Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Allah memuji kaum mukminin yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah dengan menjanjikan pahala yang besar sampai tujuh ratus lipat. Namun ini memilik syarat –sesudah ikhlash- agar mereka tidak mengiringinya dengan mengungkit-ungkit atau menyebut-nyebutnya dan menyakiti hati orang yang diberi. Jika ini tidak diindahkan, maka pahala infak dan sedekah mereka akan terhapus.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 164)
Ayat ini mengabarkan bahwa sedekah akan terhapus disebabkan menyebut-nyebut dan menyakiti hati orang yang diberi, walaupun sebelumnya ia telah ikhlas mengeluarkannya. Nasib sedekah semacam ini seperti nasib sedekah yang dikeluarkan karena riya' (mencari pujian) manusia dan tidak mengharapkan ridha Allah dan pahala akhirat. Tidak diragukan, bahwa amal semacam ini tertolak. Sebabnya, karena syarat ikhlas –dikerjakan karena Allah semata- tidak terpenuhi. Pada hakikatnya, amal tersebut dikerjakan karena manusia. Sehingga amal-amalnya batal dan usahanya tidak diberi balasan.
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan, "Jumhur ulama berkata tentang ayat ini: sesungguhnya sedekah yang Allah tahu dari pelakunya bahwa dia menyebut-nyebut atau menyakiti orang yang diberi dengan sedekahnya itu, maka sedekah tersebut tidak akan diterima."
Larangan menyebut-nyebut pemberian bukan saja kepada orang yang diberi, tapi juga kepada orang lain. Dan seringnya menyebut-nyebut dan menceritakan pemberiannya akan menyakiti hati dan menyinggung perasaan orang yang diberi. Seperti ucapan: bukankah aku telah membantumu? Bukankah akut elah bersedekah kepadamu?Aku telah banyak berbuat baik kepadamu, aku telah memberimu ini dan itu, akau telah membantunya saat ia susah, dan semisalnya dalam rangka menangkat dirinya atau merendahkan orang yang diberi.
Ibnu Sirin pernah mendengar seseorang berkata kepada orang lain, "aku telah berbuat ini dan itu untukmu." Maka beliau berkata kepadanya: Diamlah! Tidak ada kebaikan pada amal baik apabila dihitung-hitung (disebut-sebut;-pent)."
Selain terhapus pahala sedekahnya, orang yang suka menyebut-nyebut sedekahnya terancam dengan kehinaan dan siksa yang berat di akhirat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ : الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
"Tiga orang yang tidak akan diajak bicara, tidak dilihat, dan tidak disucikan oleh Allah; sedangkan bagi mereka siksa yang pedih: yakni musbil (memanjangkan kain sampai di bawah mata kaki karena sombong), al-mannan (orang yang mengungkit-ungkit/menyebut-nyebut pemberian) dan yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu." (HR. Muslim dari hadits Abu Dzarr Radhiyallahu 'Anhu)
Selayaknya orang yang berharap perjumpaan dengan Rabb-nya agar meninggalkan sifat tercela ini, yakni mengungkit-ungkit sedekah. Karena perbuatan tersebut adalah dosa besar dan bisa menghapuskan amal sedekah. Lebih dari itu, perbuatan tersebut menjadi sebab seseorang tidak diajak bicara oleh Allah, tidak dilihat dan disucikan oleh-Nya; serta menjadi sebab mendapat siksa yang pedih. Wal'yadhu Billah! [PurWD/voa-islam.com]