LONDON (voa-islam.com) - Kelompok hak asasi manusia, Amnesty Internasional (AI), mengecam Uni Eropa karena tanggapan yang buruk atas krisis pengungsi Suriah.
Dalam laporannya, AI mengatakan para pemimpin Uni Eropa melakukan 'terlalu kecil' untuk para pengungsi yang berada di posisi paling lemah dalam konflik di negara tersebut.
Menurut mereka, Uni Eropa hanya menawarkan tempat bagi 12.340 pengungsi untuk tahun depan, tak sampai setengah dari 30.000 yang diharapkan PBB, Jum’at, 13/12/2013.
Jumlah itu jelas amat jauh lebih kecil dibanding perkiraan sekitar 2,2 juta warga Suriah yang mengungsi.
Musim dingin yang mulai tiba akan membuat ratusan ribu pengungsi Suriah di kamp-kamp di Lebanon dan Yordania semakin menderita dan AI mendesak UE membantu untuk mengurangi tekanan yang dihadapi negara-negara tetangga Suriah.
Perdana Menteri Inggris,David Cameron, menanggapi laporan AI dengan menegaskan Inggris merupakan negara penyumbang terbesar bagi Suriah setelah Amerika Serikat dan meminta negara-negara Eropa lainnya melakkan lebih banyak.
Bulan September, dua lembaga amal pengungsi Inggris menulis surat terbuka kepada Cameron untuk meminta pembentukan program pemukiman kembali warga Suriah.
Amerika Serikat menghentikan bantuan untuk Suriah utara setelah kelompok Mujahidin menguasai gudang senjata milik kelompok oposisi yang didukung Barat (FSA).
Dalam bulan-bulan terakhir ini, Amerika mengirimkan bantuan termasuk makanan dan peralatan komunikasi untuk Tentara Pembebasan Suriah (FSA), kelompok oposisi utama negara itu. Pemimpin FSA, Jendral Selim Idris telah melarikan diri ke Turki, dan pasukan FSA mengalami kekalahan menghadapi gempuran Mujahidin.
Amerika sebelumnya menjanjikan bantuan non-senjata, termasuk makanan, senilai US$ 250 juta dollar. Namun pekan lalu, gudang Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dikuasai oleh kelompok Fron Islamis yang terus meningkat kekuatannya.
Kelompok Fron Islamis dibentuk bulan lalu dengan menyatunya enam grup yang bertujuan untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dan membentuk negara Islam. Kelompok ini tidak melibatkan pemberontak yang terkait dengan al-Qaidah, yang juga beroperasi di Suriah.
Amerika Serikat mengatakan penghentian ini tidak akan mempengaruhi bantuan kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh badan-badan bantuan. Wartawan Aljazeera, mengatakan Amerika tidak menginginkan agar bantuan mereka digunakan oleh kelompok Mujahidn itu.
Amerika Serikat dan Turki khawatir atas bangkitnya kelompok Mujahidin di Suriah utara ini, kata pengamat militer, James Reynolds, di Istambul. Mujahidin Suriah terus mengalami kemajuan yang penting, sejak bersatunya berbagai kelompok pejuang itu, ke dalam sebuah wadah baru, Front Islam. afh/hh