Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Berlaku curang itu saudara kembar kebohongan dan dusta. Bohong salah satu pangkal keburukan. Darinya lahir berbagai keburukan-keburukan yang sangat banyak; di antaranya curang. Biasanya, kalau orang banyak bohong maka akan sering berbuat curang.
Ramai di negeri kita isu kecurangan pemilu, terutama dalam pemilihan presiden dan wakilnya. Dalam hal ini, Lembaga penyelenggara pemilu atau Kamosi Pemilihan Umum (KPU) menjadi tertuduh. Demikian pula pihak dari pasangan 01 yang diuntungkan.
Bohong dan curang sifat melekat pada diri orang kafir dan munafikin. Keduanya bukan bagian dari sifat orang-orang beriman. Maka pantaslah jika Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyebutkan bahwa orang-orang yang curang bukan bagian dari umat beliau.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلَاحَ ، فَلَيْسَ مِنَّا ، وَمَنْ غَشَّنَا ، فَلَيْسَ مِنَّا
“Siapa yang meghunuskan pedang kepada kami maka bukan bagian dari kami, dan siapa yang mencurangi kami ia pun bukan bagian dari kami.” (HR. Muslim)
Dalam redaksi lain di Muslim,
مَنْ غَشَّ ، فَلَيْسَ مِنِّي
“Siapa yang curang ia bukan bagian dari diriku.” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan haramnya berbuat curang dan termasuk dosa besar dalam Islam. Curang terhadap kaum muslimin dan selainnya menyebabkan kerugian bagi korban. Maka curang bukan tabiat, perilaku, dan sifat kaum muslimin. Karena sifat dasar kaum muslimin itu memberi nasihat, berlaku benar, dan jujur kepada sesama. Tidak ada kamus ‘curang’ dalam diri orang yang baik imannya.
Bagi tukang curang diancam tidak akan diakui sebagai umat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Di mana sebagian ulama membawa makna hadits-hadits serupa sesuai dzahirnya agar lebih ditakuti.
Bahwa dalam hadits ini terdapat ancaman keras terhadap perilaku kecurangan. Bahwa ini adalah dosa besar yang bisa menjerumuskan pelakunya ke neraka.
Imam al-Khathabi rahimahullah, menjelaskan bahwa maknanya ia tidak berada di atas jalan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tidak mengikuti ajaran beliau, dan tidak berpegang dengan sunnah-sunnahnya. Yakni saat ia berbuat curang kepada saudara seimannya.
Faktor Perbuatan Curang
Perbuatan curang memang biasanya tidak muncul begitu saja. Ada banyak faktor dan pemicu seseorang melakukan perbuatan tersebut. Diantaranya:
Penutup
Berbuat curang sangat diharamkan. Termasuk dosa besar yang bisa menjerumuskan pelakunya kepada siksa pedih di neraka. Hasil daru kecurangan adalah keburukan dan kerusakan. Materi yang didapatkan dari menipu dan berbuat curang akan jauh dari keberkahan. Sehingga hati keras, jauh dari hidayah, berat untuk taat, dan cenderung kepada kemaksiatan dan dosa. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]