Cairo (voa-islam.com) Ikhwan seperti mengulangi sejarah, di mana gerakan yang didirikan oleh Hasan al-Banna itu, mengulangi kembali kondidi, mengalami penindasan dan kekejaman oleh militer. Siklus pengulangan itu, selalu melahirkan sebuah gambaran yang sangat pahit, tetapi Jamaah Ikhwan, tak pernah kehilangan jati dirinya.
"Sejak Ikhwanul Muslimin dibentuk, Jamaah itu berada di bawah rezim yang selalu memprovokasi, mulai ketika Mesir masih dibawah monarki, kemudian diperintah oleh Presiden Gamal Abd el-Nasser, Anwar al-Sadat dan Hosni Mubarak," ujar Tariq Mursi, juru bicara resmi Partai Kebebasan dan Keadilan, yang menjadi wajah politik dari Jamaah Ikhwan.
Di tahun l956, sebuah prahara besar menghantam Jamaah Ikhwan, dan para pemimpin Ikhwan mengalami penzaliman, penganiayaan di bawah Presiden Jenderal Gamal Abdul Nasser, Anwar Sadat, dan Marsekal Hosni Mubarak, para pemimpin Ikhwan terus-menerus ditekan, dan dipenjara oleh militer.
Mursyid 'Aam Mohamad Badie, misalnya, dipenjara karena keterlibatannya dengan Ikhwanul Muslimin pada tahun 1965, dan teman satu selnya diantaranya Sayyid Qutb, penulis Islam berpengaruh buku-buku termasuk Fi Zilalil Qur'an yang akhirnya dieksekusi oleh pemerintah Nasser.
Cahaya yang sedikit nampak dari ujung terowongan gelap dari kelompok Islam, temaram, saat terjadinya revolulsi penggulingan rezim Hosni Mubarak, yang berlangsung pada 25 Januari 2011. Gerakan rakyat Mesir itu, berhasil menggulingkan Mubarak.
Revolusi yang berhasil menggulingkan Mubarak itu, memungkinkan Jamaah Ikhwan memenangkan mayoritas di parlemen dan kemudian pemilihan presiden. Tapi, kekuasaan yang digenggam Mursi itu, tak berlangsung lama, hanya satu tahun, dan kemudian militer terjadi ledakan, dan penggulingan Mursi. Selamanya, konflik antara Ikhwan dn militer, tak akan pernah berakahair.
"Inilah sebabnya mengapa antara konflik antara Ikhwan dan militer terus berlangsung. Mesir menghadapi kesulitan yang abadi. Rezim sebelumnya tidak pernah bisa menghancurkan Ikhwan. Kelompok ini memiliki ikatan yang sangat kuat dengan rakyat Mesir", kata juru bicara FJP.
Sebuah elemen-elemen Gerakan Islam yang memiliki ikatan yang sangat kuat, kokoh, serta tidak mempan oleh serangan "attachment" dari luar, karena Jamaah Ikhwan memiliki jaringan infrastruktur amal yang kuat di kalangan rakyat.
"Organisasi ini didasarkan pada hubungan dan ikatan sosial dengan keluarga, tetangga, sekolah, rumah sakit, lembaga dan panti asuhan," kata Nidal Sakr, seorang analis politik Ikhwanul, kepada Reuters.
"Jika anda ingin mendekati Ikhwanul anda harus mendekati masyarakat," katanya. "Dalam pengertian organisasi itu dapat dihentikan. Tapi anda tidak bisa membawanya keluar dari masyarakat."
Mohamad Badie dan dua orang wakilnya - Rashad Bayoumi dan Khairat al-Shater, yang ikut ditahan, dan akan dihadapkan di pengadilan dengan tuduhan menghasut pembunuhan demonstran yang meninggal di luar markas mereka di Kairo pada malam tanggal 30 Juni, ketika sejumlah oposisi Mesir melakukan aksi memprotes Mursi.
Persidangan mereka dengan cepat ditunda sampai Oktober, dengan terdakwa gagal untuk membuat penampilan pengadilan, kabarnya karena masalah keamanan.
Mohammed Attia, seorang pengacara Mohamad Badie, al-Shater dan Bayoumi, menjelaskan tentang penangkapan massal sebagai langkah militer menghancurkan gerakan Ikhwan.
