DELTA NIL, MESIR (voa-islam.com) - Sedikitnya 14 polisi diyakini tewas, dan lebih 100 orang lainnya mengalami luka-luka dalam sebuah ledakan dahsyat, dan menghancurkan kantor polisi di kota Delta Nil utara Kairo, ungkap seorang pejabat keamanan, Selasa, 24/12/2013.
Di antara yang terluka akibat ledakan di markas besar keamanan Daqahliya di provinsi Delta Nil Mansour, adalah kepala polisi provinsi Jenderal Sami Al-Meih. Ini sebuah pukulan yang hebat terhadap fihak keamanan Mesir. Nampaknya, perang dimulai antara rezim militer yang sekkuler melawan kekuatan Islam di Mesir yang ditindas secara biadab berpuluh tahun oleh kekuatan militer.
Sebuah penyelidikan awal menunjukkan bahwa ledakan itu adalah hasil dari sebuah bom mobil. Sebuah bom mobil yang memiliki daya ledak yang sangat dahsyat menghantam markas kepolisian dan keamanan di Delta Nil Utara. Serangan ini sekaligus memberikan peringatan (warning) bahwa kekuatan jihadis mulai sudah tidak lagi dapat mentolelir terhadap kejahatan militer Mesir.
Serangan itu terjadi sehari setelah kelompok Al-Qaidah meminta polisi dan tentara Mesir melakukan desersi atau menghadapi kematian di tangan pejuangnya. Kelompok al-Qaidah menyerukan kepada polisi dan tentara melakukan desersi dan meninggalkan kesatuan mereka, karena rezim militer di bawah Jendral Abdul Fattah al-Sissi sekarang ini, tak lain, mereka rezim murtad dan kafir yang tangannya sudah berlumuran dengan darah kaum Muslimin Mesir.
Ansar Beit Al-Maqdis, mengatakan mereka menganggap pasukan Mesir menjadi kafir karena mereka patuh pada pemerintah sekuler yang didukung militer. Militer Mesir yang dipimpin Jendral Fattah al-Sissi adalah bagian dari kepentingan Zionis dan Amerika. Mereka harus dihancurkan, ungkap pejabat Ansar Beit al-Maqdis.
Belum lama ini, Kepala CIA John Brennan, dan pernahh menjadi Kepala Kontra "Terorisme" dan Staf Khusus Presiden Barack Obama, pekan lalu, melakukan kunjungan rahasia bertemu dengan Jendral Abdul Fattah al-Sissi, berbicara dengan pemimpin kudeta dan memberikan komitmen dan mendukung rezim militer dalam memerangi terorisme dan al-Qaidah.
Ansar Beit al-Maqdis yang berbasis di Sinai merupakan kekuatan Jihadis yang secara terbuka melakukan gelombang serangan terhadap pasukan keamanan sejak kudeta awal Juli yang menggulingkan Presiden Muhammad Mursi yang didukung oleh Ikhwanul Muslimin. Sebagai tanggapan, angkatan bersenjata Mesir melancarkan serangan militer terhadap mujahidin di provinsi Utara Sinai pada bulan Agustus.
Berbicara di sebuah forum media, juru bicara militer Ahmed Mohammed Ali mengklaim sejauh ini operasi militer telah mengakibatkan tewasnya dari 184 mujahidin dan penangkapan 803 anggota Mujahidin.Dia mengatakan sekitar 25 persen dari mereka yang tewas dan ditangkap adalah mujailihidin asing, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Tetapi, tindakan repressif militer itu, tidak mengurangi perlawanan Jihadis Mesir melawan rezim murtad itu.
Ansar Beit al - Maqdis diyakini memiliki hubungan dengan pejuang Palestina di Jalur Gaza, dan para pejabat mengatakan mujahidin asing lainnya telah menemukan tempat perlindungan di Sinai selama pergolakan yang sedang berlangsung di negara Mesir. Ini bibit baru pecahnya perang di Mesir, antara rezim berkuasa dengan para Mujahidin. Mesir akan menyusul seperti Suriah. af/hh