


Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah ﷺ dan keluarganya.
Teringat, di satu malam, tiba-tiba datang dua orang saudara seiman ke rumah. Setelah salam, buru-buru menyampaikan bingkisan sembako yang dibawa. “Ini sudah diniatkan lama, ingin berbagi rezeki ke ustadz.” tuturnya. Tentunya, dengan senang hati dan senyuman merekah saya terima bingkisan bawaannya. “Al-Hamdulillah, dan terima kasih wajazakumullahu khaira,” balas saya.
Pembaca yang dirahmati Allah, setiap manusia memiliki rezekinya masing-masing yang telah Allah tetapkan sejak lama. Terkadang rezeki itu datang melalui usaha yang kita lakukan, dan terkadang Allah mengantarkannya dengan cara yang tidak kita sangka.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مِنْ هَذَا الْمَالِ شَيْئًا، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَسْأَلَهُ، فَلْيَقْبَلْهُ، فَإِنَّمَا هُوَ رِزْقٌ سَاقَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ
“Barang siapa yang Allah berikan kepadanya sebagian harta ini tanpa dia meminta-mintanya, maka hendaklah ia menerimanya, karena sesungguhnya itu adalah rezeki yang Allah antarkan kepadanya.”(HR. Ahmad, dinilai sahih dalam Shahih al-Jami‘ no. 5921)
Hadits ini mengingatkan kita bahwa tidak semua rezeki harus dikejar dengan permintaan atau usaha keras. Ada kalanya Allah menggerakkan hati seseorang untuk memberi, atau membuka jalan yang tidak pernah kita duga. Itulah tanda kasih sayang dan kehendak Allah yang Maha Pengatur.
Sikap seorang mukmin ketika menerima rezeki semacam ini adalah bersyukur dan menerimanya dengan lapang dada, bukan menolak atau merasa tidak pantas. Sebab, menolak pemberian yang datang tanpa diminta berarti menolak karunia yang telah Allah takdirkan.
Maka, ketika rezeki datang tanpa diduga -baik berupa bantuan, hadiah, kesempatan, atau kebaikan dari orang lain-, ingatlah: Itu adalah rezeki yang Allah antarkan khusus untukmu. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]