Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam seperti kapal Nabi Nuh. Siapa menaikinya selamat, dan siapa meninggalkannya pasti binasa. Bagi orang yang menginginkan hidup damai, bahagia dan sejahtera hendaknya dirinya bertakwa kepada Allah dan beriman kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam; mengikuti agama, syariat, dan petunjuk beliau.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآَمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian.” (QS. Al-Hadid: 28)
2 bagian rahmat dalam ayat di atas, di antaranya maknanya; adalah ampunan dan karunia dunia yang bentuknya rizki, kesejahteraan, keamanan, dan kedamaian,. Keterangan ini disampaikan Ustadz Abu Qatadah dalam taushiyah Madani dengan title “Meraih Kedamaian dan Ketentraman bersama Islam”.
Kedamaian dan ketentraman hanya didapatkan dengan mengikuti agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Yaitu mentaati perintah-perintahnya, meninggalkan apa yang dilarangnya, dan beribadah kepada Allah dengan syariat yang dibawanya.
Saat Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam berdoa kepada Allah agar Makkah dijadikan sebagai negeri makmur yang aman dan melimpah buah-buahan di dalamnya, beliau ikat dengan keimanan para penghuninya.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آَمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. Al-Baqarah: 126)
Dalam doa beliau ini beliau khususkan nikmat duniawi itu bagi orang-orang beriman. Ini bagian adab kepada Allah Ta’ala. Walaupun rizki itu berlaku bagi yang beriman dan yang kafir. Hanya saja kenikmatan bagi orang beriman berlanjut di akhriat. Sedangkan bagi orang kafir, kesenangan itu berhenti di dunia. Di akhirat mereka tidak dapat apa-apa selain siksa.
Dalam ayat lain, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam berpesan kepada putera-puteranya agar benjaga agama ini sampai mati. Karena dengan agama ini mereka akan mendapatkan kedamaian, kesejahteraan, keamanan dari dunia dan berlanjut di akhirat.
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".” (QS. Al-Baqarah: 132)
Sebaliknya, dari kisah-kisah Nabi terdahulu, disebutkan kelompok-kelompok penentang lagi kafir. Apa yang terjadi dengan mereka? Mereka binasa di kehidupan dunia. Sedangkan di akhirat siksa neraka yang dahsyat sudah menunggu mereka. Semua ini menunjukkan, menyimpang dari tuntunan agama akan menyebabkan kehancuran dan kebinasaan. Maka siapa mengingkan kemakmuran, kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan; maka tunduk patuhlah kepada agama ini. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]