MOSKOW (voa-islam.com) - Surat kabar Financial Times menulis artikel berjudul , " Putin adalah spoiler , bukan ahli strategi " , yang menggambarkan esensi dari kebijakan Putin. Surat kabar itu dalam laporan khususnya:
“Vladimir Putin betapa dia memiiki ambisi dan sangat haus dengan masa lalu, dan ingin mengembalikan Rusia memiliki pengaruh global, seperti kala kejayaan Uni Soviet menjadi super power, dan memimpin blok komunis”, tutur Times, Kamis, 18/12/2023.
Ambisi Putin ini hampir sejatinya hampir tercapai. Di tengah-tengah semakin melemahnya pengaruh Amerika Serikat secara global. Ambisi Vladimir Putin, tentu tidak dapat dipandang remeh, karena Putin terus melakukan langkah-langkah strategis, dan kebijakan yang sangat ambisius mencapai tujuannya itu.
Langkah Presiden Vladimir Putin itu dapat dilihat dari tiga kebijakan luar negeri yang bersifat strategis tahun ini.
Pertama , ada yang disebut dengan “ kudeta diplomatik”, pada bulan Agustus, setelah rezim Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia di Suriah. Putin mengusulkan kepada AS, yaitu dengan pilihan menghapus senjata pemusnah massal (kimia) milik rezim Suriah.
Hal ini tujuannya tidak hanya menghindari serangan rudal AS. Tetapi, sekaligus menopang sekutu Rusia, Bashar al-Assad, tetap berada dalam kekuasaannya, sementara negaranya semakin terperosok pertumpahan darah.
Lalu, Presiden Vladimir Putin memberikan perlindungan kepada Edward Snowden , mantan pejabat NSA ( National Security Agency) yang membelot, dan membawa sejumlah dokumen rahasia, terkait dengan kebaijakan dibidang intelijen AS.
Kasus pembelotan Snowden membawa dampak yang sangat dahsyat, dan menggemparkan dikalangan sekutu AS, dan menunjukkan bagaimana Washington melakukan mata-mata terhadap sekutu-sekutunya, kemudian merusak hubungan Washington dengan Uni Eropa.
Dengan memberikan perlindungan terhadap Edward Snowden, di Moskow, semuanya menjadi petunjuk Putin, menuju kearah era perang dingin kembali dengan AS. AS menginginkan agar Snowden diserahkan ke pengadilan AS, tetapi itu tidak pernah dilakukan oleh Putin .
Akhirnya , langkah Putin yang paling dramatis tercapainya kesepakatan antara Rusia dan Ukraina . Selama bertahun-tahun Uni Eropa telah berusaha membawa Ukraina masuk kedalam lingkup Uni Eropa dan Barat melalui perjanjian kemitraan.
Namun dalam langkah berani , Putin telah membawa Kiev kembali ke lingkup pengaruh Rusia , menyediakan bantuan sebesar $ 15 milyar dollar dalam bentuk pinjaman, dan pejualan gas alam dengan harga yang sangat murah.
Tindakan Presiden Rusia ini telah berdampak buruk bagi Presiden Obama dan kepentingan AS, dan Putin memenangkan dalam perebutan pengaruh di Eropa dan ke Timur Tengah.
AS di bawah Obama kehilangan momentum, dibandingkan dalam langkah-langkah politik, membangun kembali kekuatan kebijakan politik luar negerinya. Putin ingin Rusia menjadi “super power” di masa mendatang mengalahkan pengaruh AS di seluruh jagad.
Namun, banyak kalangan yang sangat termangu dengan kebaijakan Putin yang begitu agresif, dan sekarang menjadi lokomotif, khususnya menghadapi masalah global dan regional, seperti yang sekarang terjadi di Suriah dan Ukrainka.
Tetapi, para pengamat mengingatkan tidak terlalu berlebihan memandang keberhasilan langkah-langkah Putin secara fundamental. Pada kenyataannya, Putin sedang membangun rumah di atas tumpukkan pasir.
Ada Beberapa Faktor Kegagalan Putin.
Pertama, Rusia menghadapi kondisi ekonomi yang terus memburuk. Rusia membutuhkan harga minyak tetap tinggi untuk mempertahankan tingkat belanja publik. Tidak ada jaminan ini akan terjadi.
Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan sebesar 2,5 persen tahun depan , Rusia masih merupakan “orang sakit” di antara negara-negarayang tergabung dalam BRICS. Ini menggambarkan kekuatan ekonomi Rusia bukan semakin membaik, tetapi tetap memburuk dan stagnan.
Rusia mewarisi kondisi ekonomi yang tak pernah membaik dan terus memburuk sejak runtuhnya politik dan ekonomi Rusia di era Yeltsin, dan selalu gagal mempertahankan laju pertumbuhan.
Kedua, Rusia bukanlah pemain global dengan visi strategis yang dengan cara apapun dapat menyaingi AS. Pengaruhnya terbatas pada beberapa wilayah di dunia. Rusia terus mengalami kegoncangan yang hebat, akibat kekacauan di beberapa negara Eropa Timur dan Timur Tengah, termasuk Afrika, Amerika Latin dan Asia.
Putin tidak mampu menghadapi saingannya AS mengubah seluruh kawasan menjadi sekutunya. Karena memang kemampuan Putin dan Rusia sangat terbatas menjadi pemain global, seperti ketika zamannya Soviet.
Kita harus memahami dengan jelas mengapa Putin mampu melakukan kudeta diplomatiknya tahun ini? Presiden Rusia Vladimir Putin tidak sedang mengakali Barat. Sebaliknya, itu adalah akibat Barat dan AS, karena ia membiarkan dirinya dikelabui. Jika Obama telah maju dengan serangan rudal di Suriah, Kremlin tidak bisa menghentikannya.
Jika Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF), melakukan langkah penyelamatan terhadap Ukraina, dan memutuskan memberikan Ukraina $ 15 milyar dollar, tanpa kondisi dan persyaratan apapun, Ukraina akan terikat oleh Barat.
Memang, sekarang Washington sangat bingung menghadapi situasi yang sudah berubah di seluruh kawasan, dan lahirnya pemain baru yang sangat menakutkan yaiu al-Qaidah. Washington menjadi termangu melihat perubahan dan kehilangan kemampuannya membaca perubahan global sekarang ini. [msh/ftm/voa-islam.com]