RIYAD (voa-islam.com) - Menyusul situasi politik dan keamanan di Timur Tengah yang semakin eksplosif, dan menuju perang terbuka antara berbagai Gerakan Islam, menyusul 'Arab Spring' yang menggulingkan rezim-rezim Arab yang menjadi sekutu Zionis, kemudian para ahli intelijen Arab Saudi dan Israel melakukan pembicaraan, mengantisipasi perubahan politik di kawasan itu, Minggu, 3/8/2014.
Pangeran Turki al-Faisal, anak Raja Faisal, yang sekarang menjadi Kepala Intelijen Arab Saudi, bersama dengan ahli-ahli intelijen Saudi dan sejumlah negara Arab, mereka datang bersama-sama dan berbicara tentang perkembangan di Timur Tengah, dalam sebuah panel di Forum Marshall di Amerika Serikat.
Pembicaraan di Forum Marshall di Washington DC, selain di hadiri sejumlah pakar intelijen, termasuk Kepala Intelijen Saudi, Pangeran Turki al-Faisal, ikut hadir mantan Kepala Mossad, dan bukan saja mengantisipasi perdamaian di TimurTengah, dan rencana pembangunan nuklir Iran, namun mereka berusaha mengantisipasi situasi di Suriah dan Irak. Termasuk ancaman dari gerakan Islam, yang sekarang telah mengambil kekuasaan di sejumlah negara.
Kepala intelijen Saudi Pangeran Turki bin Faisal dan mantan kepala Mossad Israel Amos Yadlin, bertemu dan mendiskusikan bagaiman cara-cara yang harus dilakukan terhadap situasi di kawasan itu, termasuk langkah menghancurkan Hamas yang sudah menjadi ancaman bagi negara-negara Arab dan Zionis-Israel. Inilah yang mendasari serbuan militer Zionis-Israel terhadap Gaza.
Sekarang Raja Abdullah bicara tentang tragedi Gaza, dan mengkritik Zionis-Israel, tapi semuanya itu hanyalah kepura-puraan belaka. Karena sejatinya yang mendorong invasi militer Zionis-Israel, tidak lain, Raja Abdullah bersama dengan Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi, berkonspirasi dengan Zionis, menghancurkan Muslim dan Hamas di Gaza. *jj/wb/voa-islam.com