View Full Version
Sabtu, 15 Nov 2014

Darurat Pendidikan: Jika Guru Besar, Dosen dan Mahasiswi Nyabu

Shahabat Voa Islam yang dirahmati Alloh,

Membaca berita dari media-media, seorang profesor guru besar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, Prof Dr Musakkir SH, MH, dan seorang dosen dari UNM, Ismail Alrip SH, MKN, ditangkap saat mengonsumsi sabu bersama mahasiswinya bernama, Nilam di Hotel Grand Malibu dini hari kemarin. Penggerebekan yang dilakukan Polrestabes Makassar pada Jumat (14/11/2014) dini hari itu, polisi menyita sabu dan alat hisap. Namun menurut pengacara Musakkir, Akram Mappaona Aziz, kliennya datang ke hotel untuk mengerjakan proyek karya ilmiah.

Tentu, sebelum vonis Pengadilan maka tersangka belum bisa dinyatakan bersalah sesuai hukum yang berlaku. Disini kita hanya ingin mendalami kejadian penangkapan 3 oknum -yang merupakan sivitas akademika Perguruan Tinggi sebagai wahana yang melahirkan kaum intelektual-, dalam konteks keprihatinan sebagai anggta masyarakat biasa saja.

Pengertian pendidikan, menurut  UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003,  adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ yang mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Yup, kata kuncinya adalah ‘proses pendewasaan’! Institusi, oknum dan bangunan beserta seluruh perlengkapan dalam pendidikan hanyalah sebuah bahan bagi sebuah proses pendewasaan. Sedangkan orang yang dewasa –menurut hemat kami- adalah orang yang tahu rasa malu dan memiliki tanggung jawab. Sedangkan kompentensi ilmiah secara teoritis akan menjadi kehilangan makna jika dua rasa pokok kedewasaan itu lenyap baik pada sewaktu-waktu ataupun selamanya.

Perang Abadi : Hizbulloh VS Hisbussyaithon

Al Qur-an menyebutkan bahwa sejak dikeluarkannya Iblis dan Nabi Adam ‘alaihissalam beserta Ibunda Siti Hawa dari Jannah, maka sejak itu pula dunia (bumi) menjadi medan perang antara golongan Alloh yang dipimpin para Anbiya’ ‘alaihimussalam dengan golongan Syetan yang dipimpin Iblis laknatulloh ‘alaihi.

Peperangan antara keduanya adalah perang tanpa akhir (abadi) hingga datangnya hari Kiamat yang menjadi gerbang menuju Mahkamah Allloh Azza wa Jalla. Perang ini juga mengambil semua ranah pertempuran, mulai dari ranah ideologis (fikrah wal manhaj) hingga ranah fisik yang berdarah-darah. Perang ini juga mengambil semua potensi dan kekuatan serta strategi demi satu tujuan. Yang menjadi golongan Alloh berperang untuk menegakkan ke-Khalifah-an yang diamanatkan Alloh Azza wa Jalla kepada manusia. Sedangan Golongan Syetan juga berperang untuk menggagalkan manusia dari menjalankan amanat Ilahiyah tersebut.

Perang telah bermula sejak Qabil membunuh saudaranya, Habil di jaman Nabi Adam ‘alaihissalam dan akan berakhir nanti ketika kaum beriman (golongan Alloh) dipimpin Imam Mahdi dan Nabi Isa ‘alaihissalam melawan Dajjal. Setelah masa mereka hidup ditengah-tengah manusia dan berhasil mematahkan Salib serta menebar keadilan ke seluruh dunia dalam masa yang dikehendaki Alloh maka manusia kembali kepada keadaan yang paling buruk . Saat itulah dunia dan seisinya dihancurkan Alloh sehancur-hancurnya.

Strategi Iblis

Setelah diusir dari surga karena kesombongannya menentang perintah Allah Ta'ala, setan berjanji akan menyesatkan manusia dengan segala upaya. Dia datang dari segenap penjuru dan menempuh semua jalan untuk memuluskan tujuannya tadi sehingga kebanyakan manusia menjadi kufur kepada Tuhannya.

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

"Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (QS. al-A'raf: 16-17)

Bahkan syetan terlaknat itu menghendaki dari seribu hamba Allah, Sembilan ratus sembilan puluh sembilan untuk mereka dan hanya satu untuk Allah.

وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآَمُرَنَّهُمْ

"Syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka. . . " (QS. Al-Nisa': 118-119)

Panah-panah bisikan setan senantiasa diarahkan kepada hati-hati yang beriman. Karenanya, setiap muslim pasti akan merasakan bisikan tersebut ketika dia mulai menanamkan keimanan, meluruskan dan memperkuatnya, ketika membenahi ibadah dan kehendaknya.

Setan berusaha menjerat manusia untuk kufur. Bila gagal, maka dia akan menjerat dengan kebid'ahan. Bila jeratan bid'ah lolos, maka dia akan menjerat dengan dosa-dosa besar, kemudian dengan jeratan dosa-dosa kecil. Jika dengan itu masih lolos juga, maka jeratan selanjutnya berupa perbuatan mubah untuk melalaikan ibadah. Jeratan selanjutnya, setan akan menyibukkan manusia dengan amal-amal yang kurang utama supaya meninggalkan yang lebih utama. Dan terakhir, jeratan yang hampir-hampir setiap muslim tidak mampu meloloskan diri, yaitu penindasan dan penyiksaan musuh-musuh Islam. (disadur sepenuhnya dari tulisan ustadz Badrul Tamam: redaksi pusat voa-islam.com)

Indonesia: Negri Darurat Pendidikan

Bukan lantaran tidak adanya taman bermain, sekolah ataupun perguruan tinggi. Juga bukan sematamata banyak yang tidak mampu meneruskan jenjang pendidikannya ke derajat yang lebih tinggi. Bahkan bukan karena negri ini kekurangan orang pintar karena negri ini banyak dihuni kaum cendekia dari akdemisi hingga paranormal (?).

Memperhatikan sekian banyak fenomena termasuk kasus terbaru di Makassar itu, amat wajar kalau segera dicanangkan bahwa Negri ini darurat pendidikan, karena pendidikan negri gagal mendewasakan kebanyakan alumnusnya.

Banyak diantara mereka telah kehilangan rasa malu dan rasa tanggung jawab. Akibat hilangnya dua unsur pokok kedewasaan ini maka berbagai tindak criminal dari model Pekat (penyakit masyarakat) hingga white collar’s crime (kejahatan kerah putih /intelektual) terus menghiasi berita di berbagai media.

Dan tentunya ini kita sikapi sebagai musibah… musibah yang harus cepat ditanggapi dan diambil hikmahnya. Jika tidak atau lamban penanganannya maka ia akan menjadi bom waktu yang menghancurkan kemanusiaan yang adil dan beradab sebagaimana yang dicita-citakan, na’udzubillahi min dzalika! (Abu Fatih/dbs/Voa Islam.com)


latestnews

View Full Version