BAHKAN kematian sang pemimpin yang baik itu dirasakan penggembala ternak. Adalah Musa bin A'yun yang berkisah, "Kami pernah menggembalakan domba-domba kami di daerah Karman pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Seperti biasanya, saat itu serigala dan domba berada di satu tempat dan itu aman-aman saja. Namun, suatu malam kami mendapatkan seekor serigala telah memangsa seekor domba."
Maka Musa berkata, ‘'Inilah isyarat meninggalnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz."
Umar bin Abdul Aziz mengawali kekuasaannya dengan mengurung diri di kamar dan menangis. "Gerangan apakah yang membuat kakanda sedih?" tanya Fatimah istrinya.
Terbata-bata Sang Khalifah menuturkan: "Celaka aku, wahai Fatimah! Aku tak bisa mengelak dari tanggungjawab untuk memimpin umat. Lalu aku memikirkan nasib orang fakir yang lapar, orang sakit yang kehabisan obat, orang yang tidak mempunyai pakaian, anak yatim, orang yang dizhalimi, orang asing, tawanan, para tua renta, janda kesepian, keluarga besar dengan penghasilan minim, dan banyak lagi yang lainnya di seluruh penjuru negeri. Aku tahu bahwa Tuhanku akan bertanya tentang hal mereka semua pada Hari Kiamat. Ketika itu pula Nabi Muhammad akan meminta pertanggung jawabanku. Aku takut kalau aku tidak bisa menjawabnya." (Jalaludin As Suyuthi, Tarikh Al Khulafa: 270).
Tapi sejarah membuktikan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz bukan pemimpin yang terpenjara oleh ketakutan dan tidak berani mengambil resiko. Beliau bukan pemimpin yang rajin mengeluhkan beban sejarah, sambil berkilah dengan keterbatasan waktunya.
Di masa pemerintahannya yang sangat singkat (717-720 M), Khalifah ke-8 Bani Umayyah ini sukses mensejahterakan seluruh rakyat. Keadilan Sang Khalifah sangat dirasakan rakyat kecil, termasuk para penggembala ternak. Bahkan kebajikannya terasa sejak hari pertama beliau dilantik.
Malik bin Dinar berkata, "Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, para penggembala domba dan kambing berkata terheran-heran, Siapa orang saleh yang kini menjadi khalifah umat ini? Sungguh, keadilannya telah mencegah serigala memakan domba-domba kami."
Muhammad Sayid Muhammad Yusuf dalam bukunya At-Tamkin Lil Umat Islamiyah Fi Dhau' Al-Qur'anul Karim, mengutip kesaksian Abdurrahman bin Zaid bin Al-Khattab.
Katanya, suatu hari datang menemui Khalifah Umar bin Abdul Aziz seorang warga dengan harta sangat banyak. Oleh Khalifah, harta itu disarankan untuk dibagikan kepada fakir-miskin.
Orang itu lalu mencari kesana kemari fakir-miskin namun tidak menemui barang seorang pun. Ia lalu teringat pada warga paling miskin diantara mereka, tapi ternyata kini sudah tidak kekurangan lagi.
"Sungguh Umar telah membuat semua orang sejahtera," katanya menyimpulkan.
Jakarta kita pun membutuhkan pemimpin seperti Umar bin Abdul Aziz. Agar kelak ibukota menjadi inspirasi bagi seluruh negeri untuk mewujudkan Indonesia yang diberkahi Ilahi. Mari. * [Wacita]