Damaskus, (voa-islam.com) Tiran Suriah Bashar al-Assad dan Jendral Abdul Fattah al-Sissi, nampaknya tak pelak menjadi tokoh terkemuka dalam kejahatan kemanusiaan (genosida), di mana kedua bisa dikatakan sebagai tukang "jagal" dari dunia Arab.
Al-Assad dan Al-Sissi dengan dingin membantai ribuan rakyat sipil dengan tanpa peduli. Bashar al-Assad menggunakan senjata pemusnah massal (kimia) menghadapi rakyatnya.
Ribuan rakyatnya tewas dalam serangan senjata pemusnah massal (kimian) di pinggiran kota Damaskus. Lebih 2.000 penduduk, di pinggiran tewas, akibat senjata pemusnah massal. Padahal, senjata pemusnah massal sudah dilarang oleh konvensi Jenewa. Tetapi, Bashar tak peduli menggunakan senjata pamungkas itu, melawan rakyatnya.
Bashar al-Assad tetap menolak penggunaan senjata kimia, seakan dia manusia "suci" dengan moral, dan selalu menggunakan "standar ganda", ketika menghadapi masyarakat dunia. Bukti-bukti sudah cukup, ketika sesudah tanggal 21 Agustus, di mana Bashar al-Assad menggunakan senjata "pemusnahan massal" kimia, di Ghouta, Timur Damaskus. Rezim Syiah Alawiyyin melakukan genosida terhadap rakyatnya.
Namun, seperti dilaporkan oleh berbagai kantor berita internasional, Bashar al-Assad mengecam, dan menuduh adanya, "konspirasi" internasional, yang ingin menghukum tindakan dari Bashar al-Assad yang telah melakukan genosida terhadap rakyatnya.
Hal ini, sama persis seperti yang oleh Menteri Pertahanan Mesir, Jenderal Abdul Fattah al-Sissi yang dengan kejinya membantai para demosntran yang mendukung Presiden Mohamad Mursi, di Rabiaah al-Adawiyah Square, Nahda, dan Ramses, di mana ribuan pendukung Mursi tewas, dan puluhah ribu lainnya mengalami luka-luka.
Masalahnya, moralitas masyarakat internasional sangat lembek, dan tidak memiliki sikap yang jelas, terhadap dua orang tukang "jagal" yang telah melakukan kejahatan yang sangat luar biasa, membantai rakyat sipil yang tidak berdosa, dan dibiarkan tanpa adanya tindakan dari masyarakat internasional.
Kemudian Presiden Bashar al-Assad mengatakan secara tegas-teggas, : "Jika Jendral Abdul Fattah al-Sissi bisa membantai ribuan warga sipil Mesir dengan darah dingin dan memiliki impunitas (kekebalan) secara total, mengapa saya tidak bisa berperilaku seperti al-Sissi juga? Apakah tindakan yang saya lakukan itu benar-benar kejahatan yang mengerikan untuk menumpahkan darah warga sipil Suriah? Padahal peristiwa yang terjadi di Ghouta (pinggiran Damaskus) itu kejahatan yang lebih kecil,dibandingkan dengan banjir darah di Mesir, saat militer Mesir membantai dengan membabi buta terhadap ribuan demonstran dengan peluru tajam di Rabia'a Adawiya?", ujar Bashar al-Assad, seperti diungkapkan sebuah media di Damaskus.
Hitler dari Damaskus ini sebenarnya bingung menghadapi kemarahan internasional atas penggunaan senjata kimia, seperti gas Sarin, ketika menghadapi pasukan oposisi, dan ikut menjadi korban warga sipil yang tidak berdosa. Bashar al-Assad sama jahatnya dengan ayahnya yaitu Hafez el-Assad yang membunuh puluhan ribu rakyat di kota Hama pada tahun 1982, dan bahkan menggunakan senjata kimia - dan berhasil lolos pengadilan internasional.
Bashar al-Assad pasti mengatakan, : "Jika Amerika bisa menggunakan bom atom yang jauh lebih mematikan, ketika melawan musuh-musuh mereka (Jepang), mengapa tindakan Amerika yang benar-benar kriminal tidak dihukum. Saya berjuang untuk kelangsungan hidup rakyat Suriah, dan harus memusnahkan ancaman Muslim Sunni dengan kimia senjata? Bukankah Amerika Serikat pernah menghadapi pilihan tidak dilarang? Suriah menghadapi situasi yang buruk, dan harus melakukan pilihan, hidup atau mati?', tukasnya.
Namun, Bashar Assad membasmi rakyatnya sendiri, di mana ia berjanji akan melindungi rakyatnya dengan kata, "Demi Tuhan", saat Bashar di lantik menjadi presiden tahun 2000.
Oleh karena itu , penggunaan senjata paling mematikan di dunia terhadap rakyatnya sendiri , warga sipil tak berdosa yang sedang tidur di rumah mereka sendiri sebelum fajar, membuat Assad lebih dari penjahat yang paling terkutuk manapun, tapi pengkhianat kriminal ini selalu memiliki standar ganda. Bahkan setanpun belum merancang hukuman yang sesuai dengan jenis kejahatan yang dilakukannya.
Demikian pula, Jendral Abdul Fatttah al-Sissi melakukan kudeta kudeta terhadap Presiden Mohamad Mursi, yang dipilih rakyatnya secara demokratis, dan tangan al-Sissi telah berlumuran dengan darah rakyat Mesir, tetapi ia dapat lolos, dan memiliki impunitas (kekebalan), tanpa hukuman apapun, atas kejahatan kemanusiaan yang sudah dilakukannya. Justru al-Sissi telah menipu dan memanipulasi masyarakat dunia, bahwa tindakan itu dalam rangka menyalamatkan Mesir menghadapi teroris.
Sayang masyarakat internasional membiarkan para penjahat dan kriminal, dan mereka tetap menikmati hidupnya, tanpa pengadilan, seperti Joseph Stalin, Adolf Hitler, Pol Pot, Ariel Sharon, dan lainnya, semua mereka adalah para pembunuh massal alias tukang "jagal" yang wajib diadili, dan dihukum.
Seperti Slobodan Milasovic, tukang jagal dari Serbia yang telah membunuhi Muslim Bosnia, di kota Sbrenica, dan sekarang mendekam di penjara Den Haag (Belanda) atas kejahatannya.
Inilah sebabnya mengapa Assad melihat Abdul Fattah - Sisi sebagai contoh hidup yang harus diikuti dan ditiru . Baginya, Sisi jelas merupakan sumber dorongan dan inspirasi bagi Bashar al-Assad melakukan kejahatan kemanusiaan.
Semua ini berlangsung di tengah-tengah reaksi internasional yang sangat lemah terhadap kudeta berdarah Mesir, dan masyarakat internasional harus berani mengambil keputusan yang menghukum monster yang haus darah yang sudah menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya di Timur Damaskus dengan gas kimia mematikan .
Janganlah melupakan para penjahat yang sangat mengerikan yang menampilkan wajah mereka dengan penuh senyum, dan terus membangun citranya dengan berbagai media yang mereka miliki, sejatinya Bashar al-Assad dan Jendral Abdul Fattah al-Sissi, kedunya adalah tukang jagal dari dunia Arab yang wajib dikutuk oleh seluruh umat manusia. af/hh