Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan banyak nikmat kepada kita. Shalawaat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Membangun masjid termasuk amal ibadah yang utama. Karena masjid merupakan tempat khusus untuk menegakkan peribadahan kepada Allah semata dan tempat dilaksanakannya ibadah teragung, yaitu shalat lima waktu. Di dalam hadits Shahih dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam , beliau bersabda:
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا وَلَوْ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ لِبَيْضِهَا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
"Siapa yang membangun masjid untuk Allah walau seperti sarang burung (sekecil apapun), niscaya Allah bangunkan satu rumah untuknya di surga."
Di shahih Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا
"Bagian negeri yang paling disenangi Allah adalah masjid-masjidnya." Begitu juga kegiatan taklim (mengajarkan) ilmu di masjid termasuk dari amal ketaatan yang besar.
Adalah kaum muslimin semenjak permulaan Islam telah membangun masjid untuk menegakkan syi'ar Islam yang teragung, yaitu shalat lima waktu. Seruan shalat dikumandangkan dari masjid-masjid tersebut. Sedangkan masjid teragung yang pernah dibangun di dalam Islam adalah masjid Nabi, saat beliau berhijrah ke Madinah. Mendirikan masjid merupakan kegiatan pertama yang dilaksanakan oleh beliau. Sementara para sahabat banyak menimba ilmu-ilmu dari beliau melalui masjid tersebut.
Mengambil pelajaran dari catatan sejarah tersebut, kaum muslimin membangun masjid dan memuliakannya dengan syariat Allah. Kita tidak mengetahui mereka mengistimewakan masjid baru dengan shalat dan taklim pada saat pembukaannya. Dan sesungguhnya semua ini muncul - sesuai yang kami tahu- pada beberapa abad terakhir ini. Yaitu pada saat orang-orang yang membangun masjid saling berbangga dengannya. Di antara mereka ada yang membangun masjid, tapi ia tidak memakmurkannya. Maka kalimat pembukaan atau ceramah yang dilakukan pada kesempatan pembukaan masjid tidaklah aman dari menjadi bid'ah atau sarana kepada kebid'ahan. Maka kami tidak menganggap kegiatan ini sebagai kebaikan yang diwariskan oleh salafus shaleh yang mereka tidak pernah mengerjakan semacam itu. Seandainya kegiatan itu sangat baik, pastinya mereka telah lebih dahulu mengerjakannya. Dan setiap yang dianggap baik oleh manusia haruslah ditimbang dengan petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan teladan dari sahabatnya. Sesungguhnya tidaklah terjadi satu perbuatan bid'ah kecuali itu berdasarkan akal dan anggapan baik yang tanpa dalil. Lebih dari itu sambutan-sambutan yang disampaikan pada saat pembukaan tersebut yang memuji pendirinya dan mengagung-agungkan amal baiknya tersebut tidak ada jaminan tak mempengaruhi niatnya, yang biasanya pendirinya juga ikut menghadirinya.
Sesungguhnya mendoakan kebaikan untuknya itu lebih baik daripada memujinya secara langsung di hadapan orang banyak. Kita memohon kepada Allah untuk senantiasa melimpahkan ganjaran yang besar dan pahala melimpah bagi mereka yang memberikan perhatian besar terhadap pembangunan masjid, memakmurkannya dengan ilmu. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam]
* Dinukil dari jawaban Syaikh Abdurrahman bin Naashir al-Barrak dalam islamway.com