View Full Version
Kamis, 07 Jun 2012

Gerakan Transnasional Syi'ah Shafawiyah di Timur Tengah

Oleh : Arie Alfikri*

Di balik hegemoni Amerika Serikat di dunia umumnya dan hegemoni Israel di Timur Tengah, ada 2 aktor dunia yang secara frontal melakukan perlawanan terhadap kedua negara tersebut. Aktor tersebut adalah Iran (state actor) dan Hizbullah (non state actor). Bisa dilihat bagaimana seorang Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad dengan lantang menyerukan agar Israel dihapus keberadaannya dari peta dunia.

Selain itu sikapnya yang konsisten untuk melanjutkan proyek nuklir walaupun ditentang oleh Amerika Serikat dan PBB. Antagonisme terhadap Amerika Serikat dan Israel juga ditunjukkan oleh gerakan Islam Syi’ah Lebanon yang dipimpin oleh Syekh Hassan Nasrallah yakni Hizbullah.

Dunia dikejutkan oleh kemenangan Hizbullah dalam perang melawan Israel selama sebulan pada tahun 2006. Dimana kemenangan ini sangat memalukan Israel yang dikenal kuat dalam militer karena dibantu oleh Amerika Serikat. Sehingga bisa dikatakan bahwa Iran dan Hizbullah telah menjadi icon masyarakat dunia untuk menggugat imperialisme dan hegemoni Amerika-Israel.

Dalam dunia Islam, Iran dan Hizbullah dikenal sebagai gerakan Syi’ah. Syi’ah dalam terminologi syariat bermakna : mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm).

Sedang dalam istilah syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak masa pemerintahan Utsman bin Affan yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari. Walaupun dikenal sebagai gerakan Syi’ah, Iran dan Hizbullah tetap dianggap sebagai lokomotif perjuangan Dunia Islam melawan hegemoni AS dan Israel. Iran dan Hizbullah dianggap telah banyak memberikan pelajaran bagaimana seharusnya umat Islam dunia harus bersikap terhadap kezaliman. Popularitas kedua gerakan Syi’ah ini terus naik dan menenggelamkan peran kalangan Sunni seperti presiden, raja, dan pemimpin negara Arab bahkan gerakan Hamas yang melakukan perlawanan bersenjata terhadap Israel.

Di balik antagonisme yang diperankan oleh Iran dan Hizbullah, penulis ingin memberikan penjelasan sisi lain dari gerakan Syi’ah ini. Apakah gerakan Syi’ah ini benar-benar memperjuangkan kejayaan Islam. Apakah tujuan gerakan ini sebenarnya. Adakah keterkaitan antara Iran dan Hizbullah serta gerakan Syi’ah lainnya di Timur Tengah. Apa saja yang telah dilakukan kedua gerakan ini dibalik antagonismenya terhadap Amerika Serikat dan Israel. Jawaban dan penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan diatas diharapkan menjadi penilaian yang objektif terhadap “realitas permukaan” kedua gerakan Syiah ini.

Pembahasan

Selain kesamaan aliran pemikiran keagamaan, antara Iran dan Hizbullah memiliki keterkaitan dalam hal kerja sama dan aliansi strategis. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa Hizbullah mendapatkan bantuan persenjataan dan amunisi dari Iran. Salah seorang pemimpin Hizbullah pernah ditanya wartawan di tahun 1987 “Apakah kalian merupakan bagian dari Iran?”. Pemimpin Hizbullah tersebut menjawab : “Bahkan kami adalah Iran di Lebanon dan Lebanon di Iran”. Selain itu secara simbolis seorang Hasan Nashrullah pun meletakkan foto Imam Khomeni (pemimpin spritual Iran) dalam ruang kerjanya di Lebanon.

