View Full Version
Jum'at, 16 Mar 2012

Wasiat Ustadz Aman Abdurrahman: ''Hadiah untuk Ikhwan Masjunin''

JAKARTA (voa-islam.com) - Setelah terbitnya buku bantahan terhadap tulisan Khairul Ghazali berjudul “Ya… Mereka Memang Thaghut”, ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman kembali menyampaikan wasiatnya untuk para ikhwah yang saat ini berada dalam tawanan thaghut (masjunun).

Vonis 9 tahun PN Jakarta Barat sama sekali tak mengurangi ketegaran ustadz Aman menyuarakan dakwah tauhid. Alhamdulillah, voa-islam.com mendapatkan nasehat terbaru beliau yang ditulis dari balik terali besi dan untuk mengobati rasa rindu umat Islam yang sangat dinanti, berikut ini kutipan wasiat beliau kepada para mujahidin yang saat ini menjadi tawanan thaghut.

Hadiah untuk Ikhwan Masjunin

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لا تُنْصَرُونَ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Huud: 113).

Kata الركون di dalam ayat adalah الميل اليسير yaitu kecenderungan yang sedikit sebagaimana yang dijelaskan oleh para ahli tafsir. Kecenderungan kepada orang-orang zalim ini menyebabkan pelakunya mendapatkan ancaman sentuhan api neraka. Al Imam Sufyan Ats Tsauriy rahimahullah berkata:

من لاق لهم دواة أو برى لهم قلماً، أو ناولهم ق`رطاساً، دخل في هذا

“Barangsiapa mencairkan tinta bagi mereka (orang-orang zalim) atau merautkan pena bagi mereka atau menyodorkan kertas kepada mereka, maka hal itu telah masuk dalam hal ini” (Dinukil dari Majmu’ Fatawa Asy Syaikh Abi Humam, juz 2 hal: 16)

Yaitu sikap-sikap itu masuk dalam kecenderungan kepada orang-orang zalim yang diancam dengan sentuhan api neraka.

Dan di antara orang-orang zalim adalah para sipir penjara penguasa muslim yang zalim, sebagaiamana dalam atsar ini:

وقد سئل الإمام أحمد رحمه الله سأله السجان عندما كان في السجن, قال: يا أبا عبد الله الحديث الذي روي عن الظلمة وأعوانهم صحيح؟ فأجاب الإمام أحمد: نعم" قال السجان: فأنا من أعوان الظلمة؟ قال الإمام أحمد: أعوان الظلمة من يأخذ شعرك ويغسل ثوبك ويصلح طعامك ويبيع ويشتري منك, فأما أنت فمن أنفسهم

“Sungguh Al Imam Ahmad rahimahullah ditanya oleh sipir penjara saat beliau berada di dalam penjara, dia berkata: “Wahai Abu Abdillah, apakah hadits yang diriwayatkan tentang orang-orang zalim dan para pembantunya itu shahih?”, Maka Al Imam Ahmad menjawab: “Ya”. Maka si sipir berkata: “Berarti saya termasuk para pembantu orang-orang zalim?” Maka Al Imam Ahmad berkata: “Para pembantu orang-orang zalim itu adalah orang yang mencukur rambutmu, mencucikan pakaianmu, menyediakan makananmu, serta yang menjual dan membeli darimu, adapun kamu maka termasuk orang-orang yang zalim itu.” (Dituturkan oleh Ibnul Jauzi dalam Manaqib Al Imam Ahmad hal: 397, dari Majmu’ Fatawa Asy Syaikh Abi Humam, juz 2 hal: 16-17)

Hadits yang dimaksud di atas adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إذا كان يوم القيامة نادى مناد اين الظلمة وأعوانهم من لاق لهم دواة أو ربط لهم كيساً أو مد لهم مدة قلم فاحشروهم معهم

“Bila di hari kiamat maka penyeru menyerukan: Mana orang-orang zalim dan para pembantu mereka, barangsiapa mencairkan tinta bagi mereka atau mengikatkan karung bagi mereka atau memberikan tinta pena bagi mereka, maka kumpulkanlah mereka itu bersama mereka”

Bila saja para sipir penjara pada penguasa muslim yang zalim di negara Islam adalah termasuk orang-orang zalim, maka bagaimana dengan para sipir penjara pada penguasa kafir di negara kafir yang memberlakukan hukum thaghut, maka lebih zalim lagi.

