View Full Version
Selasa, 02 Apr 2019

Benarkah Peristiwa Isra’ dan Mi’raj di Malam 27 Rajab?

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya

Masyhur dalam pandangan umat Islam bahwasanya peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab. Di banyak negara kaum muslimin, 27 Rajab diperingati sebagai hari Isra’ Mi’raj. Sebagaimana di Indonesia, tanggal 27 Rajab menjadi hari libur nasional peringataan Isra’ dan Mi’raj.

Dalam satu artikel yang dilansir situs dakwah berbahasa Arab Thariqul Islam dengan judul “Mataa Kaana al-Isra’ wal Mi’raj?” disebutkan bawah penetapan peristiwa Isra’ dan Mi’raj pada tanggal 27 Rajab adalah kesalahan besar.

Penulis menyebutkan asalasannya, “Karena tidak ada hadits nabi yang shahih menerangkannya. Tidak ada pula atsar dari salah seorang generasi awal yang utama dari kalangan sahabat yang menguatkannya. Ahli sejaran Islam tidak pernah bersepakat dalam masalah itu. Mayoritas mereka tidak berpendapat demikian.”

Para ulama tarikh  berbeda pendapat tentang tahun peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi setahun sebelum hijrah. Ada pula yang berpendapat lima tahun sebelum hijrah. Dan ada pula pendapat sebulan sebelum hijrah.

Tentang bulan Isra’ dan MI’raj juga ada perbedaan pendapat di kalangan ulama; apakah terjadi pada bulan Rajab, Rabi’ul Awal, atau di Dzulqo’dah?

Penulis berkesimpulan, tidak ada data dan bukti jelas tentang tahun dan bulan yang pasti dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Maka jangan tanya tentang hari dan tanggalnya.

Penulis menyebutkan pendapat terbaik dari semua pendapat tentang waktu Isra’ dan Mi’raj –walau semuanya dhaif- adalah keterangan yang diriwayatkan Musa bin Uqbah dari al-Zuhri bahwasanya peristiwa Isra’ terjadi itu setahun sebelum hijrah. Jika pendapat ini benar maka Isra’ dan Mi’raj terjadi pada bulan Rabi’ul Awal.

Dalam tulisan kami terdahulu “Koreksi, Isra' Mi'raj Tidak di Malam 27 Rajab” kami hadirkan penjelasan Syaikh Shafiyyur Rahman Mubarakfuri di Rahiqul Makhtum yang menyebutkan  6 pendapat penetapan waktu pasti peristiwa Isra’ & Mi’raj:

1. Isra’ & Mi’raj terjadi di tahun Allah muliakan hamba-Nya dengan kenabian. Maksudnya, tahun pertama kenabian. Ini pendapat pilihan Al-Thabari.

2. Isra’ & Mi’raj terjadi pada tahun kelima dari kenabian. Imam Nawawi dan Imam Al-Qurthubi menguatkan pendapat ini.

3. Isra’ & Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun 10 Kenabian.

Syaikh Mubarakfuri mengomentari 3 pendapat pertama ini, “tiga pendapat pertama tertolak, karena Khadijah Radhiyallahu 'Anha wafat di Ramadhan tahun 10 kenabian. Wafatnya Khadijah sebelum difardhukannya shalat liwa waktu. Dan tidak diperselisihkan bahwa difardhukannya shalat lima waktu itu pada malam Isra’.”

Al-Imam Abu Syaamah -rahimahullah-, guru Imam an-Nawawi, mengatakan,”Dan para ahli hikayat menyebutkan Isra’ dan Mi’raj terjadi pada bulan Rajab. Menurut para ahli ta’dil dan jarh (ulama hadits) hal itu merupakan kedustaan.” (Al-Ba'its 'Ala Inkaril Bida'i wal Hawadits, Imam Abu Syaamah al-Syafi'i: 171)

4. Isra’ & Mi’raj terjadi pada bulan Ramadhan di tahun 12 kenabian.

5. Isra’ & Mi’raj terjadi pada bulan Muharram di tahun 13 kenabian.

6. Isra’ & Mi’raj terjadi pada bulan Rabi’ul Awal di tahun 13 kenabian.

Syaikh Mubarakfuri berkata, “Adapun pendapat 3 yang tersisa, aku belum pernah dapati pendapat paling kuat dari salah satunya..”

Penjelasan Syaikh Mubarakfuri tersebut di atas memberikan pengertian bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu ada, tetapi waktu terjadinya peristiwa ini tidak tercatat dalam sejarah. Maka umat Islam hanya berkewajiban mempercayai adanya peristiwa itu saja. Tidak ada kewajiban meyakini kapan waktunya, apalagi kewajiban memperingatinya. Dengan mempertimbangkan lemahnya pendapat yang menyatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab, maka jelas tidak logis kalau Islam mengajarkan adanya peringatan Isra’ dan Mi’raj di bulan Rajab.

Syaikhul Islam Al-Harrani Rahimahullah berkesimpulan bahwa tidak ada dalil yang jelas dan pasti yang dapat menunjukkan tanggal dan bulan terjadinya Isra’ Mi’raj. Bahkan pemberitaannya terputus dan diperselisihkan, tidak ada yang dapat memastikannya. (Zaadul Ma’ad I/57)

Dilupakannya waktu terjadinya isra’ dan mi’raj tentu memiliki makna pula. Dan di antara hikmah dilupakannya kapan peristiwa ini terjadi adalah agar umat Islam tidak terbebani untuk melaksanakan peringatan.

Ringkasnya, khilaf penetapan malam Isra’ dan Mi’raj tidak menuntut kita untuk merayakannya dan tidak ada kewajiban tertentu dari masalah fiqih atas kita.

Terpenting bagi kita adalah meyakini bahwasanya Allah telah perjalankan (isra’kan) rasul-Nya Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Kemudian Allah mi’rajkan (naikkan) utusan-Nya itu ke langit tertinggi. Lalu ke Sidratul Muntaha. Allah tampakkan kepadanya ayat-ayat terbesarNya. Peristiwa itu terjadi dengan ruh dan jasad baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam kondisi sadar, bukan mimpi. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version