View Full Version
Selasa, 18 Nov 2014

Dibalik Kampanye Militer Amerika Melawan ISIS

ANALYSIS:

Redaksi Voa-Islam yang terhormat,

Sejak kemunculannya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) telah mendapat banyak perhatian dari dunia internasional, terutama Amerika dan sekutunya. Terkhusus Amerika, dia menganggap ISIS adalah sebuah jaringan teroris besar yang harus di bumi hanguskan. Keseriusan Amerika melawan ISIS terbukti ketika tercetusnya kampanye militer yang dilakasanakan di Jeddah pada tanggal 11 September 2014. Kurang lebih 21 negara terlibat dan mendukung dalam pertemuan militer yang disebut pakta Obama ini. 21 negara dalam pertemuan itu antara lain Australia, Bahrain, Belgia, Kanada, Denmark, Mesir, Prancis, Jerman, Irak, Italia, Yordania, Kuwait, Lebanon, Belanda, Selandia Baru, Qatar, Arab Saudi, Spanyol, Turki, Amerika dan Inggris.(CBS News)

Sehari sebelum pertemuan di Jeddah, Obama, selaku pemimpin tertinggi militer Amerika dengan jelas telah mensosialisasikan strategi Amerika melawan ISIS kepada seluruh rakyat Amerika. Dalam pidato kenegaraannya di Gedung Putih selama 14 menit, Obama mengatakan ISIS adalah ancaman terbesar dunia dan harus segera dihancurkan. Obama mengatakan, kewajibannya yang utama sebagai panglima tertinggi adalah untuk melindungi keamanan rakyat Amerika. Sedangkan ISIS dia katakan adalah sebuah gerakan teroris eksafiliasi Al-Qaeda yang cepat atau lambat akan mengancam keamanan negara, terlebih setelah terbunuhnya dua wartawan Amerika Jim Foley dan Steven Sotloff. (The New York Times)

Dalam pidato kenegaraannya di Gedung Putih selama 14 menit, Obama mengatakan ISIS adalah ancaman terbesar dunia dan harus segera dihancurkan. 

Masih menurut Obama, ISIS memiliki visi yang akan membantai semua pihak yang menghalangi jalannya. Mereka mengeksekusi tahanan yang ditangkap. Mereka membunuh anak-anak. Mereka memperbudak, melakukan perkosaan dan kekerasan terhadap perempuan dalam pernikahan. Mereka mengancam minoritas agama dengan genosida. Jadi ISIS menimbulkan ancaman bagi rakyat Irak dan Suriah dan lebih luas di Timur Tengah, termasuk warga negara Amerika, personil dan fasilitas. Jika dibiarkan, teroris ini bisa menimbulkan ancaman yang berkembang di luar wilayah itu, termasuk ke Amerika Serikat.

Obama mengatakan perjuangan melawan ISIS bukanlah perjuangan Amerika sendiri, namun lebih utama adalah perjuangan rakyat Irak. Oleh karena itu, Amerika telah membentuk pemerintahan inklusif di Irak untuk mempermudah gerak mereka melawan ISIS. Amerika telah menyebarkan 475 penasehat militer ke Irak, 150 serangan udara, dan memberikan bantuan dana, meningkatkan pelatihan dan mempersenjatai para tentara Irak. Hal tersebut dilakukan karena misi ini berbeda dengan misi Irak dan Afghanistan. Dalam melawan ISIS Obama tidak akan melibatkan pasukan tempur Amerika berperang di tanah asing. Strategi ini diadopsi setelah berhasil diterapkan pada perang melawan teroris di Yaman dan Somalia. (The New York Times)

Obama menuturkan tujuan Amerika jelas dalam melwan ISIS, menurunkan dan akhirnya menghancurkan ISIS melalui strategi kontraterorisme yang komprehensif dan berkelanjutan. Hal ini karena ISIS bukan tentara klasik di mana kita mengalahkan mereka di medan perang dan kemudian mereka akhirnya menyerah. Mereka adalah strain ideologis ekstremisme yang telah berakar dalam dan tersebar luas di wilayahnya. Lebih tegas Obama berkata “prinsip inti dari kepresidenan saya: Jika Anda mengancam Amerika, Anda tidak akan menemukan tempat berlindung yang aman." (The New York Time)

Jika hanya sekilas kita membaca pidato Obama, maka itu adalah sikap tegas seorang presiden yang patut dibanggakan. Namun, jika kita telaah lebih jauh perlu dipertanyakan mengapa terkesan begitu berlebihan sikap sebuah negara adidaya menghadapi sebuah ‘negara’ baru, bahkan pada faktanya ISIS tidak lebih dari sebuah gerakan bersenjata saja. Ada beberapahal yang perlu kita kaji lebih jauh mengenai berlebihannya sikap Amerika terhadap ISIS.

