View Full Version
Jum'at, 20 Jul 2018

Salafi Sejati Menyeru Kepada Allah, Bukan Kepada Gurunya

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Salafi adalah sebutan untuk orang yang berislam mengikuti generasi awal umat ini. yakni Nabi dan para sahabatnya dalam masalah aqidah dan amal.

Seorang salafi akan semangat meniti jalan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Dan Allah kabarkan bahwa jalan dakwah ilallah. Yakni mengajak manusia ibadah kepada Allah dan melaksanakan syariat-Nya.

Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,

قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي

Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata.” (QS. Yusuf: 108)

Dari sini, seorang salafi dalam dakwahnya hanya menyeru manusia kepada Allah; yakni ibadah kepada-Nya dan mengamalkan syariat-Nya.

“Bukan kepada gurunya. Bukan kepada kelompoknya. Bukan kepada benderanya. Bukan kepada dirinya. Bukan kepada yang lainnya," tutur Ustadz Farid Ahmad Okbah di kajian ummahat yang diabadikan tim al Hujjah.

Dai dan ustadz yang benar adalah yang dalam dakwah dan pengajarannya mengajak manusia kepada Allah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin di kitabnya “Al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab al-Tauhid”menjelaskan bahwa para da’i terbagi menjadi 2 kelompok:

Pertama, dai kepada Allah.

Kedua, da’i kepada selainnya.  

Da’i kepada Allah adalah dai yang ikhlas yang keinginannya hanya mengantarkan manusia kepada Allah Ta’ala.

Saat orang-orang tidak menyambut ajakannya, da’i ini tidak akan putus asa dan menysali dakwahnya. Apalagi meninggalkan dakwah.

Jika dakwahnya tidak diterima maka marahnya karena kebenaran Islam tidak diikuti, bukan karena dirinya yang tidak didengar. Jika marahnya karena kebenaran yang tidak diikuti, maknanya, ia betul-betul menyeru kepada Allah.

Jika ada satu orang yang menyambut dakwahnya, maka itu sudah cukup baginya. Dan jikapun tak ada yang menyambut seruannya, maka dirinya sudah terlepas dari tanggungjawab.

Kewajibannya adalah mengajak manusia kepada kebenaran Islam dan memperingatkan dari kebatilan-kebatilan. Sehingga nampak jelas mana yang benar dari yang batil.

Sedangkan dai kepada selain Allah terkadang menyeru manusia untuk mengikuti dirinya. Dia mengajak manusia kepada kebenaran supaya dirinya dimuliakan dan dihormati di tengah-tengah manusia. Karenanya, ia akan marah jika umat tidak mengerjakan intruksiya. Sebaliknya, ia tak akan marah jika mereka melanggar larangan Allah sepanjang masih loyal kepada dirinya.

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan bahwa iman seseorang tidak sempurna kecuali apabila ia mengajak manusia kepada tauhid. Yaitu untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata.

Bagi orang yang telah bertauhid ia wajib mendakwahkan tauhid itu kepada orang lain. Yaitu mengajak manusia untuk mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah dan beribadah kepada-Nya semata. Inilah jalan hidupnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para pengikutnya. Inilah jalan yang telah ditempuh dan aktifitas yang dijalani oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya ridhwanullah ‘alaihim. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version