Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah ﷺ dan keluarganya.
Bulan Rabiul Awwal memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Rasulullah ﷺ. Di bulan inilah beliau dilahirkan, di bulan ini pula beliau hijrah, dan di bulan ini pula beliau wafat. Cukuplah peristiwa-peristiwa agung ini menjadikan Rabiul Awwal selalu mengingatkan kita kepada Al-Musthafa ﷺ, sebab ia adalah rangkaian peristiwa besar dalam kehidupan kaum muslimin, sejarah umat manusia, dan perjalanan seluruh alam.
Kelahiran Nabi ﷺ
Beliau lahir pada hari Senin di bulan Rabiul Awwal, tahun Gajah, dan hal ini disepakati oleh para ulama. Hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai tanggal lahir beliau. Mayoritas berpendapat pada tanggal 12 Rabiul Awwal, sebagaimana ditegaskan Ibnu Katsir rahimahullah. Sebagian ulama menyebut tanggal 2, ada pula yang menyebut tanggal 8, dan ada yang mengatakan tanggal 9 Rabiul Awwal.
Kelahiran beliau terjadi ketika manusia berada dalam kegelapan jahiliyah. Rasulullah ﷺ menggambarkannya dalam hadis riwayat Muslim:
إنَّ الله نظر إلى أهلِ الأرضِ، فمَقَتهم عربهم وعَجَمهم، إلَّا بقايا من أهل الكتاب
"Sesungguhnya Allah melihat penduduk bumi, lalu membenci mereka, baik Arab maupun non-Arab, kecuali sisa-sisa dari Ahlul Kitab."
Maka kelahiran beliau ﷺ adalah cahaya, petunjuk, dan hadiah agung dari Allah untuk seluruh alam.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa‘d, ibunda Nabi ﷺ berkata: “Ketika aku melahirkannya, keluar dariku cahaya yang menerangi istana-istana Syam.”
Saat itu, beliau segera dikabarkan kepada kakeknya, Abdul Muththalib, yang lalu membawa cucunya ke Ka‘bah, berdoa dan bersyukur kepada Allah, serta menamainya Muhammad.
Nabi ﷺ pun sangat mencintai hari kelahirannya. Dalam hadis sahih Muslim, ketika ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab: “Itulah hari aku dilahirkan, dan pada hari itu pula aku diutus (diturunkan wahyu kepadaku).” Beliau memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa, namun tidak pernah menjadikannya perayaan khusus atau mensyariatkannya untuk umat.
Hijrah Nabi ﷺ
Pada bulan Rabiul Awwal pula, Rasulullah ﷺ meninggalkan Makkah — kota kelahiran dan tempat beliau tumbuh — setelah kaumnya semakin keras menyakiti dan berusaha membunuhnya. Beliau hijrah menuju Madinah Al-Munawwarah yang kelak menjadi tempat beliau dicintai dan dicintakan penduduknya.
Penduduk Madinah menyambut beliau dengan penuh cinta pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal. Di sana beliau membangun masjidnya, meletakkan dasar-dasar negara Islam, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, dan dengan hijrah itu arus sejarah dunia pun berubah selamanya.
Wafat Nabi ﷺ
Pada tanggal 12 Rabiul Awwal pula, Rasulullah ﷺ wafat. Peristiwa ini adalah musibah terbesar yang pernah menimpa kaum muslimin, dan akan selalu menjadi musibah paling agung bagi setiap muslim hingga hari kiamat.
Beliau bersabda:
إذا أصابَ أحدُكم مصيبة فليذكر مصابَه بي؛ فإنَّها أعظمُ المصائبِ
“Jika salah seorang dari kalian ditimpa musibah, maka hendaklah ia mengingat musibahnya karena wafatku, karena itu adalah musibah yang paling besar.” (HR. Ibnu Majah)
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Ketika Rasulullah ﷺ wafat, kaum muslimin gemetar: ada yang terdiam tidak sanggup bicara, ada yang pingsan, ada yang linglung, bahkan ada yang mengingkari wafatnya.” Dengan wafat beliau, wahyu pun terputus, dan seperti dikatakan Al-Qurthubi rahimahullah: wafat beliau adalah awal hilangnya kebaikan dan permulaan munculnya keburukan, seperti murtadnya sebagian orang Arab.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menggambarkan keadaan kaum muslimin saat itu: “Mereka seperti kambing yang kebasahan di malam yang dingin, karena kehilangan Nabi mereka.”
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pada hari Rasulullah ﷺ masuk ke Madinah, kota itu bercahaya. Namun pada hari beliau wafat, kegelapan menyelimuti semuanya. Belum juga kami selesai menutup jasad beliau dengan tanah, hati-hati kami telah berubah.”
Inilah tiga peristiwa besar di bulan Rabiul Awwal — kelahiran, hijrah, dan wafat Nabi ﷺ — yang selalu mengingatkan kita kepada beliau. Karenanya, kecintaan, kerinduan, dan ketaatan kita kepada sunnah beliau harus semakin bertambah. Namun, kita tidak boleh berlebihan sebagaimana orang Nasrani berlebih-lebihan terhadap Isa bin Maryam.
Ya Allah, limpahkanlah salawat dan salam kepada Muhammad, hamba, nabi, rasul, kekasih, pilihan, dan utusan-Mu, dengan salawat dan salam yang terus bersambung hingga Hari Kiamat. [PurWD/voa-islam.com]