Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Ujub salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya. Terkategori dosa besar. Tidak sedikit ulama memasukkannya bagian dari syirik. Akibatnya, pahala amal bisa hilang karena kerasukan ujub.
[Baca: Hore, Amalku Sudah Banyak!!]
Orang yang ujub menjadi manusia tak tahu diri di hadapan Tuhannya. Ia memalingkan syukur al-Khaliq (kepada penciptanya) kepada syukur terhadap dirinya sendiri.
Orang ujub juga memindahkan pujian dan sanjungan terhadap Allah –Dialah yang berhak atas segala pujian- kepada pujian dan sanjungan terhadap dirinya sendiri. Harusnya ia merendah dan merasa hina di hadapan Tuhannya menjadi takabur (sombong) dan berbangga diri dengan hasil amalnya.
Imbas ujub juga merembet kepada sesama, ia merendahkan orang lain yang seharusnya ia hormati; lalu ia tidak menunaikan haknya.
Intinya, orang ujub sangat berbangga dengan dirinya dan menganggap dirinya sangat istimewa, merasa banyak amal lalu bersandar kepadanya, menyadarkan amal-amal tersebut kepada kehebatan dirinya sendiri dengan melupakan anugerah Allah sebagai pemberi nikmat.
Al-Hafidz Ibnul Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari menukil perkataan Imam Al-Qurthubi terkait penyakit ‘bangga diri’ ini,
إعجاب المرء بنفسه هو ملاحظته لها بعين الكمال ، مع نسيان نعمة الله ، فإن احتقر غيره مع ذلك فهو الكبر المذموم
“Seseorang yang berbangga diri melihat dirinya dengan pandangan sempurna, bersamaan dengan itu melupakan nikmat Allah. Jika ditambah dengan merendahkan orang lain maka termasuk sombong yang tercela.”
Bagaimana jika kita mulai merasakan ujub ini?
Tips berharga diberikan seorang ‘alim lagi ahli ibadah, Bisyr bin Manshur. Beliau dikenal senantiasa ingat Allah dan ingat hari akhirat karena rajinnya dalam ibadah. Suatu hari beliau memanjangkan shalatnya. Ada seseorang di belakangnya yang menunggu dan memperhatikannya. Saat tahu, beliau segera menyudahi shalatnya. Setelah selesai shalat beliau berkata kepadanya,
لا يعجبنك ما رأيت مني ، فإن إبليس لعنه الله قد عبد الله مع الملائكة مدة طويلة ، ثم صار إلى ما صار إليه
“Apa yang kamu lihat dariku jangan sampai membuatmu terlalu kagum, karena Iblis –Allah melaknatnya- telah beribadah kepada Allah dalam waktu yang sangat lama bersa bersama dengan para Malaikat, kemudian ia menjadi seperti itu.”
Semoga Allah senantiasa menganugerakan keteguhan hati dan keistiqomahan dalam ketaatan serta menjauhkan kita dari ujub –sang pennghancur amal dan penghapus pahalanya- dan pengggur-penggugur amal lainnya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]