Ternyata aliansi gerakan Syi’ah tidak hanya Iran dan Hizbullah. DR Muhammad Bassam Yusuf (penulis buku Menyingkap Konspirasi Besar Zionis-Salibis dan Neo Syiah Shafawis terhadap Ahlussunnah di Semenanjung Arabia), mensinyalir adanya aliansi strategis antara gerakan Syi’ah di Timur Tengah. Aliansi tersebut melibatkan Iran, Hizbullah, Suriah, dan kelompok Syi’ah di Irak.

Kasus kemarahan pemimpin Suriah Basyar Al-Asad terhadap pemerintah Lebanon diikuti oleh mundurnya 5 menteri Syi’ah dari Hizbullah menunjukkan adanya keterkaitan antara Hizbullah dan Suriah. DR Bassam Yusuf menulis adanya pertemuan di Damaskus tahun 2007 antara Iran dan Suriah untuk membentuk aliansi strategis yang didalamnya turut pula bergabung kelompok Hizbullah. Aliansi strategis gerakan Syi’ah ini disebut dengan proyek kebangkitan Syi’ah Shafawis. Aliansi yang ingin mengembalikan kejayaan dinasti Shafawiyah dan Fathimiyah dalam menguasai kekuasaan di semenanjung Arab dan Afrika.

Berikut adalah beberapa fenomena Proyek Shafawistik ini:

1. Adanya gerakan dan upaya pembersihan etnis dan mazhab Sunni Arab di Irak seiring dengan upaya pengisoliran terhadap mereka di wilayah Selatan Irak. Ditambah lagi dengan seruan untuk membagi kawasan Irak berdasarkan kelompok aliran, serta mendorong pasukan Amerika Serikat untuk terus melakukan penangkapan, penawanan, pembunuhan, penghancuran dan pembersihan terhadap kaum Sunni, terhadap mesjid-mesjid, lembaga-lembaga, dan juga gerakan-gerakan Sunni.

2. Keterlibatan kaum Persia Shafawis di Irak dengan kerjasama yang sangat sempurna dengan pimpinan tertinggi kaum Syiah di Irak, khususnya yang memiliki ras Persia. Dan itu diwujudkan dalam bentuk kerjasama intelejen, militer, ekonomi, politik dan agama, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat baik secara militer dan logistik.

3. Keterlibatan kaum Persia Shafawis di Suriah untuk mengerahkan gerakan Syi’ahisasi terhadap Muslim Sunni. Selain itu adanya pemberian kewarganegaraan Suriah kepada para keturunan Persia dan warga Syiah Irak oleh pemerintah Suriah. Dan jumlah mereka hingga saat ini telah melebihi 1.000.000 jiwa. Mayoritasnya bermukim di Propinsi al-Sayyidah Zainab dan sekitarnya di Damaskus.

4. Menonjolnya upaya-upaya pemalsuan yang sangat vulgar dalam perhitungan demografis terhadap rakyat Suriah. Dan bukti yang paling jelas atas itu adalah studi-studi fiktif yang dipulikasikan oleh Intelejen Suriah bahwa masyarakat Suriah adalah masyarakat minoritas, dan prosentase Sunni dari keseluruhan jumlah masyarakat Suriah itu hanya 48%. Padahal, rakyat Suriah secara mayoritas mutlak terdiri dari Sunni, dan ini adalah sebuah fakta yang terlalu jelas di Suriah.

5. Kesepakatan dan konspirasi bersama dengan kekuatan Amerika Serikat. Publikasi oleh pimpinan spiritual tertinggi Syiah di Irak, berupa fatwa-fatwa yang mengharamkan perlawanan terhadap Amerika Serikat dan melabeli kaum Sunni mereka label teroris. Dan semua itu dilakukan seiring dengan upaya-upaya dusta mereka yang seolah mendorong perlawanan terhadap Amerika hingga negara Irak merdeka.

