Jakarta (voa-islam.com) - Setelah Isu IS/ISIS memakan banyak korban kriminalisasi guru-guru agama kini giliran isu pemindahan dan penghancuran makan Nabi Muhammad Sallallahu'alaihi wassalam digulirkan. Isu ini bisa memancing saling curiga dan bisa memicu perpecahan di tubuh ummat Islam.
Anehnya lagi isu tersebut sudah berkali-kali digulirkan dari tahun ke tahun dan kali ini di Indonesia berbarengan dengan hasrat pemerintahan baru untuk menaikkan harga BBM.
"Pertama, isu ini diragukan kebenarannya dan bukan isu baru. Kedua, jangan terjebak isu ini karena bisa jadi isu ini dimunculkan sebagai kontra opini tentang isu sensitif kenaikan BBM." kata Harits Abu Ulya, dikutip okezone, Sabtu (6/9/2014).
"Pertama, isu ini diragukan kebenarannya dan bukan isu baru. Kedua, jangan terjebak isu ini karena bisa jadi isu ini dimunculkan sebagai kontra opini tentang isu sensitif kenaikan BBM." kata Harits Abu Ulya.
"Ketiga, ada tokoh ormas yang terjebak isu ini karena memang masalahnya yang sangat sensitif bagi kehidupan spiritual agama umat Islam se-dunia." lanjutnya.
"Keempat, penebar awal isu ini bisa jadi niatnya negatif, mendiskriditkan pemerintah Saudi, atau sebaliknya memberi early warning kepada dunia Islam tentang pentingnya cagar budaya atau warisan Islam yang harus dijaga, terutama warisan Rasulullah Muhammad SAW. " terangnya.
"Kelima, jadi harus proporsional menyikapi isu dalam konteks persoalan yang berkembang menyangkut nasib perut ratusan juta rakyat Indonesia karena rencana kenaikan harga BBM."tandasnya.
The Independent Salah Interpretasi
Isu pemindahan dan penghancuran makam Nabi Muhammad Sallallahu'alaihi wassalam itu bersumber dari laporan yang diturunkan harian Inggris The Independent, Senin (1/9/2014) lalu.
Wakil Pemimpin Redaksi koran Arab Saudi Makkah, Mowafaq al-Nowaysar mengatakan bahwa The Independent melakukan 'pencurian'. Harian Makkah menyebut The Independent 'membajak' tulisan salah satu wartawan mereka.
Mowafaq mengatakan The Independent telah salah mengartikan setelah menerjemahkan sebuah artikel Arab, yang diposting di koran Makkah pada 25 Agustus 2014.
Mowafaq mengatakan The Independent telah salah mengartikan setelah menerjemahkan sebuah artikel Arab, yang diposting di koran Makkah pada 25 Agustus 2014.
Menurut Nowaysar, artikel asli menyebut seruan untuk menjaga makam Nabi, bukan 'menghancurkan'. Nowaysar menilai, sebelumnya The Independent juga mencuri konten dari korannya.
Berbicara kepada Al Arabiya News, Omar al-Mudhwahi, wartawan Saudi yang menulis artikel tersebut di surat kabar Makkah mengatakan The Independent telah mencuri hasil karyanya secara salah.
"Saya menulis artikel setelah membaca sebuah studi yang dilakukan oleh Dr Ali bin Abdulaziz al-Shabal dalam publikasi yang diterbitkan atas nama Presidensi Umum Dua Masjid Suci." kata Omar al-Mudhwahi.
Menanggapi hal tersebut, Deputy Managing Editor di The Independent, Will Gore, mengelak dan mengklaim mereka tidak menyadari laporan harian Makkah yang dimuat seminggu sebelumnya.
"Informasi dalam artikel kami bersumber dari Dr Irfan al-Alawi yang telah membaca langsung karya Dr Ali bin Abdulaziz al-Shabal. Beliau prihatin dengan isinya. Artikel ini sebagai investigasi artikel Independent sebelumnya selama beberapa tahun terakhir yang melaporkan tentang pendekatan pemerintah Saudi terhadap situs sejarah di Makkah dan Madinah," kata Gore.
Diplintir Media-Media Indonesia
Di Indonesia, berita yang bersumber dari The Independent itu berubah menjadi bombastis dengan judul dan isi berita yang mengarah pada provokasi bahwa pemerintah Arab Saudi akan memindahkan makam Nabi Muhammad.
