View Full Version
Rabu, 09 May 2012

Imigran Muslim Menjadi Bom Waktu Bagi Uni Eropa

Eropa benar-benar berubah. Tak ada lagi toleransi terhadap pendatang. Termasuk agama yang dibawa para pendatang. Harus dimusnahkan dari daratan Eropa.

Rakyat Eropa melihat para imigran lebih jijik, dibandingkan dengan bangkai busuk. Krisis ekonomi yang mendera Eropa, kemudian menjadikan imigran dan muslim sebagai kambing hitam, dan menjadi musuh nyata mereka.

Dua pemilu Eropa, di Perancis dan Yunani, bisa menjadi tanda kemuakkan terhadap imigran. Partai-partai sayap kanan yang radikal dan ekstrim mendapatkan tempat di hati rakyat.

Partai-partai Sayap Kanan ultra nasionalis dengan meneriakan jargon anti imigran, sekarang masuk parlemen. Dengan dukungan suara yang signifikan. Di Perancis partai sayap kanan yang dipimpin Marine Le  Pen, mendapatkan dukungan yang luas di kalangan rakyat Perancis. Marine Le Pen mendapat dukungan 6,5 juta pemilih. Sayap Kanan yang dipimpin Le  Pen hanya bermodal "jargon" mengusir para imigran, lalu begitu antusiasnya para pemilih Perancis mendukungnya.

Di Yunani. Para pemilih yang kecewa dengan program penghematan, melahirkan Sayap Kanan, yang sangat ekstrim yaitu kelompok Neo-Nazi, dan mendirikan partai politik, “Golden Dawn”. Partai bikinan Neo-Nazi yang seumur jagung itu, bakalan mendapatkan 20 kursi di parlemen baru.

Di Perancis Presiden Nicolas Sarkozy yang sangt konservatif, dan menjadi pendukung  zona euro, tersungkur kalah melawan tokoh Sosialis, Francois Hollande. Kekalahan Sarkozy membawa pesimisme bagi masa depan 27 negara yang tergabung dalam  Uni Eropa.

Di setiap negara Uni Eropa tumbuh  dengan subur, seperti jamur di musim hujan, kelompok-kelompok partai Sayap Kanan dan ultra nasionalis, yang tidak pernah berkompromi dengan pandangan-pandangan regionalis, yang ingin menyatukan daratan Eropa menjadi satu kesatuan. Kekalahan Sarkozy yang merupakan salah satu kekuatan pilar utama  zona euro itu, bakal mengakhiri mimpi para pemimpin Eropa yang sangat besar, yaitu kesatuan Uni Eropa.

Para pemimpin Sayap Kanan yang ultra nasionalis itu, dan yang sangat ekstrim, mengaduk emosi rakyat Eropa dengan memadukan ketidak-puasan rakyat dengan kegelisahan sosial yang luas. Mereka mendapatkan muaranya, yang kemudian tercetus dalam bentuk  kebencian terhadap imigran dan Muslim. Ini berlangsung di seluruh daratan Eropa.

Pemimpin Front Nasional Marine Le Pen menyerukan agar  Perancis meninggalkan zona euro, dan mendepak para imigran dari Perancis. Mereka bukan hanya melihat imigran sebagai parasit, tetapi lebih dari itu, mereka melihat imigran dan Muslim sebagai ancaman masa depan mereka.

Hampir semua negara Uni Eropa, tingkat pengangguran naik dengan sangat drastis. Sejak pemerintahan Uni Eropa melakukan pengetatan anggaran.

Selain Perancis, Yunani, Irlandia, Portugal, Spanyol, Finlandia, Rumania dan Italia termasuk Belanda, di mana Sayap Kanan, berjuang menumbangkan pemerintahan mereka masing-masing. Seperti di Belanda, Partai Kebebasan, yang merupakan Sayap Kanan  yang  dipimpin Geerd Wilders bukan hanya mendukung keluarnya Belanda dari zona euro, tetapi juga Wilders ingin agar para imigran pergi dari Belanda.

Siapa yang bertanggung jawab dengan lahirnya kekuatan baru di Uni Eropa, yang menggunakan krisis ekonomi ini, kemudian mengusir para imigran dan Muslim? Itulah  skenario kaum Zionis yang menggunakan tangan-tangan mereka mengusir Muslim dari daratan Eropa.

Sebuah laporan yang dibuat oleh CIA dan Rand Corp, yang sangat kredibel, membuat laporan yang menjadi acuan bagi penentu kebijakan di seluruh pemimpin Barat, nampaknya telah memberikan “warning” peringatan dengan sebutan “human time bom”, yang menjadi ancaman bagi peradaban Barat. “Human time bom”, tak lain bom manusia, di mana imigran Muslim, yang diprediksi secara evolutif, nantinya akan menguasai daratan Uni Eropa, tanpa harus mengeluarkan sebutir peluru.

Tidak ada lagi kisah penaklukan militer seperti yang dilakukan  oleh panglima perang Thariq bin Ziyad, tetapi secara alamiah daratn Uni Eropa akan jatuh ke tangan muslim.

Sekarng yang ada hanyalah ilmuwan muslim seperti cucu Hasan al-Banna, Thariq Ramadhan yang sangat sibuk mengenalkan Islam, dan menghilangkan salah paham dan phobia terhadap Islam. Thariq Ramadhan sudah menjadi “bintang”, yang tak pernah jeda memberikan kuliah di berbagi kampus terkemuka di Barat, khususnya di Eropa.

Tak heran kalau sekarang banyak kalangan terdidik di Eropa yang masuk Islam. Bahkan, mantan Perdana Inggris Tony Blair, lebih banyak waktunya digunakan membaca literatur Islam dan Qur’an. Adik isterinya Tony telah pula masuk Islasm.

Inilah sejatinya yang menjadi akar gerakan sayap kanan di Eropa, bukan hanya semata-mata masalah imigran. Retorika sayap kanan yang meneriakan sentimen anti-imigran, anti-muslim yang memiliki akar yang dalam di Perancis dan di seluruh daratan Eropa. Ketakutan mereka terhadap semakin tumbuhnya kekuatan muslim. Sarkozy dalam kampanye mengangkat isu, bahwa “Orang asing terlalu banyak" di Perancis, cetusnya.

Peneliti Perancis, Feldman,  mengatakan, semakin tampak bahwa "imigran, Muslim, dan Islam menjadikan tema kampanye. Islam, Muslim, dan imigran adalah barbar, dan ancaman bagi stabilitas Eropa dan perdamaian", ucap mereka.

Sebuah laporan oleh kelompok hak asasi Amnesty Internasional bulan lalu menyoroti masalah ini, mengatakan Muslim di Eropa menghadapi diskriminasi dalam pendidikan, pekerjaan dan kebebasan beragama.

Mereka merasa terancam dengan “human  time bom”, para imigran yang semakin besar. Sementara itu, secara kuantitas populasi penduduk Uni Eropa terus menyusut, karena mereka tak lagi berminat dengan anak.

Ini adalah buah dari budaya mereka.  Mereka menikmati sek, tetapi mereka tidak ingin anak. Sehingga,di hampir negara di daratan Uni Eropa pertumbuhan penduduknya “zero”, dan bahkan “minus”. Lalu, mengapa mereka marah terhadap imigran dan Muslim? (mh)

 


latestnews

View Full Version