6. Semakin meningkatnya upaya-upaya penangkapan yang dilakukan oleh Pemerintah Suriah terhadap warga Arab Iran (al-Ahwaz) yang mencari perlindungan ke Suriah sejak puluhan tahun yang lalu. Tidak hanya itu, sebagian tokoh perlawanan al-Ahwaz (Khalil ibn ‘Abd al-Rahman al-Tamimy dan Sa’id ‘Audah al-Saky) kemudian diserahkan kepada pihak Intelejen Iran.

Fenomena di atas menunjukkan sikap yang bertentangan dengan “politik pencitraan” Iran dan Hizbullah (bagian dari aliansi Syi’ah Shafawis) yang dikenal vokal terhadap Amerika Serikat dan Israel. Keterlibatan Iran dan Hizbullah dalam aliansi Syiah Shafawis merupakan sisi lain wajah Iran dan Hizbullah sebagai ikon perlawanan Dunia Islam. Sebuah kenyataan yang jarang diekspos dan hanya ada di “dunia balik layar”.

Untuk menarik simpati dunia dan agar diterima sebagai bagian dari Dunia Islam, gerakan Syiah Shafawis ini menjadikan isu Palestina sebagai komoditas politik. Isu palestina dimainkan agar ada keterlibatan emosional seluruh bangsa Muslim di dunia. Upaya untuk mempermainkan isu Palestina dilakukan dengan berbagai langkah berikut :

1. Lebih dari sekali, Presiden Iran meneriakkan slogan-slogan kosongnya untuk seruan menghapuskan Israel dari peta dunia

2. Mengumumkan aliansi Iran-Suriah dengan beberapa organisasi Palestina yang memiliki citra yang baik di mata dunia Arab dan Islam. Pemerintah Iran juga memberikan kesan akan memberikan bantuan finansial kepada pemerintahan Hamas. Namun faktanya bantuan itu tak pernah ada. Bantuan Iran itu tidak lebih dari sekedar slogan dan janji kosong, sebab kaum Shafawis-Persianis ini tak akan dapat digerakkan kecuali dengan motif ras dan kelompok, dan dalam hal ini organisasi Palestina adalah kaum Sunni.

3. Penyelenggaraan berbagai pertemuan mencurigakan antara pemerintah Suriah dengan pemerintah Israel yang diikuti oleh pernyataan bahwa pemerintah Suriah adalah pilihan mereka yang harus didukung. Sementara pihak Suriah juga menyatakan keinginannya untuk berdialog dengan Israel. Padahal pada saat yang sama, pihak Suriah gencar melakukan pembersihan etnis terhadap warga negaranya, melakukan konspirasi terhadap upaya pengajaran Islam Sunni, sembari memberikan dorongan bahkan bantuan moral dan materil terhadap pengajaran Syiah-Shafawis

4. Keterlibatan Mossad yang cukup dalam di Irak dengan dukungan pemerintah Irak buatan Amerika Serikat dibantu oleh milisi Syiah Shafawiyah di Irak untuk menangkap dan membunuh para ulama dan tokoh Sunni yang berpengaruh di Irak. Tindakan terror dilakukan berupa penculikan, penyiksaan hingga pembunuhan. Dan aliansi strategis ini bahkan telah siap melakukan langkah yang sama di tiga wilayah: Irak, Suriah dan Lebanon. Karena itu, tindakan apapun yang dilakukan oleh salah satu dari aliansi ini, sesungguhnya merupakan bagian dari global proyek Shafawis ini di sepanjang kawasan yang memanjang dari Iran hingga Lebanon, termasuk didalamnya Irak dan Suriah.

Proyek Syi’ah Shafawis ini setidaknya dibangun di atas 5 pijakan:

1. Bekerja sama dengan kekuatan Barat di bawah komando Amerika Serikat untuk menguasai negeri-negeri kaum Muslimin. Dan seluruh dunia mengetahui dengan baik, bahwa Iran memiliki peran yang sangat besar dalam bekerja sama bersama Amerika Serikat untuk menjatuhkan Afghanistan dan Irak. Para petinggi Iran sendiri mengakui hal itu. Muhammad Ali Abthahi, wakil presiden Iran yang lalu mengatakan: “Seandainya bukan karena Iran, Amerika tidak mungkin mampu menguasai Irak…Seandainya bukan karena Iran, Amerika tidak mungkin mampu menundukkan Afghanistan.”

