Damaskus (voa-islam.com) Rezim Syiah Alawiyyin Suriah yang dipimpin Bashar al-Assad yang didukung ribuan milisi Syiah Hisbullan Lebonan, menggunakan senjata kimia menyerang dan menghancurkan kekuatan-kekuatan pejuang Islam di pinggiran Damaskus, ungkap oposisi Suriah, Rabu, 21/8/2013.
Sementara itu, pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, yang berlangsung di New York, menyerukan segera penyelidikan terhadap penggunaan senjata kimia serangan senjata oleh pasukan Suriah dipinggiran ibukota Damaskus.
Oposisi Suriah menuduh pemerintah pada hari Rabu menggunakan senjata kimia untuk menyerang wilayah yang dikuasai pejuang Islam di timur Damaskus, dan menewaskan ratusan orang, ungkapnya.
Serangan yang yang dilakukan oleh rezim Bashar al-Assad itu bersamaan dengan kunjungan tim 20-anggota PBB ke Damaskus. TIM PBB yang datang ke Damaskus hanya memiliki mandat menyelidiki tiga tuduhan sebelumnya tentang penggunaan senjata kimia oleh pasukan Suriah.
Wartawanan Al Jazeera John Terrett menyampaikan laporan dari PBB, di New York : "Ada kekhawatiran yang kuat di antara anggota Dewan tentang tuduhan dan pengertian umum bahwa harus ada kejelasan tentang apa yang terjadi dan situasi di Suriah," kata Duta Besar Argantina di PBB, Maria Cristina Perceval, kepada wartawan setelah pertemuan darurat Dewan Keamaan PBB.
Maria menambahkan bahwa anggota Dewan - yang diberi penjelasan singkat oleh Wakil Sekretaris Jenderal Jan Eliasson mengatakan, bahwa " Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon menyambut tekad untuk menjamin penyelidikan menyeluruh, imparsial dan cepat", ujarnya.
Amerika Serikat, Inggris dan Perancis di antara sekitar 35 negara yang menyerukan Sekjen PBB memberikan mandat kepada penyidik Ake Sellstrom, dan timnya yang saat ini berada di Suriah melakukan penyelidikan insiden itu sesegera mungkin.
Diplomat PBB, bagaimanapun, mengatakan Rusia dan Cina menentang langkah-langkah penyelidikan yang akan dilakukan oleh Dewan Keamanann PBB.
'Benar-Benar Terjadi
Video dibagikan oleh para aktivis, yang tidak bisa diverifikasi secara independen, menunjukkan petugas medis menyelamatkan anak-anak yang menjadi korban senjata kimian oleh pasukan Suriah. Rumah sakti sangat kuwalahan menolong para korban senjata kimia.
Ada laporan mengenai korban tewas, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, kelompok pengawas berbasis di Inggris, mengatakan serangan itu menewaskan sedikitnya 100 orang.
Salim Idriss, kepala militer dari Tentara Pembebasan Suriah, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa setidaknya 1.600 orang tewas dan ratusan lainnya terluka.
"Rezim Suriah mengejek PBB dan kekuatan-kekuatan besar ketika menyerang target dekat Damaskus, tapi mengirim penyilidik PBB hanya masalah kecil," katanya.
Angkatan bersenjata Suriah membantah keras penggunaan senjata kimia, dan televisi negara mengatakan tuduhan itu dibuat untuk mengalihkan perhatian para peneliti PBB.
Uni Eropa mengutuk penggunaan senjata kimia yang diduga sebagai "tidak dapat diterima".
"Kami sedang menunggu informasi lebih lanjut tentang hal ini, tetapi jika diverifikasi ini benar akan menjadi eskalasi mengejutkan dari penggunaan senjata kimia di Suriah. Kami bertekad orang yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban, "kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.
Ralf Trapp, seorang ahli senjata kimia, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dengan tim PBB yang ada di negara itu, penyelidikan yang sangat efektif dapat dilakukan.
"Ini bisa dilakukan dengan sangat cepat, karena Anda sekarang dalam kerangka waktu [dari beberapa jam atau hari setelah serangan itu] sehingga Anda dapat menemukan agen yang sebenarnya atau produk degradasi agen, dalam sampel biologis dan juga di lingkungan, "katanya, berbicara dari Perancis.
Para pejuang Islam di pinggiran Suriah mengatakan roket dengan bahan kimia digunakan untuk memukul kota-kota dipinggiran Damaskus seperti Ain Tarma, Zamalka dan Jobar, selama serangan fajar.
Pusat pemantauan Kantor Media Damaskus, mengutip angka dikumpulkan dari rumah-rumah sakit, mengatakan 150 mayat ditemukan di Hammouriya, 100 mayat di Kfar Batna, 67 mayat di Saqba, 61 mayat di Douma, 76 mayat di Mouadamiya dan 40 mayat tempat lain di pinggiran kota Damaskus.
Mereka menambahkan bahwa setidaknya 90 persen dari mereka dibunuh oleh gas dan sisanya dengan tembakan.
Suriah dikatakan memiliki salah satu cadangan terbesar di dunia senjata kimia, termasuk gas mustard dan agen saraf sarin. Senjara kimian itu pernah pula digunakan Saddam Husien menyerang wilayah Kurdi di Halabjah menewaskan ratusan orang, di tahun l986.
Pada bulan Juni, AS mengatakan pihaknya memiliki bukti yang meyakinkan bahwa rezim Bashar al-Assad menggunakan senjata tersebut terhadap kekuatan oposisi. Tetapi, sampai hari ini Amerika Serikat dan Eropat tidak bertindak apapun terhadap Suriah. mshd/ab