Okezone sempat menurunkan judul “Arab Saudi Ingin Hancurkan Makam Nabi Muhammad.” Vivanews membuat judul yang lebih halus; “Makam Nabi Muhammad Terancam Dipindahkan.”
Media katolik Kompas memberikan tanda tanya pada judul beritanya; “Saudi Berencana Pindahkan Makam Nabi Muhammad?”, sedangkan media penghasung liberalism, Tempo memuat judul “Makam Nabi Muhammad Akan Dipindahkan”.
Menimbulkan Keresahan di Masyarakat
Akibat provokasi berita yang bombastis dari media-media di atas, isu tersebut memprovokasi organisasi terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) langsung meminta pemerintah Indonesia ikut bereaksi menolak rencana pembongkaran dan pemindahan makam Nabi Muhammad SAW.
“PBNU akan bersurat ke presiden, meminta agar Indonesia menyurati pemerintah Arab Saudi, mengingatkan untuk tidak memongkar makam Nabi Muhammad,” kata Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Agil Siraj.
Muhammadiyah sebagai organisasi terbesar kedua juga mengambil sikap yang sama.
Klarifikasi Pemerintah Arab Saudi
Menanggapi isu yang semakin liar tersebut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta umat Islam di Tanah Air tidak terpancing dengan masalah pemindahan makam Nabi Muhammad SAW yang marak diberitakan media.
Menag menegaskan bahwa dirinya sudah memperoleh penjelasan resmi dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bahwa tidak ada rencana pemindahan makam Nabi.
"Umat tidak perlu terpancing, tersulut emosinya," kata Menag Lukman kepada wartawan di kantor Kemenag Jalan Lapangan Banteng 3-4 Jakarta, Kamis (7/9/2014).
Melalui siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Kamis, Menag mengungkapkan baru saja menemui Duta Besar Arab Saudi di Indonesia Mustofa bin Ibrahim al Mubarok di kantornya guna mengkonfirmasi masalah tersebut.
"Kami menemui Dubes melakukan tabayyun sebagai tradisi kalangan muslim ketika mendengar berita. Konfirmasi penting dilakukan kepada pihak yang berwenang dalam hal ini pemerintah Arab Saudi," kata Menag.
Dalam pertemuan didampingi Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Abdul Djamil, Menag menyampaikan perasaan umat Islam di Indonesia yang terkejut dengan berita pemindahan makam Nabi yang bersumber pada The Independent Day, sebuah media di Inggris.
"Dubes Arab Saudi Mustofa Bin Ibrahim Al Mubarok sudah beri klarifikasi bahwa berita itu sumbernya berasal dari The Independent, bukan sikap resmi dubes Pemerintah Arab Saudi, jadi pemindahan makam itu tidak benar sekali," kata Menteri Agama Lukman Hakim di Kementerian Agama, Lapangan Banteng, Jakpus, Kamis (4/9/2014).
Lukman mengatakan, pemerintah Arab Saudi tidak pernah mengeluarkan pemberitaan terkait pemindahan makam Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, pemberintaan tersebut bagian dari fitnah.
"Dubes minta kepada seluruh umat muslim untuk tidak perlu terpancing emosinya. Pemerintah Arab Saudi tidak miliki rencana dan punya komitmen besar melindungi makam Rasulullah di Masjid Nabawi," jelasnya.
"Dubes minta kepada seluruh umat muslim untuk tidak perlu terpancing emosinya. Pemerintah Arab Saudi tidak miliki rencana dan punya komitmen besar melindungi makam Rasulullah di Masjid Nabawi," jelasnya.
Lukman menegaskan sesungguhnya telah jelas pemberitaan itu tidak benar. Dia berharap semua ormas Islam, bisa menerima konfirmasi ini dan tidak perlu menanggapi hal yang tidak berdasar sumbernya.
"Kita jangan terpancing oleh pihak yang ingin mengadu domba umat Islam di dunia," ujarnya.
Menag mengatakan, para tokoh dan umat agar bisa menerima konfirmasi masalah itu, sehingga tidak perlu menguras energi.
"Kita jangan terpancing oleh pihak yang ingin mengadu domba umat Islam di dunia," ujarnya.
Apapun motivasi dari media Inggris dan media-media afiliasinya di Indonesia itu, apakah untuk mengadu-domba ummat Islam ataukah untuk mengalihkan isu kenaikkan BBM, kedua-duanya ummat Islamlah yang menjadi korban. Waspadalah!
[aj/dbs]