2. Menyalakan api peperangan antar kelompok, melakukan upaya pembersihan etnis dan kelompok, bekerja keras untuk membagi-bagi wilayah. Mengusir warga Irak yang sunni dari propinsi-propinsi dimana mereka hidup bersama dengan kaum Sy’iah. Ditambah dengan peran-peran merusak para pemimpin spritual Syi’ah di Irak untuk menghancurkan kaum Sunni dan semua lembaga yang mereka miliki. Al-Syirazy menyerukan dalam khutbahnya untuk menghancurkan mesjid-mesjid Sunni di Irak. Dan kaum Syi’ah benar-benar menghancurkan ratusan mesjid Sunni, atau mengubahnya menjadi Husainiyat dan pusat-pusat Syi’ah Shafawis.

3. Membunuh tokoh-tokoh potensial Sunni baik dari kalangan ilmuwan, militer dan agama dan melakukan upaya untuk meneror, mengusir atau membalas dendam pada tokoh-tokoh Sunni.

4. Kamuflase demografis sebagaimana yang terjadi di Suriah secara khusus. Dan juga seperti yang terjadi di Lebanon, Yordania, dan Irak.

5. Menciptakan benturan-benturan fiktif dengan kaum Zionis Israel. Padahal itu hanyalah sebuah pancingan agar Israel mengamuk lalu menghancurkan negeri-negeri kaum Muslimin. Berharap kondisi negeri Muslim lainnya sama seperti Afghanistan dan Irak

Ada 4 wilayah yang dipilih oleh kaum Syiah Shafawi sebagai jejak awal merealisasikan tujuan dan rencana mereka adalah sebagai berikut :

1. Wilayah Iran
Di kawasan ini operasi pembersihan terhadap kaum Sunni sangat luas terjadi. Ini diikuti dengan penghalalan harta, kehormatan dan bahkan mesjid-mesjid mereka (perlu diingat, bahwa di seluruh Taheran tidak ada satupun mesjid kaum Sunni)

2. Wilayah Irak
Kerja sama dilakukan dengan Amerika Serikat untuk melakukan upaya-upaya seperti: penghancuran dan membagi-bagi wilayah Irak, mempersenjatai milisi-milisi Syiah untuk menyerang Sunni, pembersihan dan pengusiran kaum Sunni, dan memalsukan prosentase jumlah penduduk Irak dengan menyebarkan studi-studi palsu yang menyatakan kemayoritasan Syi’ah, padahal sebelumnya kaum Sunni menempati posisi 52% penduduk Irak.

3. Wilayah Suriah
Pemerintah Suriah –yang merupakan sekutu strategis Iran- telah melakukan berbagai upaya penangkapan dan pembersihan yang sangat luas terhadap rakyat Suriah sendiri. Mereka melakukan pembatasan terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam, dan memberikan keleluasaan bagi lembaga-lembaga Syi’ah padahal Syi’ah di Suriah sama sekali tidak mempunyai wujud riil. Pemerintah Suriah juga melindungi upaya misionarisme Syiah di tengah kaum muslimin Suriah, memberikan kewarganegaraan pada kaum Syiah yang datang dari Iran dan Irak, serta mempersempit ruang gerak orang-orang al-Ahwaz yang mengungsi ke Damaskus. Suriah juga menyiapkan dirinya sebagai pangkalan penggempuran terhadap Lebanon dan Yordania, tentu dengan menggunakan masalah Palestina sebagai ‘senjata’ untuk kepentingan aliansi ini

