DAMASKUS (voa-islam.com)- Mediator internasional Lakhdar Brahimi mengatakan bahwa kesepakatan antara pejuang dan warga sipil yang terperangkap di kota Homs dan pihak berwenang Suriah telah berantakan , saat pasukan pemerintah merebut kembali daerah oposisi yang terkepung, Kamis, 17/4/2014.
Homs , kota – multi agama , yang mula-mula melakukan perlawanan terhadap Presiden Bashar al – Assad, pada tahun 2011. Kota Hom yang pertama menjadi pusat perlawanan itu, telah menjadi simbol dari kehancuran dan kematian dari perang sipil Suriah. Kematian setiap hari terus berlangsung, tanpa ada yang bisa menghentikan perang.
Ratusan orang masih terjebak di bagian kota tua itu, mereka dikelilingi oleh pasukan pemerintah dan milisi pro - Assad . Sebuah kesepakatan menyetuju pembicaraan damai di Jenewa tahun ini, memungkinkan beberapa warga sipil meninggalkan kota Hom, tetapi negosiasi lebih lanjut hancur setelah pertempuran sengit pekan ini .
“Ini adalah masalah penyesalan yang mendalam bahwa negosiasi diberhentikanm, sesudah terjadi perang yang sangat brutal”, kata Brahimi.
“Hal ini mengkhawatirkan bahwa Hom , yang masih rartusan warga sipil yang terjebak dalam perang di kota Hom, dan sangat menderita selama tiga tahun terakhir. Kota Hom menjadi sebuah “theater kematian dan kehancuran”, tambah Ibrahimi.
Dalam beberapa bulan terakhir , pasukan pemerintah telah merebut kembali beberapa daerah yang dikuasai pejuang dan kota-kota perbatasan , menutup rute pasokan pejuang dari Lebanon dan mengamankan jalan raya utama menuju utara dari Damaskus menuju pusat Suriah, Homs dan Mediterania .
Oposisi Nasional Koalisi , sebuah badan politik di pengasingan , memperingatkan akan terjadi pembantaian massal, jika pasukan Assad menguasai Hom, yang sekarang masih dikuasai oleh para pejuang Mujahidin.
“Kami memperingatkan masyarakat internasional dari pembantaian massal di kota di Homs . Kota tua Hom telah dikepung oleh pasukan rezim selama 676 hari , " katanya dalam sebuah pernyataan .
Monzer Akbik , juru bicara pejuang Oposisi , mengatakan hal itu " penting bahwa mata dunia, tetap memperhatikan Hom pada saat penting ini . Rezim Assad terus melakukan pembantaian massal, dan kota menjadi simbol revolusi menjadi puing-puing dan kehancuran”, tegas Monzer.
Lebih dari 250.000 orang telah tewas dalam perang di Suriah, yang dimulai dari aksi protes damai terhadap pemerintahan Assad , sepertiga dari mereka warga Suriah , menurut Observatorium Suriah anti - Assad untuk Hak Asasi Manusia, di mana jutaan orang telah melarikan diri dari Suriah. Dengan bantuan Iran, rezim Syi’ah Alawiyyin Bashar al-Assad terus melakukan pembantaian massal, bahkan masih menggunakan senjata kimia. (afgh/wb/voa-islam.com)