Pertama, benarkah Amerika memerangi tindakan terorisme? Terorisme ‘siapa’ yang dimaksud? Jika benar Amerika peduli terhadap kemanusiaan, lalu apa yang telah Amerika lakukan dalam membantu rakyat sipil Palestina di Gaza atas serangan Israel bertahun-tahun lamanya. Bukankah mereka pun mengeksekusi tahanan yang ditangkap, membunuh anak-anak tak berdosa bahkan dengan senjata pemusnah masal. Mereka memperbudak, melakukan perkosaan dan kekerasan terhadap perempuan. Mereka mengancam minoritas agama dengan genosida. Bahkan nasib serupa juga dialami oleh umat Islam di Suriah, Irak, Afrika Tengah, Miyanmar, Kashmir, Pattani, Uighur, Xinjiang dan lain-lain. Adakah Amerika menyebarkan penasehat militernya, memberikan bantuan dana, meningkatkan pelatihan dan mempersenjatai para tentara untuk melawan tindak terorisme tersebut sebagaimana sikapnya melawan ISIS? Apakah Amerika menggalang dukungan dunia untuk menghentikan pelanggaran HAM yang selama ini diagung-agungkan yang terjadi pada kaum muslim sebagaimana galangan dukungan yang dia lakukan untuk melawan ISIS?

Kedua, benarkah Amerika memerangi ISIS hanya karena dia telah menimbulkan ancaman bagi rakyat Irak dan Suriah dan lebih luas di Timur Tengah, termasuk warga negara personil dan fasilitas Amerika? Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tony Cartalucci mengatakan bahwa ISIS sebenarnya adalah buatan AmerikaSerikat dan sekutu Teluk Persia, yakni Arab Saudi, Qatar, dan baru-baru ini ditambahkan ke dalam daftar, Kuwait. Di kawasan Teluk Persia, ancaman Iran, Assad, dan perang sektarian Sunni-Syiah mengalahkan tujuan AS untuk menstabilitasi dan moderasi di wilayah tersebut. Emas hitam yang melimpah ruah salah satu agenda utama yang hendak dicapai Amerika dan sekutunya. Sehingga kelompok ekstremis yang mengancam keberadaan negara Irak dibangun dan tumbuh selama bertahun-tahun dengan bantuan donor elit dari sekutu Amerika. Alhasil gagasan "intervensi" Amerika untuk menghentikan ISIS sebanding dengan pelaku pembakaran memadamkan api dengan bensin yang lebih banyak. (www.globalresearch.ca)

Wahai kaum muslim, bukalah mata untuk melihat dan membongkar makar sebuah permusuhan. Bukalah telinga untuk mendengar kebenaran di dunia. Dan bukalah mulut kita untuk menyuarakan kebenaran itu dengan lantang tanpa gentar. Sungguh apa yang sedang Amerika dan sekutunya lakukan sekarang adalah untuk memicu perang persaudaraan. Kita lihat bagaimana pemimpin negeri-negeri islam diadu domba dan didesain untuk saling melawan satu sama lain. Butuh berapa nyawa kaum muslim lagi yang perlu dikorbankan agar kita sadar? Butuh berpa liter lagi darah kaum muslim yang mengucur agar kita peduli? Sungguh, Rasulullah tercinta berkata nyawa seorang kaum muslim lebih berharga bahkan dibandingkan dengan runtuhnya ka’bah. Oleh karena itu, kekuatan negara adidaya butuh dilawan dengan negara adidaya pula. Kekuatan sebuah persatuan musuh, butuh dilawan oleh sebuah persatuan pula. Negara adidaya dan persatuan itu tidak lain adalah negara Khilafah sesuai manhaj kenabian yang didirikan sesuai dengan metode Rasulullah. Hanya Khilafah lah yang akan mampu melawan kekuatan besar dunia dan kembali melindungi seluruh kaum muslim di manapun dia berada. Sungguh khilafah adalah janji Allah, dan Allah adalah sebaik-baik penepat janji.

Wallohu’alam bi ashowab

Penulis: Tresna Mustikasari


latestnews

View Full Version