Full Version
Ahad, 04 Oct 2009

Ada Apa Dengan Ahmadinejad dan Muntahar al Zaidi? (2)

Meskipun Ahmadinejad dan Muntahar al Zaidi bersikap keras kepada AS dan Zionis Israel Laknatullah, nasib mereka tidak akan seburuk kaum Sunni jika melakukan hal yang sama. Lho?

Ada apa dengan mereka?

Ahmadinejad berulangkali menyerang secara lisan tentang wacana penghapusan Israel dari peta dunia, lalu beberapa pekan yang lalu di Sidang Umum PBB di New York pun kembali mengecam ketidakadilan Israel dengan AS. 

Iran pun tak dibombardir habis-habisan meski memiliki pembangkit listrik yang digerakkan tenaga nuklir dan memiliki lokasi pengayaan uranium bagi pengembangan nuklir untuk tujuan damai, katanya.

Ahmadinejad berulangkali menyerang secara lisan tentang wacana penghapusan Israel dari peta dunia

Begitupun dengan upaya penghinaan terhadap presiden AS kala itu, George W Bush, yang dilempar sepatu oleh Muntahar al Zaidi, wartawan Irak, namun hanya dihukum 1 tahun saja dari masa tahanan yang harus dijalani 3 tahun. Kemudian ketika dibebaskan, Al Zaidi didaulat menjadi 'simbol' heroisme Irak saat ini.

Dari kedua contoh besar diatas, AS maupun sekutunya tak bergeming dengan ulah mereka dan bahkan menganggapnya sebagai 'angin lalu' saja lantaran 'tuan' mereka seakan-akan tak merestui tindakan penyerangan secara fisik kepada warga negara dari dua negara yang bersebelahan tersebut, Iran dan Irak.

Pertanyaannya adalah bagaimana hal ini bisa terjadi?

Keyword yang pertama adalah Syiah. Syiah akan menguraikan benang kusut atas konspirasi tingkat tinggi yang dimainkan anak keturunan dan sekutu seperjuangan yahudi (semoga Allah melaknatnya)

Baca juga : Kemesraan Ahmadinejad dengan Rabbi Yahudi

Apa gerangan yang terjadi jika pemimpin dan seorang warga negara sebuah negara dengan penduduk muslim sunni melakukan tindakan serupa dengan Ahmadinejad yang dengan lantang mengutuk kebiadaban Israel.

Contoh saja, beberapa ulama Saudi dipenjara lantaran meneriakkan imperialisme dan zionisme yang menguasai banyak negeri muslim seperti di Palestina, Irak, Chechnya maupun Afghanistan. Kalau ulama saja dipenjara, apalagi kita sebagai rakyat biasa? Para ulama akan menjalani deradikalisasi ala Amerika dan tidak boleh menyebut Amerika lagi jika ingin dibebaskan dari penjara.

Sangat Ironis, umat Islam tidak diperbolehkan membela saudaranya sendiri, mereka memutus tali silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah lantaran konspirasi global untuk memperkecil persatuan umat Islam yang dianggap membahayakan AS dan Raja Syetan Zionis Israel Sang pembunuh para nabi.

Ahmadinejad ternyata keturunan Yahudi

Detik.com hari Minggu, 4 Oktober 2009 melaporkan, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ternyata keturunan Yahudii yang sudah masuk Islam. Nama keluarganya yang asli adalah Sabourjian, nama Yahudi yang artinya 'Penenun Kain'.

Asal-usul itu terungkap dari foto hasil jepretan staf kepresidenan saat Ahmadinejad berpose mengangkat paspornya pada pemilu Maret lalu.

"Close up dari paspor itu mengungkap dia sebelumnya dikenal sebagai Sabourijan," demikian dikutip detikcom dari The Daily Telegraph edisi Sabtu (3/10/2009).

Catatan singkat yang tertera pada paspor itu menunjukkan bahwa keluarga Sabourjian diduga mengubah namanya menjadi Ahmadinejad ketika mereka memeluk Islam setelah kelahiran Mahmoud, kini presiden.

