GAZA CITY (voa-islam.com) - Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyeh , menandatangani dekrit pembebasan semua tahanan yang berafiliasi dengan al-Fatah di Gaza. Pengumuman itu, disabutkan dengan penuh kegembiraan warga Gaz. Ini menandakan berakirnya konflik atau permusuhan antara Hamas dan al-Fatah, Selasa, 6/5/2014.
Sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan bahwa para anggota al-Fatah yang akan dibebaskan sesuai keputusan Hamas termasuk delapan tahanan yang ditahan karena melukan ? pelanggaran keamanan?. Semntara dua tahanan akan tetap di penjara sampai selesainya rekonsiliasi antara Hamas dan al-Fatah.
Rekonsiliasi ini akan mengakhiri seluruh peristiwa masa lalu, di mana tahun 2007 antara Hamas dan al-Fatah terjadi perang terbuka, dan mengakibatkan menewaskan sekitar 500 kelompok al-Fatah tewas dan ratusan luka-luka .
Pemerintah Hamas menyangkal adanya tahanan politik berafiliasi dengan al-Fatah di penjara sejak mengambil alih alGaza pada Juni 2007. Meskipun beberapa tahanan yang ditahan di penjara-penjara tidak termasuk Fatah.? ?Mereka berada di penjara karena berkaitan dengan masalah keamanan dan pidana pelanggaran, bukan karena alasan politik?, ujar pejabat Hamas .
Seorang anggota terkemuka dari biro politik Hamas, Moussa Abu Marzouk, mengatakan bahwa keputusan itu mencerminkan komitmen Hamas menyelesaikan perjanjian rekonsiliasi dan mengakhiri perpecahan internal Palestina.
Dalam pernyataan pers, Abu Marzouk juga mengungkapkan bahwa dia disebut-disebut bersama Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas melakukan perundingan ?di Doha, Qatar, dan mereka setuju delegasi dari Organisasi Pembebasan Palestina ( PLO ), yang dipimpin oleh Azzam Al-Ahmad, dan berencana akan mengunjungi Gaza awal minggu depan, dan membahas pembentukan pemerintah konsensus nasional.
Abu Marzouk menekankan bahwa Hamas bekerja keras dan dengan ketulusan menyatukan rakyat Palestina dan semua faksi Palestina yang berbeda bersatu di bawah payung PLO. Dia menambahkan bahwa Hamas berusaha memastikan bahwa ?ada satu platform nasional, yaitu platform nasional yang komprehensif. Kami bekerja menuju memungkinkan rakyat Palestina memiliki satu presiden, satu dewan legislatif dan satu pemerintahan?, tambah Azzam.
Abu Marzouk juga menegaskan bahwa al-Fatah menunjukkan niat yang tulus terhadap rekonsiliasi, ?Setiap orang bekerja untuk penyatuan lembaga, peraturan dan sistem hukum - karena apa yang terjadi di Gaza berbeda dari apa yang terjadi di Tepi Barat, dan kita mencari dalam konteks kesatuan Palestina?,? tegas Marzouk.
?
Sementara itu, Amerika dan Israel langsung membekukan perundingna perdamaian dengan Palestina, dan bahkan Amerika menghentikan seluruh bantuannya kepada Palestina, akibat adanya rekonsiliasi antara Hamas dan al-Fatah. Sementara itu, Turki dan Qatar menyambut baik, dan mendukung langkah yang diambil oleh Hamas dan Fatah menuju rekonsiliasi nasional. (afgh/mem/voa-islam.com)
?
?