JAKARTA (voa-islam.com) - Hamas dan Fatah menandatangani kesepakatan yang mengakhiri perpecahan yang sudah berlangsung sejak tahun 2007. Menurut Perdana Ismail Haniyeh, segera akan terbentuk pemerintahan baru, beberapa minggu kedepan, usai pemilihan presiden dan parlemen secara serentak akhir tahun ini.
“Saya mengucapkan selamat kepada bangsa Palestina yang akan segera mengakhiri perbedaan akhir tahun ini”, kata Perdana Menteri Ismail Haniyeh, saat melangsungkan konferensi pers di rumahnya di Kota Gaza, yang dihadiri oleh anggota delegasi Fatah yang dipimpin dari Organisasi Pembebasan Palestina ( PLO ), yang dikirim ke Gaza oleh Presiden Mahmoud Abbas , Kamis, 24/4/2014.
Haniyeh mengatakan kedua belah pihak sepakat dengan ketentuan dua perjanjian sebelumnya, yang ditandatangani antara Fatah dan Hamas di Kairo dan Doha. Berdasarkan kesepakatan itu , Haniyeh mengatakan , Abbas akan segera memulai konsultasi bagi pembentukan pemerintah persatuan nasional dalam waktu lima minggu kedepan.
Enam bulan setelah pembentukan pemerintah, pemilihan presiden dan parlemen akan diadakan secara bersamaan baik di Jalur Gaza dan Tepi Barat, tambah Haniyeh. Pemilihan Dewan Nasional PLO , juga akan diadakan pada waktu yang sama, kata Haniyeh.
Menurut ketentuan kesepakatan, Abbas memiliki hak mengatur tanggal jajak pendapat (pemilihan), sesuai kesepakatan pemilihan diadakan setidaknya enam bulan setelah pembentukan pemerintah persatuan nasional. Haniyeh menegaskan bahwa baik Abbas dan Kepala Biro Politik Hamas , Khaled Misy’al telah memberikan persetujuan atas kesepakatan itu.
Ribuan rakyat Palestina turun ke jalan-jalan di Kota Gaza merayakan kesepakatan antara Hamas dan Fatah mengakhiri segala perbedaan yang sudah berlangsung sejak tahun 2007. Ini sebuah kemenangan bagi bangsa Palestina. Di mana selama ini mereka terus dirundung perpecahan yang melemahkan mereka.
Ribuan rakyat Palestina melambaikan bendera Hamas dan Fatah, mereka membuncahkan suka ria, dan berkumpul di barat Kota Gaza dan meminta Hamas dan Fatah mengatasi tekanan dan mencapai rekonsiliasi antar bangsa Palestina. Diterima kabar dari Washington, tidak lama sesudah tercapai persetujuan damai antara Hama dan Fatah, segera Amerika Serikat membekukan bantuan kepda Pemerintah Otoritas Palestina yang dipimpin Mahmud Abbas, dan dinilai sudah terjebak oleh skenario Hamas, yang masih dimata Israel dan Amerika sebagai organisasi ‘teroris’.
Sementara itu, Israel membatalkan pertemuan yang dijadwalkan dengan negosiator Palestina sesudah tercapainya kesepakatan rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas. “Israel membatalkan pertemuan perundingan yang seharusnya berlangsung malam ini”, kata juru bicara pemerintah Israel Ofir Gendelman dikutip oleh surat kabar Israel Yedioth Ahronoth.
Keputusan Israel termasuk negosiasi dengan pihak Palestina secara keseluruhan. Wakil Menteri Luar Negeri Israel Ze'ev Elkin mengklaim bahwa kesepakatan antara Hamas dan Fatah bertujuan untuk menghancurkan Israel, ujar Ze’ev.
Pada tahun 2011 , Hamas dan Fatah mencapai kesepakatan rekonsiliasi di bawah sponsor Mesir. Tahun berikutnya , kedua belah pihak sepakat membentuk pemerintah persatuan - yang akan dipimpin oleh Abbas – yang membuka jalan bagi pemilihan anggota parlemen .
Awal tahun ini , 2014, Haniyeh menyatakan sebagai “tahun rekonsiliasi Palestina” , saat mengumumkan bahwa anggota Fatah yang melarikan diri dari Jalur Gaza pada tahun 2007 diizinkan kembali , kecualian dari mereka yang melakukan kesalahan .
Gedung Putih Kecewa, Qatar Mengucapkan Selamat
Amerika Serikat mengatakan sangat kecewa dengan pakta penyatuan yang disepakati antara kelompok Islamis yang berbasis di Gaza Hamas dan Palestina Liberation Organization (PLO) yang dipimpin Presiden Mahmoud Abbas, dan berkata dengan serius bisa menyulitkan upaya perdamaian, Rabu, 23/4/2014 .
“Waktu itu mengganggu dan kami pasti kecewa dalam pengumuman itu”, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki pada konferensi pers. “Ini secara serius bisa menyulitkan upaya kami. Bukan hanya usaha kita, tetapi upaya para pihak yang tidak ingin memperpanjang negosiasi mereka”.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Qatar Khalid al - Atiyah mengucapkan selamat kepada Perdana Menteri Gaza Ismail Haniyeh atas kesepakatan yang mengakhiri perpecahan Palestina.
“Menteri luar negeri Qatar telah mengirimkan ucapan selamat kepada Perdana Menteri Ismail Haniyeh atas kesepakatan yang mengakhiri segala perpecahan antara bangsa Palestina”, " kata juru bicara Haniyeh Taher al - Nounou kepada Anadolu Agency di Gaza.
Tercapai persetujuan damai ini membuat Dunia Islam sangat mensyukuri atas tercapai persetujuan persatuan antara Hamas dan Fatah, di tengah ancaman oleh Israel terhadap Al-Aqsha. (afgh/wb/voa-islam.com)