Sabourjian secara tradisi adalah nama keluarga Yahudi dari sekitar Aradan, tempat kelahiran Mahmoud Ahmadinejad, sebelah tenggara ibukota Teheran. Nama ini berasal dari frasa "Penenun dari Sabour", merujuk pada syal atau selendang Yahudi Tallit di Persia.

Nama Sabourjian juga terdapat dalam daftar nama yang dilestarikan, dikompilasi oleh Departemen Dalam Negeri Iran.

Seorang ahli mengenai Yahudi Iran mengatakan di London bahwa akhiran 'jian' pada nama itu secara khusus menunjukkan bahwa keluarga orangtua Mahmoud dahulu adalah Yahudi taat.

"Dia mengubah namanya atas alasan-alasan agama. Sabourjian adalah nama Yahudi yang terkenal di Iran," ujar ahli, yang juga Yahudi kelahiran Iran dan menetap di London.

Jurubicara kedubes Israel Ron Gidor di London mengatakan bahwa hal itu tidak bisa dikaitkan dengan latarbelakang Ahmadinejad. "Itu bukan sesuatu yang perlu kita bicarakan," ujar Gidor.

"Aspek latarbelakang Ahmadinejad ini menjelaskan banyak hal tentang dia. Setiap keluarga yang beralih ke keyakinan lain mengambil identitas baru dengan mengecam keyakinan lamanya," kata Ali Nourizadeh dari Centre for Arab and Iranian Studies, merujuk sikap tegas Ahmadinejad terhadap Israel.

Sebelumnya harian Trouw di Belanda juga mengungkap eksistensi orang-orang Yahudi di negara-negara Timur Tengah. Mereka mendapat perlindungan berabad-abad, dengan puncaknya saat perburuan dan pengusiran Yahudi dari Spanyol.

Di Maroko bahkan orang-orang Yahudi menjadi penasehat kerajaan hingga sekarang dan warga Yahudi biasa hidup damai bertetangga dengan umat Islam. Keadaan menjadi serba salah dan meruncing mulai tahun 1948 setelah gerakan Zionisme memproklamirkan negara Israel di Palestina. Kaum Yahudi Ortodoks tidak mengakui negara Israel yang dicetuskan kaum Zionis ini.

Yahudi dan Syiah, Layaknya Bapak dan Anak

1. Prakarsa Seorang Yahudi Menelurkan Syiah
Orang-orang Yahudi adalah yang pertama kali menebarkan racun di dalam agama Islam untuk memalingkan
putra-putra Islam dari agama dan akidah yang lurus. Dan adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi gembong munafik yang menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keislaman. Dia geram melihat Islam tersiar dan tersebar di jazirah Arab, di Imperium Romawi, negeri-negeri Persia sampai ke Afrika dan masuk jauh di Asia, bahkan sampai berkibar di perbatasan-perbatasan Eropa.

Ibnu Saba’ ingin menghadang langkah Islam supaya tidak mendunia. Karenanya, ia merencanakan makar bersama Yahudi San’a (Yaman) untuk mengacaukan Islam dan ummatnya. Mereka menyebarkan orang-orangnya termasuk Ibnu Saba’ sendiri ke berbagai wilayah Islam, termasuk ibukota Khalifah, Madinah. Mereka mulai menyulut fitnah dengan memprovokasi orang-orang lugu dan berhati sakit untuk menentang Khalifah Utsman t. Pada waktu itu juga mereka memperlihatkan rasa cinta kepada Ali bin Abi Thalib t.Mereka mengaku sebagai pendukung kelompok Ali t, padahal Ali t tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.
Fitnah ini terus menggelinding. Mereka mencampur pemikiran mereka dengan akidah-akidah yang rusak. Dan mereka menyebut diri sebagai “Syiah Ali” (pendukung Ali), padahal Ali membenci mereka bahkan Ali sendiri telah menghukum mereka dengan siksaan yang pedih. Begitu pula putra-putra dari keturunan Ali membenci dan melaknat mereka. Tapi, kenyataan ini ditutup-tutupi serta kemudian diganti secara licik dan keji.

