View Full Version
Senin, 10 Mar 2014

Rakyat Negara-negara Arab Akan Kembali ke Zaman Batu?

DUBAI (voa-islam.com) - Suatu ketika, negara-negara di kawasan Teluk, lama-lama rakyatnya akan kembali ke zaman ‘batu’, akibat para penguasa mereka. Para Raja, Emir, dan Perdana Menteri, ketakutan dengan berkembangnya media, terutama seperti Aljazeera, yang didirikan oleh pemerintah Qatar.

Nampaknya, para Raja, Emir dan Perdana Menteri itu di negara-negara Teluk, menginginkan rakyatnya seperti ‘ternak’ hanya dikenyangkan ‘perutnya’, dan dipuaskan hawa nafsunya dengan berbagai sarana hiburan dan artis-artis Barat, seperti sekarang yang ada di Dubai.

Tetapi, mereka tidak menginginkan rakyatnya bisa ‘melihat’ dunia luar. Karena, takut akan  bisa mengancam kekuasaan para Raja, Emir, dan Perdana, yang sangat menikmati kekuasaan, dan berbagai gemerlapnya dunia, tanpa batas. Ironinya angka pengangguran di negara-negara Arab, berdasarkan survei, mencapai 17 persen!

Buktinya, Arab Saudi, Emirat Arab, dan Bahrain, bukanya hanya menarik Duta Besar mereka dari Qatar, menutup perbatasan mereka,  tetapi sekarang pemerintah Arab Saudi, dan Emirat (UAE), menyatakan, meminta semua warganya yang bekerja dengan media Qatar, segera mengundurkan diri dari pekerjaan mereka dengan segera. Sementara Kementerian Informasi Arab Saudi mengeluarkan keputusan melarang penulis Saudi dan kolumnis menulis di surat krbar Qatar.

Memang, rakyat Arab menjadi matanya ‘melek’, dan mereka tidak tetap menjadi ‘buta’, dan itulah yang menyebabkan terjadinya revolusi, yang menggulingkan para penguasa Arab, yang sudah menjadi ‘kaki tangan’ Zionis-Israel dan Amerika.

Semua perubahan itu, tidak terlepas dari peranan media yang lahir di Qatar. Satu-satunya negara di Teluk yang penguasanya masih berfikir ‘waras’ hanya pemimpin Qatar, dan memiliki keberpihakan kepada Islam. Para pemimpin Arab lainnya, hanya menjadi ‘pengekor’ Zionis.

Langkah yang dijalankan oleh Emirat dan Saudi hanyalah ‘copy paste’ rezim yang haus darah di Mesir yang  dipimpin oleh Marsekal Abdul Fattah al-Sissi yang sudah memenjarakan tiga wartawan Aljazeera, yang melakukan liputan peristiwa politik yang terjadi di Mesir.

Kejahatan junta militer Mesir yang dikendalikan Zionis-Israel itu, secara telanjang telah dilaporkan oleh Aljazeera. Bagaimana rezim junta militer itu membantai ribuan pendukung Mursi, dan  melakukan kejahatan kemanusiaan, seperti yang pernah terjadi di Rwanda, dua puluh tahun lalu.

Semua bermula, dari peristiwa yang terjad di Mesir, di mana Ikhwan berhasil merengkuh kekuasaan, dan mengganti konstitusi Mesir. Menempatkan militer di pojok, sebagai penjaga kepentingan nasional negara Mesir. Ikhwan bersama Mursi, berhasil meletakkan Syariah Islam sebagai sumber hukum tertinggi dalam konstitusi Mesir. Konstitusi baru itu di setujui 78 persen rakyat Mesir, melalui sdebuaha referendum. Kemudian Mursi digulingkan, dan negara Arab Teluk mendukung Marsekal al-Sissi melakukan kejahatan, bukan hanya menggulingkan Mursi, tetapi membantai rakyat Mesir secara biadab.

Negara-negara Teluk yang tergabung dalam GCC itu, mengikuti langkah Mesir dengan melakukan  penarikan para duta besar mereka dari Qatara. ‘Trio’ negara GCC - Arab Saudi, UEA dan Bahrain – melakukan pemutusan hubungan diplomatik dengan  Qatar. Karena Qatar tidak bersedia menyerahkan DR.Yusuf Qardawi kepada pemerintah Mesir.

Kemungkinan ketegangan akan meningkat, bahkan Emirat (UAE),  meminta semua warganya bekerja dengan media Qatar  mengundurkan diri dari pekerjaian mereka dengan segera, ungkap media, Minggu, 9/3/29014.

Larangan itu secara khusus diarahkan pada semua warga negara Emirat bekerja dengan jaringan Al Jazeera, Al Sharq melaporkan. Dalam sebuah langkah yang senada dengan Emirat, Kementerian Informasi  Arab Saudi  telah mengeluarkan keputusan melarang penulis Saudi dan kolumnis menulis untuk surat kabar Qatar, kata harian itu.

Dampak langsung dari keputusan Emirat (UEA), dua wartawan Emirat  bidang olahraga Al Jazeera - Harga Awad dan Ali Al Kaabi - telah membatalkan kontrak kerja mereka dengan Aljazeera.

“Sepuluh tahun bekerja dalam lingkungan profesional dengan Anda akan tetap terkesan di hati saya selamanya. Selamat tinggal rekan-rekan”, kata Al Kaabi seperti dikutip dalam sebuah posting di akun Twitter-nya.

Menurut laporan itu, beberapa  warga Qatar dan negara Teluk (GCC) lainnya menyatakan ‘shock’ (sangat terkejut) atas perkembangan terbaru, karena tiga negara GCC telah mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa mereka peduli tentang kesejahteraan rakyat negara-negara GCC termasuk Qatar.

“Sayangnya politik seperti hantu mengejar kita (orang Arab)”, kata sebuah postingan pembaca, sebagai reaksi terhadap laporan yang dimuat di sebuah situs Arab tentang pengunduran diri dari wartawan Al Jazeera . “Perpecahan telah dimulai”, komentar yang lain .

Sementara itu, kantor berita Arab, Quds Press, mengutip sumber di Qatar mengatakan bahwa keputusan dari tiga negara GCC tidak akan mengubah kebijakan luar negeri Qatar, atau memaksa  menarik diri dari Dewan Kerjasama Teluk, menurut laporan itu. Qatar hanya mematuhi prinsip-prinsip tentang penghormatan bagi pribadi yang mencari perlindungan (suaka)  di negara itu, tambah  sumber itu.

Berbagai sumber menyatakan, kemuingkinan ‘Trio’ negara Telu, Arab Saudi, Emirat (UAE), akan melakukan langkah lebih jauh, termasuk melakukan embargo ekonomi, politik, dan bahkan melangkah kepada agresi militer ke Qatar. Memaksa penguasa Qatar memberangus Ikhwan, dan menyerahkan Yusuf Qardawi kepada rezim junta militer Mesir.

Sungguh sangat luar biasa. Dunia Arab, penguasanya lebih takut  kepada Jamaah Ikhwanul Muslimin, di banding dengan Zionis-Israel dan Syi’ah. Karena itu, mereka sekarang ini, ramai-ramai menjadikan Ikhwan sebagai musuh bersama ‘common enemy’. (afgh/aby/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version