View Full Version
Kamis, 06 Mar 2014

Mengapa Dunia Membiarkan Penderitaan Muslim Suriah?

JAKARTA (voa-islam.com) - Apakah belum cukup bukti kejahatan rezim Syi’ah Alawiyyin Bashar al-Assad? Begitu banyak bukti. Ratusan ribu rakyat Suriah tewas dibantai dengan  menggunakan berbagai jenis senjata. Termasuk  menggunakan senjata pemusnah massal (kimia).

Sekjen PBB, Ban Ki-moon, di  markas PBB, New York, menyatakan, sesudah 20 tahun peristiwa ‘genosida’ (pembantaian massal) di Rwanda, sekarang berulang lagi di Suriah. Bashar al-Assad menjadi pelakunya dengan dukungan negara-negara yang berhaluan Syi’ah.

“Bukti-bukti  yang bersifat kualitas dan kuantitas sudah lebih dari cukup.  ‘Genosida (pembantaian massal) terhadap penduduk sipil, di pinggiran kota Damaskus, tanggal 21 Agustus,  menunjukan para korban terkena senjata pmusnah massal (gas sarin) Semua kejahatan yang dilakukan oleh Bashar al-Assad, berhasil di ferifikasi (dibuktikan) oleh misi PBB, yang bertugas melaukan penyelidikan di Suriah”, kata para penelitl i dalam laporan PBB .

Suriah menimbun senjata pemusnah massal (kimia) dalam jumlah besar. Bashar membeli senjata pemusnah massal dari Rusia. Rusia dan Suriah memiliki hubungan tradisional, sejak zamannya Presiden Hafez al-Assad, ayah dari Bashar al-Assad.

Rezim Bashar al-Assad dua kali menggunakan senjata kimia, membantai rakyatnya. Peristiwa itu berlangsung  tahun lalu. Senjata pemusnah massal itu, menjadi bagian dari kekuatan militer Suriah. Tim penyelidik hak asasi manusia PBB, mengatakan pada dalam sebuah laporan yang menunjukkan, Bashar al-Assad,  melakukan kejahatan kemanusia dalam bentuk ‘genosida’, ungkap laporan PBB itu.

Tim ahli independen, yang dipimpin oleh Paulo Pinhiro dari Brazil,  mengatakan, sejauh ini mereka telah mengkonfirmasi, bahwa Suriah menggunakan senjata pemusnah massal (gas sarin)  dalam tiga kali serangan, yaitu di pinggiran Damaskus al- Ghouta,  21 Agustus , di Khan al- Assal dekat Aleppo, Maret 2013, dan di Saraqeb dekat kota utara Idlib April lalu. Sungguh sangat luar biasa.

Namun, Tim Independen PBB, yang dipimpin Paulo Pinhiro itu, mengatakan, bahwa rezim Bashar al-Assad, sudah lebih dua puluh kali, menggunakan senjata pemusnah massal, membantai penduduk sipil, yang dicurigai sebagai kantong-kantong Mujahidin Suriah.

Bashar al-Assad hanya memiliki satu pilihan menghadapi para pejuang Mujahidin, yaitu menggunakan senjata pemusnah massal. Penggunaan senjata pemusnah massal terhadap wilayah pinggiran Damaskus, Ghouta, mengakibatkan ribuan orang tua, perempuan dan anak-anak tewas.

Seluruh kehidupan di Suriah hanya ada penderitaan. Berupa perang, orang-orang yang terkepung,  kematian, dan mereka yang menjadi pengungsi. Semua hanya menuju kehancuran. Rezim Syi’ah Alawiyyin Bashar al-Assad,  sengaja dilanggengkan, dan dibiarkan setiap membantai ratusan rakyatnya. Tanpa henti.

Sekarang perhatian dunia, tertuju ke Ukraina, dan tidak lagi memperhatikan situasi di Suriah yang semakin memburuk. Kota Alepo, Hom, dan kamp pengungsi Palestina, di Yarmouk, menuju kehancuran dan kematian total. Kota-kota yang terkepung itu, terus  dihujani dengan serangan udara dan darat oleh pasukan Bashar al-Assad dengan menggunakan senjata berat, seperti artileri.

Di mana masyakat dunia? Di mana dunia Arab? Di mana dunia Islam? Apakah mereka sudah tidak lagi memiliki hati nurani? Membiarkan rakyat Suriah sendirian menghadapi kematian demi kematian, tanpa ada uluran tangan dari siapapun.

Orang tua, perempuan, dan anak-anak setiap hari menjadi mangsa senjata pasukan Bashar al-Assad, mayat-mayat berserakan, tetap tidak dapat menggugah perasaan. Seakan mayat-mayat rakyat Suriah yang tergeletak dan berjejer itu, seperti benda tak berharga. Sehingga, kematian mereka tak memiliki pengaruh apapun, dan bagi siapapun. Begitu lalim kita melihat kondisi rakyat Muslim di
Suriah. Wallahu’alam.


latestnews

View Full Version