JAKARTA (voa-islam.com) - Tokoh-tokoh terkemuka Mesir mengumumkan bahwa mereka tidak akan mencalonkan dalam pemilihan presiden mendatang , dan Mesir menjadi “republik ketakutan”, ujar Dr. Mu’in Abul Futtuh.
“Kami tidak akan mencalonkan sebagai kandidat dalam pemilihan presiden yang akan dattang, dan tidak akan mengambil bagian dalam sandiwara politik”, tambah mantan calon Presiden Abdel Mu’im Abul Futuh, saat konferensi pers di Kairo, Minggu, 9/2/2014.
“Kondisi politik dan hukum di Mesir tidak memungkinkan berlangsungnya pemilihan yang adil, dan kita tidak bisa menerima menjadi bagian dari lelucon", tegasnya.
Abul Futuh mengecam keras pemerintah sementara negara itu, atas pelanggaran hak asasi manusia berat, dan mengatakan Mesir saat ini menjadi “republik ketakutan”. “Tidak bisa ada pemilihan presiden, sementara ada 21.000 aktivis politik ditahan, saluran satelit oposisi diberangus, dan ditekan kebebasan”, tegasnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dibacakan selama konferensi, Abdul Futuh yang merupakan salah seorang tokoh Ikhwan, mengatakan rezim manapun memenangkan legitimasi dari rakyat melalui jalan demokratis harus diawasi oleh otoritas peradilan yang independen. Tetapi, sekarang tidak terjadi, dan militer menciptakan ketakutan yang luas. Tidak ada peradilan independen dan pengawas yang mengawasi berlansungnya pemilihan. Ini benar-benar sandiwara politik
“Pemilu hanya satu arah yang hanya menjadi alat kepentingan junta militer militer, dan hanya memilih tokoh militer, tidak ada yang lain”, tambah Abul Futuh.
Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata baru-baru ini menegaskan penghormatannya terhadap yang disebut sebagai “tuntutan populer” rakyat kepada pemimpin junta militer Jendral Abdel Fattah al-Sisi yang mencalonkan diri sebagai presiden. Ini semua sebagai rekayasa rezim junta militer yang sengaja sekarang membuat skenario memuluskan Jendral al-Sissi ke puncak kekuasaan.
Padahal, Jendral al-Sissi telah diketahui secara berada dibalik semua kejahatan kemanusiaan di Mesir, melakukan pembantaian ribuan pendukung Presiden Mohamad Mursi, saat usai menggulingkan Presiden Mohammad Mursi, Juli lalu. Selain, itu Jendral al-Sissi manangkap seluruh tokoh Ikhwan, dan bahkan membuagt skenario dengan menjadi Ikhwan sebagai kelompok teroris. Lembaga-lembaga hak asasi internasional telah menempatkan al-Sissi melakukan kejahatan kemanusiaan, dan harus ditangkap seperti Slobodan Milosevic.
Abul Futuh sudah sangat kecewa dengan perkembangan di Mesir, di mana sejarah berputar kembali di Mesir, sesudah berakhirnya rezim Mubarak, gerakan yang muncul yang diotaki oleh junta militer menggulingkan pemerintah yang dipilih oleh rakyat secara mayoritas, yaitu Mohammad Mursi. Abul Futuh menegaskan, “Tidak ada jalur demokrasi di Mesir”. Sekarang di Mesir yang ada hanya “ketakutan rakyat”, dan “bedil” yang digunakan membunuh rakyat.
"Setiap rakyat Mesir yang ingin mengekspresikan pendapatnya takut ditahan, aparat intelijen akan menyerbu rumahnya, atau kasusnya akan dibuat, atau akan dikatakan ‘ Anda menghina pengadilan’, tambah Muin. Mesir hanya menjadi “budak” Zionis-Israel dan Amerika, dan tujuannya hanya ingin menghancurkan setiap sosok Muslim yang ingin menegakkan nilai-nilai kemuliaan. (wb/afgh/voa-islam.com)