2. Pengakuan Tokoh-tokoh Besar Syiah

Seorang ‘Ulama Syiah pada abad ke-3 Hijriyah, Abu Muhammad Al-Hasan bin Musa An-Nubakhti mengatakan dalam kitabnya, “Abdullah bin Saba’ adalah orang yang menampakkan cacian kepada Abu Bakar, ‘Umar dan Utsman serta para sahabat, ia berlepas diri dari mereka dan mengatakan bahwa Ali telah memerintahkannya berbuat demikian. Maka Ali menangkapnya dan menanyakan tentang ucapannya itu. Ternyata ia mengakuinya, maka Ali memerintahkan untuk membunuhnya. Orang-orang berteriak kepada Ali, “Wahai Amirul mukminin! Apakah Anda akan membunuh seorang yang mengajak untuk mencintai Anda, ahlul bait, keluarga Anda dan mengajak untuk membenci musuh-musuh Anda?” Maka Ali mengusirnya ke Madain (ibukota Iran waktu itu).
Dan sekelompok ahli ilmu dari sahabat Ali mengisahkan bahwa Ibnu Saba’ adalah seorang Yahudi lalu masuk Islam dan menyatakan setia kepada Ali. Ketika masih Yahudi ia berkata bahwa Yusa’ bin Nun adalah washi (penerima wasiat) dari Nabi Musa u—secara berlebihan. Kemudian ketika Islamnya, setelah wafatnya Rasulullah r, ia mengatakan tentang Ali sebagai penerima wasiat dari Rasulullah (sebagaimana Musa kepada Yusa’ bin Nun).

Dia adalah orang pertama yang menyebarkan faham tentang Imamah Ali, menampakkan permusuhan terhadap musuh-musuh Ali (yang tidak lain adalah para sahabat yang dicintai Ali) dan mengungkap para lawannya. Dari sanalah orang-orang di luar Syiah mengatakan bahwa akar masalah “Rafdh” (menolak selain Khalifah Ali) diambil dari Yahudi.

Ketika kabar kematian Ali sampai ke telinga Ibnu Saba’ di Madain dia berkata kepada yang membawa berita duka, “Kamu berdusta, seandainya engkau datang kepada kami dengan membawa (bukti) otaknya yang diletakkan dalam 70 kantong dan saksi sebanyak 70 orang yang adil, kami tetap meyakini bahwa dia (Ali) belum mati dan tidak terbunuh. Dia tidak mati sebelum mengisi bumi dengan keadilan.” Demikianlah ucapan orang yang dipercaya oleh semua orang Syiah dalam bukunya “Firaq Asy-Syiah” (hal. 43-44. Cet Al-Haidariyah, Najef 1379 H).

Kini setelah lebih dari seribu tahun sebagian pemimpin ulama Syiah mengingkari keberadaan sosok Ibnu Saba’ dengan tujuan supaya tidak terbongkar kebusukan mereka. Namun di sisi lain, banyak kitab-kitab Syiah yang mengukuhkan tentang keberadaan Ibnu Saba’ sebagai peletak batu pertama agama Syiah. Sebagian ulama Syiah kontemporer telah mengubah pola mereka dan mulai mengakui adanya tokoh Ibnu Saba’, setelah bukti tampak di depan mata mereka dan tidak bisa lagi mengelak. Mengelak harganya sangat mahal bagi mereka sebab konsekuensinya adalah menganggap cacat sumber-sumber agama mereka. Karena itu, Muhammad Husain Az-Zen seorang Syiah kontemporer mengatakan, “Bagaimanapun juga Ibnu Saba’ memang ada dan dia telah menampakkan sikap ghuluw (melampaui batas), sekalipun ada yang meragukannya dan menjadikannya tokoh dalam khayalan. Adapun kami sesuai dengan penelitian terakhir maka kami tidak meragukan keberadaannya dan ghuluwnya.” (Asy-Syiah wa At-Tarikh, hal. 213).

Bagi mereka firman Allah I, artinya: “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Kitab (Taurat)? Mereka percaya kepada Jibt dan Thagut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir, bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah. Dan barangsiapa dilaknat Allah, niscaya engkau tidak akan mendapatkan penolong baginya.” (QS. An-Nisaa’: 51-52). Al Fikrah No. 20 Tahun X/28 Jumada al Akhirah 1430 H


latestnews

View Full Version