"Mereka ingin mengatakan bahwa Ikhwan adalah teroris dan menjelek-jelekkan Ikhwan dan para pemimpinnya, sehingga saat kudeta mereda, kata Attia Washington Post.
Pekan lalu ulama garis keras Salafi, Safwat Hegazy, ditangkap di sebuah pos pemeriksaan dekat Siwa Oasis, dekat Libya. Kantor berita negara Mesir melaporkan bahwa Hegazy berusaha meninggalkan negara melintasi perbatasan Libya.
Kepala Partai Kebebasan dan Keadilan Mohammad Saad al-Katatani juga ditahan atas tuduhan menghasut pembunuhan demonstran dan memiliki senjata api.
Mohammad Mahdi Akef, mantan Mursyid Aam Ikhwanul Muslimin juga ditangkap atas tuduhan yang sama, serta mantan kandidat presiden dan tokoh Salafi, Hazem Abu Ismail.
Dan di antara wajah-wajah Islam yang paling populer adalah Hassan al-Prince, juru bicara resmi Partai Kebebasan dan Keadilan, yang difilmkan duduk di sebuah lokasi yang dirahasiakan dilaporkan setelah penangkapannya.
Pangeran ditahan atas tuduhan hasutan untuk pembunuhan dan kekerasan terhadap pengunjuk rasa menentang Mursi di kota pelabuhan Alexandria.
Seorang putri anggota ini Ikhwanul baru-baru ini berbicara dalam komentar kepada kantor berita AFP, mengatakan penangkapan telah memaksa mereka melakukan gerakan secara rahasia.
"Kami sudah kembali ke kontak atau hubungan langsung, dan melarang penggunaan telepon dan internet, yang dapat memungkinkan kita untuk dapat ditemukan," kata Aisha, memberikan nama palsu untuk alasan keamanan.
Ayahnya kembali ke bawah tanah, karena menghindari penangkapan, setelah terjadi serangan oleh militer terhadap para pendukung Mursi pada 14 Agustus.
Sesudah Mohamad Badie di tangkap oleh militer, kemudian roda organisasi Ikhwan, dipegang oleh tokoh senior dalam Ikhwan, yaitu Mahmoud Ezzat, yang menjadi wakil Mursyid Aam. Ezzat mengambil sementara pimpinan Ikhwan setelah Badie ditahan.
Ezzat belum muncul ke depan publik sejak 30 Juni protes, menurut surat kabar Mesir al-Masry al-Youm, menambahkan bahwa Ezzat juga dikenakan tuduhan menghasut dan pembunuhan.
Mohamed el-Beltagy, Sekretaris Jenderal Parta Kebebasan dan Keadilan menghadapi tuduhan yang sama, khusus memerintahkan pengunjuk rasa melakukan aksi demo di depan markas Pengawal Republik (Garda Republik).
Essam al-Erian, penasehat Presiden Mursi menghadapi tuduhan yang sama. Essam membuat kontroversi yang luas setelah Essam mengatakan tahun lalu bahwa semua orang Yahudi harus kembali ke Mesir. Essam terakhir terlihat di Rabaa al-Adawiya, saat berlangsung aksi demo.
"Kampanye penangkapan tidak hanya menargetkan Ikhwan," kata juru bicara Mursi, dan Partai FJP, tetapi seluruh unsur-unsur Gerakan Islam di Mesir.
"Ini semua bukan hanya tentang Ikhwan. Pihak berwenang juga menargetkan anggota FJP, Partai Wasat (partai Islam moderat) dan orang-orang di Gedung dan Pembangunan Partai, serta aktivis politik yang tidak berafiliasi ke koalisi Islam. "
"Ikhwan itu bukan satu-satunya kelompok pendukung (Presiden Mursi) legitimasi," tambahnya. Tetapi, semua elemen gerakana yang mendukung Mursi, mereka akan menghadapi militer dengan segala bentuk kekerasan yang akan dihadapi mereka.
Waktunya, bakal lahir generasi baru, dan akan tidak mengulangi lagi, pembiaran terhadap penzaliman oleh militer yang sudah membunuhi dengan kejam dan biadab terhadap rakyat Mesir. Generasi baru yang lebih memiliki ruhul jihad, dan akan melawan segala bentuk kezaliman yang tengah dipertontonkan militer Mesir. mshd/wb