Oleh : Abdullah Protonema Al Islamy
KIBLAT umat Islam di dunia adalah Ka’bah. Baitullah yang selalu didatangi berjuta-juta manusia beriman dari berbagai negeri. Terlebih di musim haji, MaKkah bak reuni akbar insan beriman. Dengan seragam yang ihram serba putih dan dengan gerakan yang selaras dalam menjalankan rukun dan kewajiban haji.
Di masa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, awalnya perintah shalat itu ke Baitul Maqdis di Palestina. Namun Rasulullah berusaha untuk tetap shalat menghadap ke Ka’bah. Caranya adalah dengan mengambil posisi di sebelah selatan Ka’bah. Dengan mengahadap ke utara, maka selain menghadap Baitul Maqdis di Palestina, beliau juga tetap menghadap Ka’bah.
Namun ketika beliau dan para shahabat hijrah ke Madinah, maka menghadap ke dua tempat yang berlawanan arah menjadi mustahil. Dan Rasulullah saw sering menengadahkan wajahnya ke langit berharap turunnya wahyu untuk menghadapkan shalat ke Ka’bah. Hingga turunlah ayat berikut :
"Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit , maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah : 144).
Ka’bah sebagai Rumah Pertama di Muka Bumi
Jauh sebelum manusia diturunkan di muka bumi, Ka’bah telah ada, Allah mengutus para malaikatnya untuk membangun dan hal ini di abadikan dalam firman Allah
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia." (Surat Ali Imran ayat 96).
Maka dalam sejarah sangatlah mashur bahwa Ka’bah memang telah ramai sejak dahulu kala sebelum Nabi Muhammad lahir, karena kaum Arab mengenal budaya untuk berhaji dari nenek moyang mereka yaitu Nabiyullah Ibrahim dan Ismail. Sehingga setiap musim haji banyak orang yang datang ke Ka’bah.
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (Surat Al Hajj : 27).
Kedengkian Kaum Nasrani terhadap Islam
Sebenarnya di dalam Al Qur`an sudah diterangkan secara jelas bahwa Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridha terhadap kemajuan Islam. Sehingga mereka akan merayu dan menghalalkan segala cara untuk membuat umat Islam kembali murtad ke dalam sesesatan. Sehingga wajib bagi umat Islam mewaspadai setiap tipu daya kaum kafir yang selalu mempunyai program buruk guna menghancurkan Islam.
ولن ترضى عنك اليهود ولا النصارى حتى تتبع ملتهم
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (Surat Al Baqarah ayat 120).
Ibnu Jarir berkata yang dimaksud dengan ayat ini adalah Wahai Muhammad, orang Yahudi dan Nasrani (Kristen) selamanya tidak akan rela padamu. Maka, berhentilah mengharap kerelaan dan kesepakatan mereka. Dan fokuslah mengharap ridha Allah dalam mendoakan mereka untuk menerima kebenaran yang diamanahkan Allah padamu (Tafsir Ibnu Kastir).
Turunnya surat Al Fil di dalam Al-Qur`an menjadi bukti kuat kedengkian umat Nasrani terhadap Ka’bah. Dimana Raja Abrahah As Syram membawa pasukanya untuk menghancurkan Ka’bah. Akan tetapi usahanya terbuang dengan percuma, Allah turunkan burung Ababil dengan membawa batu dari neraka dilemparkan tepat di pasukan mereka sehingga mereka mati terbakar kering, seluruh jazirah Arab menyaksikan ini dan ini menjadi peristiwa besar.
Apa sebenarnya yang melatar belakangi dari semua peristiwa ini? Sehingga dengan sekonyong-konyongnya Raja Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah?
