View Full Version
Selasa, 23 Sep 2025

Demam Menghapuskan Dosa dan Kesalahan

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah ﷺ dan keluarganya.

Dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ masuk menemui Ummu al-Musayyab. Beliau bertanya: "Kenapa engkau menggigil, wahai Ummu al-Musayyab?"

Ia menjawab:

الحمَّى لا بارَك اللهُ فيها

"Karena demam, semoga Allah tidak memberkahinya."

Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

لا تسُبِّي الحمَّى فإنَّها تُذهِبُ خطايا ابنِ آدَمَ كما يُذهِبُ الكِيرُ خبَثَ الحديدِ

"Janganlah engkau mencela demam, karena sesungguhnya ia menghapus kesalahan-kesalahan anak Adam sebagaimana alat pembakar (tungku) menghilangkan kotoran besi." (HR. Muslim, no. 2575)

Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan Maha Lembut kepada mereka. Dia merahmati mereka di dunia dan di akhirat. Termasuk bentuk rahmat dan kelembutan-Nya kepada orang-orang beriman yang berdosa adalah bahwa Allah meringankan azab akhirat dengan sebagian cobaan yang menimpa mereka di dunia.

Dalam hadits ini, Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu 'Anhuma meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ masuk menemui Ummu as-Sā’ib – atau Ummu al-Musayyab –, lalu beliau bertanya kepadanya: “Ada apa denganmu hingga engkau bergetar?” Maksudnya: engkau menggigil karena dingin dan tubuhmu bergerak dengan keras.

Ia menjawab: “Karena demam.” Demam adalah panas tubuh, sejenis penyakit yang bermacam-macam bentuknya, dan semua itu terjadi dengan takdir Allah ‘Azza wa Jalla. Dialah yang menentukannya terjadi dan Dialah yang menghilangkannya.

Kemudian wanita itu berdoa buruk atas demam dengan mengatakan: “Semoga Allah tidak memberkahinya.” Maka Nabi ﷺ melarang ucapan tersebut, karena itu termasuk bentuk celaan (sabb) yang menunjukkan ketidakridhaan. Larangan ini mencakup seluruh jenis penyakit yang menimpa manusia.

Nabi ﷺ menjelaskan sebab larangan itu, yaitu bahwa penyakit (demam) dapat menghapus, mengampuni, dan menghilangkan dosa-dosa anak Adam, apabila ia bersabar atas sakit dan penderitaannya, serta mengharap pahala di sisi Allah. Hal itu bagaikan tungku pandai besi yang meniup api agar menyala; ketika besi dilebur dengan api, kotorannya hilang dan tersisa besi yang murni.

[Baca: Larangan Mencela Sakit Demam]

Demikian pula demam pada manusia: ia menghapus kesalahan dan mengampuni dosa jika ia sabar dengan niat mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hal ini juga berlaku bagi segala bentuk kesulitan atau penderitaan yang diharapkan darinya pahala. Karena itu, tidak pantas mencela atau memaki salah satu dari hal tersebut.

Hikmah larangan mencela adalah bahwa biasanya celaan muncul karena rasa jengkel, lemahnya kesabaran, atau tidak adanya kesabaran. Bahkan bisa menyeret pelakunya kepada murka (tidak ridha) yang diharamkan. Padahal, celaan itu tidak mendatangkan manfaat dan tidak pula meringankan rasa sakit.

Hadis ini juga mengandung pelajaran untuk ridha terhadap takdir Allah dan ketetapan-Nya. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version