Bila saja menyodorkan kertas atau merautkan pena atau menyediakan tinta bagi mereka adalah sebagai bentuk kecenderungan kepada orang-orang zalim, maka bagaimana dengan membantu mengetikan BAP atau membantu pekerjaan sipir penjara thaghut dengan menjadi tamping-tamping atau yang lainnya yang melancarkan tugas sipir penjara thaghut yang menzalimi umat manusia? Bukankah ini lebih masuk lagi dalam jajaran para pembantu orang-orang zalim?

Dan bagaimana dengan sikap orang yang lebih memilih shalat diimami oleh sipir penjara thaghut daripada shalat diimami oleh ikhwan muwahhidin yang sama-sama dipenjara oleh thaghut? Padahal tidak ada pemaksaan terhadapnya, bukankah ini adalah bagian dari bentuk kecenderungan kepada orang-orang zalim?

وروي أيضا انه جاء خياط إلى سفيان الثوري فقال: إني رجل أخيط ثياب السلطان، هل أنا من أعوان الظلمة؟

!...فقال سفيان: بل أنت من الظلمة أنفسهم، ولكن أعوان الظلمة من يبيع منك الإبرة والخيوط

Dan diriwayatkan juga bahwa seorang penjahit datang kepada Sufyan Ats Tsauriy, terus berkata: “Sesungguhnya saya menjahitkan pakaian sultan (penguasa), apakah saya termasuk para pembantu orang-orang zalim?”.

Maka Sufyan berkata: “Bahkan kamu justeru termasuk orang-orang zalim itu, akan tetapi para pembantu orang-orang zalim itu adalah orang yang menjual jarum dan benang kepadamu...!”

Maka bagaimana gerangan dengan orang yang membantu sipir penjara thaghut dengan membukakan dan menguncikan pintu-pintu sel yang di dalamnya dikurung para mujahidin atau kaum muslimin? Dan begitu juga orang yang menyeduhkan minuman buat para sipir tahanan atau penjara thaghut? Bukankah itu sangat masuk dalam ancaman-ancaman di atas?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وقد قال غير واحد من السلف أعوان الظلمة من أعانهم ولو أنهم لاق لهم دواة أو برى لهم قلما ومنهم من كان يقول بل من يغسل ثيابهم من أعوانهم ، وأعوانهم هم من أزواجهم المذكورين فى الآية- " احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ "- فان المعين على البر والتقوى من أهل ذلك والمعين على الاثم والعدوان من أهل ذلك ولو أنهم لاق لهم دواة أو برى لهم قلما ومنهم من كان يقول بل من يغسل ثيابهم من أعوانهم ، وأعوانهم هم من أزواجهم المذكورين فى الآية- " احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ "- فان المعين على البر والتقوى من أهل ذلك والمعين على الاثم والعدوان من أهل ذلك قال تعالى" مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا وَمَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا " والشافع الذى يعين غيره فيصير معه شفعا بعد ان كان وترا ولهذا فسرت " الشفاعة الحسنة " باعانة المؤمنين على الجهاد و "الشفاعة السيئة " باعانة الكفار على قتال المؤمنين كما ذكر ذلك ابن جرير وابو سليمان .... أ.هـ.

“Banyak dari salaf mengatakan: A’wan (para pembantu) orang-orang zalim adalah orang yang membantu mereka walau hanya sekedar dia mencairkan tinta bagi mereka atau merautkan pena bagi mereka. Dan di antara salaf ada yang mengatakan: Bahkan orang yang mencucikan pakaian mereka adalah termasuk a’wan (para pembantu) mereka.

Dan a’wan mereka itu adalah termasuk teman sejawat mereka yang disebutkan di dalam ayat: "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah....”(Ash Shaaffaat: 22), karena sesungguhnya orang yang membantu terhadap kebaikan dan taqwa maka ia termasuk golongan orang-orang itu, sedangkan orang yang membantu terhadap dosa dan aniaya maka ia teramasuk golongan orang-orang itu.

Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya.” (An Nisa: 85). Pemberi syafa’at adalah orang yang membantu orang lain sehingga dia bersamanya menjadi genap setelah sebelumnya adalah ganjil, oleh sebab itu syafa’at yang baik telah ditafsirkan juga dengan membantu orang-orang mukmin terhadap jihad, sedangkan syafa’at yang buruk telah ditafsirkan juga dengan membantu orang-orang kafir terhadap memerangi kaum muslimin sebagaimana hal itu telah dituturkan oleh Ibnu Jarir dan Abu Sulaiman...” (Majmu’ Al Fatawa: 7/64) selesai.

Sungguh sangat jauh tolak ukur orang zaman sekarang dengan tolak ukur salaf...

Wallahu A’lam...

 

Abu Sulaiman Aman Abdurrahman


latestnews

View Full Version