Ada beberapa riwayat yang mengkisahkan, hanya saja menurut Syaikh Mamduh Farhan Al Buhairi beliau menceritakan, dalam rangka mengambil hati raja Najasy, setelah Abrahah berhasil membunuh mengalahkan teman seperjuanganya saat sama-sama berperang melawan raja Dzun Nawas, yaitu raja Yahudi yang membakar dua puluh ribu umat Nasrani, Abrahah membangun gereja yang sangat besar dan megah. Karena Raja Najasyi marah ketika mendengar perang saudara sesama panglima Nasrani antara Abrahah dan Aryad yaitu panglima yang lebih dahulu di tunjuk raja Najasyi menjadi raja di negeri Yaman. Yang akhirnya mati ditangan Abrahah, saat itulah dia awal berkuasa di Yaman.
Raja Najasyi marah, dia bersumpah akan menggilas Abrahah dan mengunduli rambutnya. Saking takutnya Abrahah dengan ancaman itu, dia mengunduli rambutnya sendiri dan di siram dengan debu kemudian dia kirim ke Habasyah, dan dia berkata kepada Najasyi, “Inilah Rambutku dan ini debu dari negeri Yaman, maka Injaklah.” Mendengar perkataan Abrahah seperti itu maka Raja Najasyi pun memaafkan.
Bukan hanya itu, untuk menunjukan loyalitas kepada raja Najasyi dia bertekad membuat gereja terbesar di Jazirah Arab yang belum pernah suatu negeri membangun gereja semegah itu. Gereja itu dinamakan Al-Qallis dengan spesifikasi: tinggi bangunan 60 hasta, dilengkapi dengan tangga marmer, dengan pagar tinggi antara gereja dengan halamanya yang di perkirakan 200 hasta dari sisinya.
Adapun batu-batunya yang di gunakan adalah segitiga satu sama lain saling terkait, dilengkapi warna putih hijau dan kuning. Sementara pintu masuk ke dalam bangunan gereja panjangnya 80 hasta, yang di hiasi dengan kain tenun emas berhiaskan perak.
Dalam gereja tersebut terdapat papan-papan besar terbuat dari marmer berbentuk segi empat. Benar-benar bangunan yang megah dan memah. Abrahah meminta bantuan raja raja Eropa untuk membangun gereja ini, dan mereka mengirimkan insinyur bangunan terbaik mereka ke Yaman.
Setelah pembangunan gereja selesai, Abrahah mengirimkan kabar ke raja Najasyi sambil mengatakan, “Saya telah membangun untuk paduka sebuah gereja yang belum pernah didirikan oleh raja manapun sebelum paduka, dan saya belum puas hingga memindahkan hajinya bangsa Arab ke gereja ini.”
Hanya saja, bangunan gereja yang megah itu ternyata tidak sedikitpun menarik hati orang Arab saat itu. Namun yang terjadi adalah Ka’bah tetap saja ramai dikunjungi orang untuk melakukan haji pada musimnya. Sedangkan gereja itu hanya terhuni oleh kaum Nasrani Yaman saja, terang saja membuat hati Abrahah gusar dan marah.
Dalam riwayat lain, konon ada orang Arab pengagum Ka’bah yang mendengar statmen Abrahah. Sehingga orang Arab ini pun juga marah, sehingga dia melakukan tindakan konyol, yaitu buang air besar di bangunan yang megah itu dan akhirnya Abrahah pun marah dan bersumpah akan menghancurkan Ka’bah.
Bersama 13 pasukan gajahnya yang besarnya hingga mencapai 3.600 kilogram, empat kali lipat berat gajah yang normal dia pimpin langsung pasukan menuju Makkah. Setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang, tepat di luar Ka’bah Allah kirim pasukan burung ababil menyerang mereka dan terjadilah apa yang kehendaki Allah. Dan sirnalah cita-cita Abrahah menghancurkan Ka’bah.
Sehebat apapun kaum kafir berencana, maka rencana Allah akan mendahului menolong para hambanya. Padahal saat itu risalah kenabian belum muncul, dan saat itu justru menjadi awal kelahiran sang nabi terakhir, ya Nabi terakhir penyelamat dunia muncul saat Allah menghancurkan Abrahah beserta pasukan gajahnya.**