TRIPOLI (voa-islam.com) - Terpilihnya Perdana Menteri Libya Ahmad Maiteeq, melalui pemungutan suara menimbulkan kekhawatiran terhadap pengaruh kekuatan Jamaah Ikhwanul Muslimin di negara Afrika Utara yang kaya minyak itu.
Pengusaha 42 tahun , yang berasal dari keluarga kaya berasal di kota Misrata, memenangkan 113 dari 185 suara, tetapi gagal mengumpulkan 120 suara untuk memenuhi kuorum yang diperlukan sebagai perdana menteri. Kemudian, pemungutan suara diperpanjang, dan dia mampu memenangkan delapan suara lebih dalam di Kongres Nasional Umum ( GNC ) - parlemen Libya.
Sharif al-Wafi , anggota GNC dari kalangan sekuler menolak Maiteeq sebagai perdana menteri, mengutuk apa yang dia katakan sebagai “monopoli oleh satu ideologi” terhadap kehidupan politik Libya, mengacu Partai-partai Islam yang dipimpin oleh Partai Keadilan dan Pembangunan (JCP) Libya yang merupakan ‘wajah’ dari Jamaah Ikhwanul Muslimin.
Penulis sekuler Libya, Mohammad al – Houni, mengatakan pemilihan Maiteeq sebagai sebuah “Film komik disutradarai oleh Ikhwanul Muslimin dan Kelompok Mujahidin Libya”, yang ingin merebut kekuasaan di Sub – Negara Afrika, cetusnya. Dia menambahkan Libya saat ini terjebak dalam “terowongan gelap ekstremisme Islam”, dan membutuhkan revolusi yang lain untuk kembali ke jalan demokrasi.
“Kita tidak bisa, dalam hal apapun, membuat Libya keluar dari terowongan gelap ini, kecuali keluar pengaruh Ikhwanul Muslimin dan al- Qaeda”, katanya .
Izz Al - Din Aqeel dari Koalisi Partai Republik Libya, berusaha menghilangkan ketakutan bahwa Maiteeq akan menegakkan cita-cita Islam Ikhwanul Muslimin. “Apa yang saya pahami adalah bahwa Maiteeq bukan anggota Ikhwanul Muslimin, tetapi dia merupakan hasil dari aliansi antara berbagai kelompok Islam”, kata Aqil selama wawancara di channel Al Arabiya News, Rabu .
Pemimpin Jamaah Ikhwanul Muslimin di Libya Saad Al Gazoy, dan anggota lain menghadiri konferensi pers di Benghazi 5 Agustus 2014. Saad mengatakan, bahwa menegakkan otoritas negara, kontrol atas kedaulatan negara dan membangun keamanan dan institusi militer”, adalah prioritas utama, kata Maiteeq .
Pemimpin Partai JCP yang merupakan ‘sayap politik’ Ikhwanul Muslimin Mohammad Sawan mengatakan bahwa JCP akan mencapai konsensus dengan kekuatan politik di Libya, dan menciptakan stabilitas negara. Dia membantah berusaha menyingkirkan lawan-lawan politiknya saingan dalam parlemen dan membantah bertujuan memaksakan agenda dari politik Ikhwanul Muslimin.
JCP yang merupakan sayap politik Ikhwanul Muslimin di Libya berdiri pada tahun 2012 dan telah berkembang menjadi kekuatan politik besar di Libya. Laporan Foreign Policy pekan ini menggambarkan JCP sebagai satu-satunya partai yang muncul dan sangat solid, di saat gejolak politik negara itu dua tahun yang lalu .
“Tak satu pun dari kekuatan politik di Libya yang muncul dari kekacauan tanpa mengalami kekacauan di dalamnya. Namun, JCP tampaknya sebagian besar telah lolos dari pertikaian yang terjadi dalam Aliansi Nasional”, kata laporan Foreign Policy .
Pada bulan Maret, Ikhwanul Muslimin dan kalangan Islamis dari Partai al-Watan, yang di pimpin Abdelhakim Belhadj yang pernah memimpin Kelompok Pejuang Islam Libya, berhasil menggulingkan mantan Perdana Menteri Ali Zeidan .
Zeidan adalah seorang penentang keras dari Ikhwanul Muslimin dan kelompok sebelumnya telah berusaha untuk melemahkan posisinya dengan menarik menterinya dari koalisi pemerintah Zeidan pada bulan Januari tahun ini .
Setelah pengunduran diri Zeidan itu, Abdallah al- Thinni diangkat sebagai perdana menteri ad-interim. Tapi, orang bersenjata tak dikenal menyerang rumahnya di Tripoli, bulan April, al- Thinni mengajukan pengunduran dirinya.
Penulis Libya al- Houni mengatakan kelompok dan sekutu Islam radikal berusaha mendirikan sebuah Emirat Islam di Libya . “Saya pikir mereka sedang berjuang mencapai tujuannya mendirikan Emirat Islam di Libya”, katanya.
Jamaah Ikhwanul Muslimin memiliki akar sejarah yang sangat panjang. Gerakan dakwah yang didirikan oleh Hasan al-Banna tahun l928, mempunyai hampir 80 cabang di seluruh dunia. Pengaruh politik sangat luas. Tokoh-tokohnya orang-orang yang memiliki kemampuan intelektual dan latar pendidikan yang tinggi, baik dibidang ilmu syariah maupun ilmu khauniyah.
Di tengah penindasan yang sangat hebat di Mesir, dan ribuan anggota Ikhwan telah tewas dibantai oleh rezim militer, dan puluhan ribu anggota dan pemimpin dipenjarakan serta dihukum mati. Tetapi, pengaruh Ikhwan tidak pernah surut.
Di Libya, Tunisia, Maroko, Sudan, Yaman, dan sejumlah negara lainnya, Ikhwan memenangkan pertarungan politik, dan tetap bisa berkembang dengan baik, sebagai sebuah gerakan dakwah. Sekalipun, Jamaah Ikhwan ini dimusuh oleh penguasa Arab, tidak kemudian menyebabkan mereka menjadi mati. (afgh)