View Full Version
Kamis, 26 Sep 2013

Perang Saudara Terjadi di Amerika Serikat

Washington DC (voa-islam.com) Amerika Serikat terus dirundung pembunuhan massal. Seperti tak pernah jeda. Pembantaian berlangsung dengan memakan korban tidak sedikit. Masyarakat Amerika sedang mengalami tingkat kekacauan yang sangat akut.

Sekarang masyarakat Amerika sejatinya telah melakukan perang saudara (perang sipil) diantara mereka. Ini akibat terus berlanjutnya depressi mental bangsa yang dianggap sebagai super power, dan sekarang menghadapi kehancuran.

Minggu lalu berlangsung pembantaian, di mana 12 orang dibantai oleh Aaron Alexis di Navy Yard, Washington DC. Tapi bagaimana kalau kita mendalami masalah ini, dan  lebih mendalam sejatinya masalah ini, bukan hanya masalah bagi Amerika, sebaliknya masalah yang sekarang terjadi di Amerika merupakan krisis kemanusiaan yang sangat luas, khususnya di kalangan masyarakat Barat. Mereka menuju perang saudara, akibat krisis yang multi dimensi.

Sebagai warga dunia, mungkin kita menuntut diakhirinya penderitaan yang tak terbayangkan, terutama para  korban dan keluarga mereka - di mana anak-anak dan  perempuan menjadi korban, dan ini seperti yang terjadi di setiap peristiwa yang terjadi di Amerika dan seluruh dunia.

Korban pembabntaian yang terjadi Amerika dengan senjata api, nampaknya sudah mencapai jumlah yang besar, dan jumlah korban terus bertambah.Tak kurang 32.000 warga Amerika yang tewas dibantai oleh warga Amerika sendiri, ini tidak ada korelasinya dengan tingkat angka kriminalitas yang terjadi di Amerika, sejak tahun l980.

Jika pembantaian yang terus berlangsung di Amerika ini tidak ditemukan secara mendasar akar masalahnya, maka ini akan menjadi budaya baru dikalangan penduduk Amerika yang saling membantai.

Untuk menyerap skala kekacauan , ada baiknya mencoba untuk menebak angka kematian dari semua perang dalam sejarah Amerika sejak Perang Kemerdekaan dimulai pada 1775 , dan mengikuti dengan memperkirakan jumlah dibunuh oleh senjata api di AS sejak hari itu Robert F. Kennedy ditembak pada tahun 1968 oleh .22 Iver - Johnson pistol , Sirhan Sirhan dikerahkan oleh .

Angka-angka dari Badan Riset Kongres , ditambah statistik terbaru dari icasualties.org, memberitahu kita bahwa jumlah korban pertama pembantaian di  Lexington, sampai  ke operasi di Afghanistan, jumlahnya sudah mencapai 1.171.177 jiwa.

Sebaliknya, jumlah mereka yang tewas akibat tembakan  senjata api, termasuk bunuh diri, sejak tahun 1968, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dan FBI, jumlahnya 1.384.171 jiwa.

Jumlah orang Amerika yang tewas mencapai 212.994 jiwa, dan ini merupakan angka terbesar dalam  45 tahun terakhir, dibandingakn dengan angka korban perang. Ini menggambarkan betapa masyarakat Amerika sekarang ini telah berada di ambang kekacauan yang sangat mengerikan dan menuju perang saudara, dan pada akhirnya akan menghancurkan kehidupan mereka.

Tentang keselamatan mereka sendiri, Amerika sering memiliki kemampuan luar biasa, meskipun kemudian menimbulkan berbagai paradok, termasuk Homeland Act, dan sampai tingkat memamtai-matai rakyatnya. Tetapi, tidak menutup peluang terjadinya kekacauan dan pembantaian massal, serta peristiwa ini terus berlangsung. Dalam  dekade terakhir ini,  di mana rasa takut terhadap teroris  telah menelan biaya ratusan miliaran dolar dalam perang, pengawasan dan program intelijen dan keamanan tanah air .

Sepuluh tahun setelah peristiwa 9/11, Amerika telah mengeluarkan anggaran keamanan dua kali lipat,dan  menjadi $ 69 miliar dollar. Jumlah total anggaran yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Amerika menghadapi ancaman dan terorisme sudah mencapai $ 649 miliar dollar.

Sejak peristiwa  9/11, di Amerika korban yang tewas sudah mencapai 364.000 jiwa, dan sebagian senjata api milik pribadi .

Presiden Obama mengomentari penembakan di Washington pekan lalu, mengatakan bahwa bangsa Amerika berada dalam bahaya besar, dan  akan menuju perang sipil. Ini benar-benar menjadi ancaman yang sangat menakut, ujarnya.
 
Di Amerika, rakyatnya menuju ke arah kehidupan yang lebih mengerikan, dan karena mereka mengalami depressi yang sangat akut, bukan hanya karena faktor ekonomi, tetapi budaya materialisme telah membawa mereka ke arah yang lebih destruktif. msh/hh


latestnews

View Full Version