Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Marah adalah penyakit kronis mematikan. Jika dibiarkan berkembang dalam diri maka akan menimbulkan berbagai kerusakan dalam kehidupan muslim secara pribadi, keluarga, persahabatan, dan kemasyarakatan. Karenanya seorang muslim harus serius mengobati penyakit tersebut dan menyingkirkan sifat suka marah-marah dari dirinya.
Berikut ini beberapa resep obat marah-marah yang ditunjukkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya:
Pertama, mengikuti wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada seseorang yang suka marah-marah, “Janganlah engkau marah.” Maka mengantisipasi dan mencegah diri untuk marah itu lebih utama daripada sudah marah-marah dan berusaha memperbaiki kondisi yang sudah memburuk.
Kedua, mengetahui karunia Allah Azza wa Jalla bagi siapa yang menahan amarah dan menyembunyikannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba meneguk sesuatu yang lebih utama di sisi Allah daripada kemarahan yang disembunyikannya untuk mengharap wajah Allah Tabaraka wa Ta’ala.” (HR. Ibnu Majah)
Ketiga, Berharap janji Allah Azza Wa Jalla bagi orang yang menahan amarahnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ
“Barangsiapa yang menahan marah padahal ia manpu melampiaskannya, Allah akan memanggilnya di hadapan semua makluk pada hari kiamat sampai Allah menyuruhnya memilih bidadari sesuai yang ia inginkan.” (HR. Abu Dawud dan dihassankan Syaikh Al-Albani)
...“Barangsiapa yang menahan marah padahal ia manpu melampiaskannya, Allah akan memanggilnya di hadapan semua makluk pada hari kiamat sampai Allah menyuruhnya memilih bidadari sesuai yang ia inginkan.”...
Keempat, menyadari bahwa marah itu berasal dari Syetan. Sedangkan syetan berusaha menjerumusan manusia ke dalam kehancuran. “Marah itu dari Syetan,” demikian bunyi sebuah hadits.
Kelima, membaca ta’awud (berlindung kepada Allah dari syetan terkutuk) karena syetan penyebab musibah,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)
Dari Salman Ibnu Shurad Radhiyallahu ‘Anhu, berkata: Ada dua orang saling memaki (adu mulut) di sisi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, salah seorang dari keduanya memerah matanya dan menegang urat lehernya. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh aku tahu ada satu kalimat kalau ia ucapkan maka akan hilang apa yg ada padanya:
أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
“A’udzu Billahi Minasy Syarithanir Rajiim (Aku berlindung kepada Allah dari syetan terkutuk).” (HR. Bukhari & Muslim)
Keenam, dzikrullah di mana saja, khususnya ketika kondisi marah.
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raf: 201)
Ketujuh, Diam diri saat marah dan tahan lisan serta ikat ia erat-erat. “Apabila kamu marah maka diamlah, Apabila kamu marah maka diamlah, Apabila kamu marah maka diamlah.” (HR. Ahmad)
Kedelapan,perpegang dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat marah. Yakni dengan merubah posisi saat marah agar lebih dekat dengan tanah, karena hal itu mampu merendahkan diri dan membuang kesombongan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
أَلَا وَإِنَّ الْغَضَبَ جَمْرَةٌ فِي قَلْبِ ابْنِ آدَمَ أَمَا رَأَيْتُمْ إِلَى حُمْرَةِ عَيْنَيْهِ وَانْتِفَاخِ أَوْدَاجِهِ فَمَنْ أَحَسَّ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ فَلْيَلْصَقْ بِالْأَرْضِ
“Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan urat lehernya yang menegang? Barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).”(HR. Ahmad & Al-Tirmidzi)
Kesembilan, Wudhu’. Pengamalan terhadap sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Marah itu dari Syetan. Ia dicipta dari api. Sesungguhnya api padam dengan air. Jika salah seorag kalain marah hendaknya ia berwudhu.” (HR. Abu Dawud)
Kesepuluh, sadari bahwa saat kamu menahan amarah maka derajatmu lebih tinggi dari selainmu. Ini berdasarkan hadits yang menerangkan tentang orang yang kuat di atas. Ini juga dikuatkan dengan firman Allah Ta’ala,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199)
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Al-Syuura: 43)
...saat kamu dalam keadaan marah maka kamu telah berbuat zalim dan memusuhi sehingga kamu berdosa. Padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Setiap muslim atas muslim lainnya haram darah, harta dan kehormatannya.”...
Kesebelas, sadari bahwa saat kamu dalam keadaan marah maka kamu telah berbuat zalim dan memusuhi sehingga kamu berdosa. Padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Setiap muslim atas muslim lainnya haram darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Keduabelas, Bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Azza Wa Jalla dengan berakhlak mulia terhadap kaum mukminin dan tidak menyakiti mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlak mulianya akan mendapatkan derajat orang berpuasa dan shalat malam.” (HR. Abu Dawud)
Ketigabelas, memahami dampak buruk marah. Karena sebab marah, bisa saja seseorang menghabisi nyawa saudaranya. Karena emosi seseorang berpisah dari istrinya sehingga anak-anak menanggung derita. Sebab marah kawan menjadi musuh, dakwah berantakan, dan sebagainya.
Penutup
Secara umum suka marah-marah tercela. Namun ada juga marah yang terpuji, yakni jika dilakukan karena Allah dan dalam bingkai syariat Allah. Seperti marah jika keharaman-keharaman Allah dilanggar, perintah-Nya ditelantarkan, kemaksiatan terang-terangan, dan semisalnya. Inilah yang dipraktekkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam catatan marahnya, “Rasulullah tidak pernah memuul seseorang dengan tangannya; baik istri maypun pambantunya. Kecuali saat belau berjihad di jalan Allah. Beliau tak pernah disakiti lalu membalas pelakunya kecuali jika ada larangan Allah Ta’ala yang dilanggar, maka beliau marah karena Allah Ta’ala.” (HR. Muslim)
Semoga Allah memelihara kita dari akhlak tercela berupa suka marah-marah ini, menganugerahkan kepada kita kelembutan dan kasih sayang, suka memamaafkan dan membalas keburukan orang dengan kebaikan. Semoga dengan semua ini Allah senantiasa merahmati kita. Amiin. [PurWD/voa-islam.com] .
TULISAN TERKAIT: