Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Allah telah ikat kaum beriman dengan persaudaraan. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah perintahkan mereka untuk menjadi hamba Allah yang bersaudara. Karenanya, Allah dan Rasul-Nya tetapkan beberapa adab dalam pergaulan. Keduanya perintahkan perkara-perkara yang bisa memperkuat tali persaudaraan. Sebagaimana pula, keduanya telah melarang perkara-perkara yang dapat merusak persaudaraan, seperti saling mencela, memanggil dengan sebutan buruk, berprasangka buruk, ghibah, adu domba, membohongi, dan selainnya.
Di antara adab Islam dalam pergaulan dan mengobrol adalah saat bertiga, tidak boleh dua orang berbisik-bisik sendiri tanpa melibatkan yang satu. Karena hal tersebut akan membuat saudaranya yang satu tadi bersedih, merasa hina, sakit hati, atau berperasangkan buruk kepada keduanya. Akibatnya, ini akan bisa merusak ukhuwah islamiyah (persaudaraan se-Islam).
Dorongan berbisik-bisik berdua tanpa melibatkan yang satu merupakan bagian dari bisikan dan godaan syetan. Yakni saat berkumpul tiga orang muslim maka syetan membisiki satu orang untuk ngobrol lirih dengan yang satunya lagi. Keduanya berbisik-bisik tanpa melibatkan yang satunya. Tujuan syetan melakukan itu adalah untuk membuat seorang muslim tadi bersedih sehingga muncul perasangkan, “kedua temanku ini sedang merencakan keburukan terhadapku,” atau semisalnya.
Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal. ” (QS. Al-Mujadilah: 10)
Tindakan ini biasanya dilancarkan syetan terhadap kaum munafikin dan kafirin. Syetan memprovokasi mereka agar berbuat sesuatu yang membuat kaum muslimin bersedih dan tertimpa keburukan. Maka bisik-bisiknya dua orang dengan meninggalkan yang satu sehingga membuat yang satu tadi bersedih adalah bagian dari bisikan syetan juga.
. . . Di antara adab Islam dalam pergaulan dan mengobrol adalah saat bertiga, tidak boleh dua orang berbisik-bisik sendiri tanpa melibatkan yang satu . . .
Berbisiknya dua orang dengan meninggalkan yang satunya memiliki bentuk lain. Saat berkumpul tiga orang lalu seseorang mengobrol dengan satu saudaranya menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh yang satu lagi. Mereka asyik mengobrol dengan bahasa daerahnya, bahasa Arab atau yang lainnya yang hanya dipahami oleh mereka berdua. Lalu satu kawannya hanya diam tertegun. Ia tak paham isi obrolan dan tak bisa mengikuti obrolan. Cara megobrol seperti ini juga dilarang dalam Islam. Karena bisa membuat saudaranya yang tidak mengerti tadi sakit hati, merasa hina, atau berburuk sangkan terhadap keduanya.
Dari hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kita temukan larangan mengobrol dua orang dengan berbisik-bisik tanpa melibatkan yang satu. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةٌ فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الثَّالِثِ
“Apabila mereka bertiga maka janganlah dua orang berbisik-bisik dengan meninggalkan yang ketiga.” (Muttafaq ‘Alaih)
Dalam sabda beliau yang lain,
إِذَا كُنْتُمْ ثَلاَثَةً فَلاَ يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُوْنَ اْلآخَرِ حَتَّى تَخْتَلِطُوْا بِالنَّاسِ، مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذلِكَ يُحْزِنُهُ
“Apabila kamu bertiga, maka janganlah dua orang di antara kamu saling berbisik-bisik tanpa mengajak yang lainnya, hingga mereka bercampur dengan orang-orang, karena hal tersebut akan menyakitinya.” (Muttafaq ‘Alaih)
. . . Dorongan berbisik-bisik berdua tanpa melibatkan yang satu merupakan bagian dari bisikan dan godaan syetan. . .
Bagaimana Kalau Berempat atau Lebih?
Larangan mengobrol dua orang dengan tidak melibatkan yang lain berlaku saat mereka bertiga. Jika sudah lebih dari tiga, larangan ini gugur. Jadi seseorang dibolehkan mengobrol dengan suara lirih bersama satu kawannya tanpa melibatkan dua orang atau lebih dari yang hadir bersamanya.
Terdapat tambahan dalam Sunan Abu Dawud: Abu Shalih perawi hadits ini berkata kepada Ibnu Umar, “Bagaimana apabila berempat?” Dia menjawab, “Tidak membahayakanmu.” (HR. Abu Dawud dengan isnad yang shahih berdasarkan syarat al-Bukhari dan Muslim)
Imam Malik Rahimahullah dalam Al-Muwatha’ meriwayatkan dari Abdullah bin Dinar, ia berkata: Aku pernah bersama Ibnu Umar di rumah Khalid bin Uqbah yang berada di pasar. Datanglah seseorang ingin berbicara lirih (berbisik) dengannya. Tak ada orang lain bersama Ibnu Umar kecuali diriku. Lalu beliau memanggil satu orang lagi sehingga kami berempat. Lalu Ibnu Umar berkata kepadaku dan orang ketiga yang dipanggilnya, “Menjauhlah sedikit, aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ‘janganlah dua orang berbisik-bisik sendiri tanpa melibatkan yang satu’.”
Penutup
Inilah gambaran kemuliaan ajaran Islam dan indahnya adab di dalamnya. Di mana seorang muslim tidak dibolehkan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti dan membuat sedih saudaranya. Saat bertiga, ia tidak boleh berbisik-bisik dengan saudaranya tanpa melibatkan satu lainnya. Hal itu bisa membuatnya bersedih atau memicunya berburuk sangka kepada kedua saudaranya tersebut. Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]