CAIRO (voa-islam.com) - Betapa rakyat Mesir tak pernah hidup dengan bebas. Sejak merdeka dari penjajah Inggris. Mereka selalu hidup dibawah sepatu ‘lars’. Mereka selalu hidup di bawah telapak ‘kaki’ militer. Militer Mesir seperti ‘Fir’aun’, penguasa yang mengatakan, “Ana Rabbukum a’la” (Aku Tuhanmu Maha Tinggi).
Sejatinya rakyat Mesir tak pernah merdeka. Mereka selalu berada dalam penindasan. Dari satu rezim ke rezim lainnya. Rezim yang berkuasa di negeri Spinx itu tak kalah bengisnya dibandingkan dengan para penjajah dan tak kalah bengisnya dibandingkan dengan ‘Fir’aun’ sekalipun.
Rezim Mesir bisa bertindak apa saja terhadap rakyatnya. Tanpa belas kasihan. Mereka bukan pemimpin rakyat Mesir yang sejati. Mereka hanyalah menjadi alat boneka dari asing. Dengan kekuasaannya itu, mereka bisa menghancurkan siapa saja dan apa saja. Tak peduli. Sekalipun tindakan itu tidak sesuai dengan kaidah moral dan peradaban manusia modern.
Menteri Pertahanan Mesir, Jendral Abdul al-Sissi, bukan saja melakukan kudeta terhadap Presiden Mohammad Mursi yang dipilih oleh mayoritas rakyatnya melalui pemilihan yang sah, tetapi al-Sissi membunuh lebih dari 7.000 pendukung Mursi dengan senjata. Ribuan lainnya dipenjarakan.
Kekerasan yang secara massive itu hanya bisa disamai oleh Bashar al-Assad yang memaksa rakyatnya mengucapkan, ‘La ilaaha illa Assad’ (tidak ada tuhan yang layak disembah, kecuali Assad).
Assad benar-benar hanyalah bentuk ‘iblis’ yang berwujud manusia. Dengan segala kebiadaban yang tanpa tandingan lagi dimuka bumi. Dengan tega membunuhi rakyatnya dengan menggunakan segala bentuk senjata, hanya dengan alasan melawan musuh yang disebut ‘teroris’. Persis yang dilakukan oleh Jendral Abdul Fattah al-Sissi.
Mesir, sejak mulai Raja Farouk, Gamal Abdul Nasser, Anwar Saddat, Hosni Mubarak, dan Abdul Fattah al-Sissi, bukan pemimpin sejati. Mereka hanyalah kaki tangan atau boneka asing yang ingin menjajah dan memperbudak rakyat Mesir. Mereka semua tergambar dengan sangat jelas, selama mereka memerintah negaranya.
Raja Farouk menjadi kaki tangan penjajah Inggris dan kemudian membunuh Hasan al-Banna, pendiri dan pemimpin Gerakan Ikhwan di Mesir.
Gamal Abdul Nasser kaki tangan Soviet, dan membunuhi anggota Gerakan Ikhwan. Nasser yang berhaluan sosialis itu, selama hidupnya hanya mengabdi kepada Soviet, dan pernah dapat mengalahkan Zionis-Israel.
Penggantinya, Anwar Sadat, hanya ‘pion’ kecil, dan peranannya berakhir di Camp David. Kemudian melakukan kejahatan yang terkutuk itu, mengakui negara Zionis-Israel, dan membuka hubungan diplomatik antara Mesir-Israel.
Hosni Mubarak tak berbeda, sepanjang kekuasaannya tak ada yang penting, kecuali hanyalah mendukung kepentingan Zionis-Israel dan Amerika di Timur Tengah.
Maka, sungguh sangat aneh, jika tiba-tiba mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, memberikan dukungan dan membenarkan tindakan yang dilkakukan oleh Jendral Abdul Fattah al-Sissi, yang tangannya penuh dengan lumuran darah.
Tony Blair menutup mata atas kejahatan dari junta militer Mesir yang dengan telanjang membantai orang-orang sipil yang melaukan aksi damai. Kejahatan al-Sissi, seperti yang dilakukan Bashar al-Assad atau Slobodan Milosevic, yang membantai ribuan Muslim Bosnia di Srebenica.
Jendral Abdul Fattah al-Sissi, dan para penguasa militer Mesir, hanya bisa melahirkan generasi di bawah sepatu ‘lars’, dan tidak memiliki ‘izzah’ sebagai bangsa Arab yang terhormat, dan selamanya hanya akan menjadi abdi dari Israel dan Amerika. Selamanya. [afgh/voa-islam.com]