4. Wilayah Lebanon
Hizbullah dan Gerakan Amal –keduanya jelas gerakan Syiah- memainkan peranan sebagai gerakan perlawanan palsu. Melakukan perlawanan terhadap Israel demi menjaga senjata tetap di tangan dan memainkan lobi politik di Lebanon demi kepentingan aliansi Shafawis-Persianis. Kedua gerakan ini jelas-jelas melancarkan misionarisme Syiah dan sengaja memancing Israel untuk menghantam Lebanon kapan saja aliansi Shafawistik itu membutuhkannya. Upaya menghancurkan keutuhan Lebanon, terus dilakukan untuk membentuk sebuah negara Syiah dalam Negara Lebanon

Penutup
Penjelasan sistematis di atas sudah jelas menunjukkan bagaimana usaha gerakan Syi’ah Shafawis (pemerintah Iran, pemerintah Suriah, kelompok Hizbullah dan kelompok Syiah Irak) untuk menguasai jazirah Arab khususnya daerah yang membentang anatara Iran dan Palestina. Penjelasan yang akan membantu untuk membaca realitas politik Internasional yang dimainkan Iran dan kaum Syiah shafawis lainnya.

Perlawanan terhadap zionis Israel tentu akan mendapatkan simpati dunia Islam. Namun gerakan yang menjadikan upaya perlawanannya sebagai bagian dari sebuah pewujudan tujuan yang tak jauh berbahaya dari proyek Zionisme di Timur Tengah adalah suatu tindakan di luar kemanusiaan. Pelaksana proyek hanya menjadikan masalah Palestina sebagai barang dagangan sementara pada saat yang sama gerakan Syiah membantai orang-orang Palestina, merampas harta dan kehormatan mereka.

Tidak bisa diterima jika kaum Syiah Shafawi melakukan pengacauan keamanan terhadap Suriah dan Lebanon demi mewujudkan tujuan-tujuan mereka. Tidak bisa diterima jika Lebanon dihancurkan dan rakyatnya dibunuh hanya karena ulah provokatif yang dilakukan oleh pendukung proyek Shafawis-Persianis yang bernama Hizbullah dan eksekusinya dijalankan oleh Israel. Tidak bisa diterima jika operasi-operasi militer gelap dijadikan sebagai ajang penguluran waktu untuk membangun proyek Senjata Nuklir Iran-Shafawis, yang kelak akan digunakan untuk menghancurkan bangsa Arab dan kaum muslimin.

Dalam lembaran sejarah tidak ditemukan sedikitpun bahwa Iran pernah terlibat dalam peperangan melawan Israel atau Amerika Serikat. Bahkan Iran justru pernah mengimpor senjata dari Israel dan Amerika saat berperang melawan Irak (Iran gate). Iran juga yang membujuk dan mendukung keberlangsungan pendudukan Amerika di Irak Iran sendiri yang ikut campur dan memudahkan pemerintah Suriah untuk melenyapkan putra-putra terbaiknya.

Iran sendiri yang menggunakan Hizbullah untuk memancing tindakan penghancuran Lebanon oleh Israel. Iran sendiri yang merebut tiga pulau milik Emirat Arab. Dan Iran yang berusaha mengubah gerakan perlawanan Palestina menjadi selembar kertas yang kelak dengan mudah ia mainkan, meski harus mengorbankan stabilitas keamanan seluruh kawasan Arab dan Islam.

Perlawanan terhadap Israel tidak sungguh-sungguh dilakukan dan buktinya dataran tinggi Golan masih dalam keadaan tenang. Hizbullah menunutut adanya pembebasan tawanan Lebanon oleh Israel namun pada saat yang sama tidak menuntut warga lebanon yang ditahan Pemerintah Suriah.

Gerakan Syiah Shafawiyah hanya memainkan kampanye politik yang tidak berdasarkan kenyataan. Gerakan ini tidak jauh berbeda dengan gerakan Zionis. Sama-sama ingin menguasai Timur Tengah berdasarkan ideologi rasis. Pembantaian dan tindakan di luar kemanusiaan dilakukan untuk mencapai tujuan. (des)

 *Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta


latestnews

View Full Version