View Full Version
Jum'at, 21 Feb 2014

Revolusi Ukraina Berdampak Bagi Hancurnya Federasi Rusia

KIEV (voa-isla.com) Polisi menyerbu kamp utama para pengunjuk rasa di ibu kota Ukraina, Kiev, dan menyebabkan sedikitnya 100 orang tewas, tujuh diantaranya polisi, dan lebih 600 demonstran mengalami luka-luka. Benar-benar sebuah revolusi yang sangat menghancurkan ibukota Ukraina, Kiev.

Dalam insiden itu, polisi menembakan granat kejut dan meriam air untuk membubarkan massa. Sebaliknya, para demonstran melemparkan kembang api dan bom molotov.

Aksi ini menjadi bentrokan terburuk yang terjadi di Lapangan Kemerdekaan, lokasi yang sudah diduduki demonstran sejak November lalu. Sebelumnya, pasukan keamanan sempat memberikan tenggat waktu bagi pengunjuk rasa pada Kamis, 20/2/2014.

Namun, para demonstran tidak beranjak, sehingga polisi memutuskan untuk memulai “operasi anti-teror”. Dalam pidatonya di panggung utama, pemimpin aksi protes meminta semua orang untuk tetap berada di lokasi.

"Kami tidak akan beranjak dari sini," kata Vitali Klitschko. "Ini adalah tanah kebebasan dan kami akan memperjuangkannya. Pimpinan oposisi Arseniy Yatsenyuk meminta Presiden Yanukovych untuk "menghentikan pertumpahan darah dan melakukan gencatan senjata."

"Kita berbicara tentang nyawa manusia dan masa depan negara yang bisa dibanjiri oleh darah. Hentikan, Viktor Yanukovych, hentikan," katanya dalam sebuah wawancara langsung di televisi Ukrainia, News 24. Di tengah aksi protes yang tak kunjung usai ini, Perdana Menteri Mykola Azarov dan seluruh anggota kabinet menyatakan mundur pada akhir Januari lalu.  Aksi unjuk rasa dimulai pada larja sama dengan Uni Eropa.

Rakyat Ukrani menginginkan negeri itu masuk dan bergabung dalam blok Uni Eropa, dan meninggalkan Rusia. Tetapi, Presiden Yanukovych ingin tetap mempertahankan hubungan dengan Rusia. Rusia tidak menginginkan pecahnya hubungan antara Ukraina Rusia. Karena ini, berdampak bagi Federasi Rusia, dan akan mirip seperti teori domino, dan akan mengantam integritas Rusia.

Revolusi di Ukraina ini mengarah kepada perang antara rakyat dengan pemerintah yang didukung militer.Situasinyamirip seperti yang terjadi di Suriah. Rusia mendukung rezim Yanukovych dengan dana dan senjata. Ini membuat negara-negara Barat, khususnya Eropa dan Amerika marah.

Delegasi negara-negara Uni Eropa telah berada di Kiev, terjadi gencatan senjata, namun gencatan senjata antara oposisi dengan pemerintah ambruk, saat terjadi penembakan oleh polisi, dan menewaskan lebih 20 orang demonstran. Menghadapi situasi yang terus memburuk itu, Presiden Ukraina Yanukovych menyerukan diselenggarakan pemilu dini. (afgh/aljz/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version