Cairo (voa-islam.com) Presiden Mesir Mohamad Mursi membersihkan dalam tubuh militer yang pro-Israel. Langkah strategis ini, bertujuan menciptakan stabilitas negara, dan akan lebih fokus dibidang ekonomi dalam negeri. Hal ini tidak mungkin dapat dicapai selama elemen-elemen militer, tidak dapat menjamin stabilitas keamanan, dan masuknya unsur-unsur asing dalam tubuh militer Mesir.
Langkah Mursi itu, sebagaimna dikemukakan oleh Ketua Komite Hubungan Luar Negeri di Parlemen Mesir, Dr Mohammed Feda Fahmi, mengatakan bahwa sebuah kelompok yang bertindak sebagai sayap kelima Israel dalam tentara Mesir telah dieliminasi selama operasi di Sinai. Selama ini, kelompok yang memiliki hubungan rahasia dengan Israel itu, secara diam-diam menciptakan situasi penuh dengan kekacauan di Sinai.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan media Anadolu (AA) pada hari Senin, Dr Mohammed mengatakan bahwa "Orang-orang di Sinai telah dikenakan sanksi pelanggaran besar terhadap hak asasi manusia, selama masa jabatan mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak."
"Hari ini, kita mencari cara memecahkan masalah di Sinai. Pertama-tama, langkah-langkah keamanan yang diambil terhadap semua ancaman yang akan merugikan persatuan nasional. Kemudian, masalah yang diabaikan oleh tentara dan pasukan keamanan di wilayah itu telah ditangani dengan cepat. Selain itu, sebuah kelompok yang bertindak sebagai sayap kelima Israel dalam tentara Mesir itu dihilangkan, "kata Dr Mohammed.
"Mesir sedang menciptakan kebijakan luar negeri yang seimbang dan mendukung investasi di dalam negeri," kata Dr Mohammed.
"Muhammad Mursi, tidak seperti pendahulunya, tidak memulai perjalanannya ke luar negeri dengan mengunjungi Amerika Serikat. Tetapi,pertama Mursi mengunjungi Arab Saudi dan kemudian pergi ke Ethiopia, China dan negara-negara Eropa," ungkap Dr.Muhammed. Ini menunjukkan Mursi ingin menciptakan keseimbangan, dan tidak bergantung sepenuhnya kepada Amerika Serikat, dan Mesir ingin melepaskan ketergantungan kepada Amerika Serikat, yang selama ini menjadi sekutu utama Mesir.
"Ekonomi Mesir tidak (negatif) akibat terjadinya serangan di Sinai atau oleh film anti-Islam yang penuh penghinaan pada Nabi Muhammad," tegas Dr Mohammed. Menurut Mohammed serangan ke Sinai di design oleh Zionis-Israel, yang bertujuan ingin merusak stabilitas Mesir, dan bahkan film "Innocence of Muslim", juga bertujuan merusak stabilitas negeri Spinx itu.
"Ketika kita berbicara tentang perekonomian Mesir, banyak dari investor saat ini yang ingin melakukan pembicaraan dan membangun kerjasama dengan Mesir, seperti Amerika Serikat, Arab Saudi, Qatar, Jerman dan negara-negara Eropa," kata Dr Mohammed.
"Tidak mungkin berbicara tentang keberadaan sebuah negara yang tidak didukung oleh kekuatan asing, seperti kritik kelompok oposisi Mesir yang menolak pinjaman Mesir kepada IMF. Sesungguhnya, menurut Dr Mohammed pinjaman itu, bertujuan menata kembali ekonomi Mesir, yang hancur selama pemerintahan Mubarak.
Namun, pemerintahan Mursi, berjanji akan sangat hati-hati menggunakan pinjaman luar negerinya. Mesir berusaha ingin lebih fokus membangun kerjasama ekonomi dengan negara-negara Arab, tanpa bergantung lagi kepada fihak Amerika Serikat dan Eropa. "
"Kami bekerja keras agar Mesir berdiri di atas kaki sendiri. Kami memiliki proyek baru yang akan dilaksanakan, "kata Dr Mohammed. "Turki membuat kemajuan ekonomi yang besar setelah Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) berkuasa. Kami ingin mengambil pengalaman ekonomi yang dibangun oleh Turki," ungkap Dr Mohammed.
Militer Mesir disusupi unsur-unsur yang pro-Israel, dan menggunakan kelompok-kelompok Islam di Sinai, yang bertujuan menciptakan kekacauan keamanan di wilayah Semenanjung Sinai, dan akhirnya menciptakan perang terbuka. Sehingga, langkah-langkah itu, ingin menggagalkan rencana dan kebijakan yang sekarang diambil pemerintahan Mursi, yang ingin lebih fokus memperbaiki ekonomi Mesir, yang porak-poranda akibat krisis, selama dipimpin oleh Marsekal Mubarak. af/as