JAKARTA (voa-islam.com) - Wahai saudaraku! Sejatinya dinamika sejarah Islam bergantung kepada jihad. Engkau harus mengetahui bahwa tugasmu dalam hidup ini adalah menegakkan Din Allah. Dan menegakkan Din Allah di bumi merupakan suatu pekerjaan yang pasti disertai jihad, tak pernah lepas darinya untuk selamanya. Harus pula disetai tauhshiah bil haq dan taushiyah bis shabr.
Adapun orang-orang yang menyangka bahwa jihad itu hanyalah perangnya suatu kaum atau satu hari saja atau sebuah pergulatan demi mempertahankan hidup atau mengusir musuh yang menguasai sejengkal tanah, berarti mereka itu tidak mengetahui tabiat agama ini, dan tidak pula mengerti sunnah Sayyidil Mursalin.
Jihad adalah tugas wajib yang mengikat setiap leher Muslim sejak qalam (pena) berjalan mencatat amal perbuatannya, sampai dia bertemu dengan Allah atau sampai qalam tersebut diangkat , karena dia gila atau pingsa atau karena sebab yang lain. Tanpa alasan itu, maka tugas jihad akan tetap terus berlaku. Tak ada jalan lolos baginya.
Jika seseorang meninggalkan kewajiban jihad, yang lebih didahulukan daripada shalat, seperti masa-masa sekarang ini, maka boleh jadi dia menjadi orang fasik atau pendurhaka. Kewajiban jihad lebih didahulukan atas shalat dan puasa, seperti kata Ibnu Taimiyah.
“Tiada sesuatu yang lebih wajib hukumnya setelah iman kepada Allah daripada menolak musuh yang menyerang kehormatan dan agama”.
Artinya, jihad itu didahulukan atas shalat, shiyam, zakat, haji, dan kewajiban lainnya. Jika berbenturan antara kewajiban jihad dengan haji, maka kewajiban haji ditangguhkan dan kewajiban jihad didahulukan. Apabila kewajiban shiiyam berbenturan dengan jihad , maka kewajiban shiyam ditangguhkan.
Apabila berbenturan antara kewajiban jihad dengan kewajiban shlat, maka kewajiban shalat ditangguhkan sementara waktu, atau di qashar atau dipersingkat, atau dirubah bentuk dan keadaannya demi menyesuaikan dengan jihad. Karena menghentikan jihad sejenak saja sama dengan menghentikan gerak laju agma Allah Rabbul Alamin dalam kehidupan ini.
Lalu Apa Kehidupan Itu? Apa Sejarah Itu?
Sejarah kaum Muslimin tidak lain adalah gerak perjuangan para tokoh bersama agama ini melalui pedang dan al-Qur’an. Pedang disatu tangan dan al-Qur’an di tangan lain. Jika jihad berhenti dari perjalanannya dimuka bumi, dinamika sejarah Islam pun terhenti. Karena itu, para fuqaha menamakan jihad dengan “As-Siyasu” berarti sebuah perjalanan.
Mereka menyebutnya dengan istilah “As-Siyasu wal Maghazi”, maksudnya kisah perjalanan dan peperangan. Perjalanan jihad adalah perjalanan hidup para tokoh. Jihad adalah kisah-kisah para pahlawan. Sirah adalah kisahnya para tokoh dan gerak perjuangannya dalam menegakkan agama ini. Dan itulah agama ini. Kumpulan kisah itu disebut kumpulan sirah (perjalanan hidup). Sirah si fulan, dan si fulan, keseluruhannya disebuat sair (kisah-kisah perjalanan). Dan “siyar” mereka adalah jihad dan peperangan.
Oleh karena itu, terkadang setan masuk dalam hatimu untuk membisikkan rasa wass-was. Dia berkata, “Apa perlu wahai saudaraku, membuang-buang waktu bersama dengan orang-orang Afghan? Kaum yang tak memahami aqidah, kaum yang shalat mereka tidak tenang dan tidak khusyu’, kaum para pemimpin mereka saling bermusuhan dalam soal politik dan kekuasaan, kaum yang diantara mereka terdapat para pembohong dan pencuri, kaum yang hendak menghisap harta kekayaanmu?”.
Kadang setan masuk ke dalam dirimu melalui dalih maslahat dan tanggung jawab. Setan akan berkata kepdamu, “Mengapa engkau tinggalkan negerimu? Ketahuilah masjid yang kau tinggalkan sekarang ini jumlah orang shalihnya. Madrasah, sekolah yang kau tinggalkan telah kehilangan anak-anak didik yang pernah engkau asuh. Orang –orang telah berecerai berai dari masjidmu, kerikatan mereka hanya kepadamu, karena engkau adalah simbol keimanan dan figur pemimpin di mata mereka. Mereka akan akan mengikuti jejakmu dan menelusuri langkahmu.
Maka bertambahlah keraguan, kebimbangan dan kebingungan manakala bertambah kepedihan dalam perjalanan jihad. Akan tetapi, tidak jalan keluar. Jika engkau meninggalkan bumi jihad dan kembali ke negerimu, maka engkau akan membawa gelar fasik dari Allah.
“Maka tungguh sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS : Taubah : 24)
Engkau membawa gelar fasik, meskipun engkau mengerjakan shalatg di malam hari dan shiyam di siang hari, namun engkau tetap fasik. Setiap orang yang tidak berjihad di muka bumi sekarang ini, maka dia adalah fasik Meskipun dia aktivis masjid, meskipun dia adalah dari golongan abid (ahli ibadah) dan zahid (ahli zuhud).
Demi Allah, kutanyakan kepada kalian, ibadah apa, kezuhudan apa dan ghirah iman yang bagaimana yang ada kepada mereka yang menyaksikan kehormatan dirusak, kesucian diinjak-injak , kaum Muslimin dibantai, darah mereka mengalir sia-sia, batas-batas mereka dihalalkan, agama mereka dihina dan dilecehkan? Ghirah atau kecemburuan apa, agama apa, kezuhudan apa, dan shalat malam apa yang ada kepada mereka itu?
Sesungguhnya mereka yang lari dari bumi pertempuran , kemudian mencurahkan waktunya untuk beribadah, karena dada mereka sempit berjuang diatas jalan jihad, maka dada mereka akan bertambah sempit manakala tujuan yang paling besar lenyap dari matanya, tujuan yang diciptakan untuknya.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan”. (QS : Ad-Dzariyat : 56-57).
Saya katakan kepada Ikhwan yang hendak meninggalkan tempat kamp latihan ke dalam wilayah Afghanistan. “Saya mohon kepada Allah supaya Dia memberi mu karunia syahadah. Atau saya berdoa kepada Allah supaya memberi karunia pada diri saya dan kepada dirimu syahadah”.
Dia menjawab, “Saya ingin mati syahid , namun tidak diatas bumi ini”. Saya katakan, “Engkau berhak bercita-cita mati syahid di bumi Arab, namun saya tetap ingin mati syahid diatas bumi Afghanistan. Karena tiada perbedaan antara mati syahid di bumi Afghanistan dengan bumi Arab”. *Abdullah Azzam.