View Full Version
Senin, 22 Dec 2014

Mengapa Kampus-Kampus di Cina Membuka Jurusan Bahasa Indonesia?

BEIJING (voa-islam.com) - Cina menjadi raksasa dunia, dan posisinya menggantikan Amerika Serikat. Dengan GDP yang mencapai $ 9.34 triliun dollar itu, dan ekonominya terus tumbuh, Cina akan terus meluaskan kekuatan ekonomi, dan akan mencaplok negara lainnya di kawasan Asia-Pasifik.

Apalagi dengan kekuatan 'Cina Perantauan' (Chinese Oversease) yang GDP jauh lebih besar, terutama di Asia Tenggara, pengaruh kekuatan ekonomi di kawasan Asia-Pasific dan Tenggara akan semakin dominan. China akan terus mencaplok wilayah yang luas di Asia, dan akaan dijadikan pasar ekonomi Cina.

Tahun 2015 ini, kawasan Asia-Pasifik akan memasuki pasar bebas, dan ini berarti akan semakin kuatnya kecenderungan masuk barang, jasa, dan manusia, terutama para ahli, dan investor masuk di kawasan Asia-Pasific. Indonesia dengan posisi yang sangat strategis, dan dengan jumlah penduduk 250 juta akan menjadi target mangsa Cina.

Sekarang sudah banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia, di mana CEO nya orang Cina, dan mengelola perusahaan Indonesia. Seperti Telkomsel, yang saham terbesarnya (65 persen) masih milik pemerintah Indonesia, dan 35 persen sahamnya miliki Singapore, menurut penuturan seorang pegawai Telkomsel, sudah banyak CEO orang Cina dan India.

Seperti di ucapkan oleh Meneg BUMN, Rini Soemarno, yang menegaskan akan mengambil sejumlah CEO dari asing yang akan mengelola perushaan-perusaahaan BUMN di Indonesia. Dengan kebijakan dari Jokowi yang melakukan 'open policy' terhadap asing, maka  semakin membuka lebar, masuknya asing ke Indonesia.

Sementara itu, Atase Pendidikan KBRI di Beijing, Priyanto Wibowo mengatakan, sebanyak 13 kampus di Tiongkok telah membuka jurusan Bahasa Indonesia hingga akhir 2014 ini.

Kampus terlama yang membuka jurusan Bahasa Indonesia, menurut Priyanto, adalah Peking University. Sementara kampus yang memiliki mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia terbanyak adalah Yunan University.

“Sejauh ini mahasiswa jurusan bahasa Indonesia terbanyak ada di Yunan University, lebih dari 100 mahasiswa asal Tiongkok,” ujar Priyanto kepada wartawan di Jakarta,  Jumat (19/12).

Jumlah pengajar jurusan Bahasa Indonesia di Tiongkok diakui Priyanto masih sangat sedikit. Menurut data yang dimiliki Atase Pendidikan KBRI, saat ini di Beijing dan Yunan masing-masing hanya memiliki 4 tenaga pengajar jurusan Bahasa Indonesia.

Atase Pendidikan KBRI di Beijing mengklaim sedang berupaya meningkatkan jumlah pengajar dengan mendatangkan dari Indonesia serta membantu kampus setempat dalam menyusun bahan serta metode pengajaran. Ada pula upaya langsung dari kampus setempat yang mendatangkan pengajar sebagai penutur asli dari Indonesia guna memberi pelatihan kepada mahasiswa.

Selain Peking University dan Yunan University, beberapa kampus yang membuka jurusan Bahasa Indonesia antara lain, Beijing International Studies University, Tianjin Foreign Studies University, Guangdong University of Foreign Studies, dan Shanghai International Studies University.

Dosen di Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia di Shanghai International Studies University, Huang Yue Min, Ph.D mengatakan, saat ini ada 30 mahasiswa Tiongkok di kampus tersebut yang belajar di jurusan Bahasa Indonesia. Kampus ini membuka program pemerimaan mahasiswa baru jurusan Bahasa Indonesia setiap dua tahun sekali.

Terus bertambah

Min berpendapat jumlah mahasiswa jurusan bahasa Indonesia di Shanghai International Studies University terus bertambah, antara lain disebabkan kedekatan hubungan internasional antara Indonesia dan Tiongkok.

“Ada kesamaan misi Indonesia dan Tiongkok, dan ini ada potensi besar karena keduanya sama-sama ingin memakmurkan jalur laut sejak Jokowi jadi presiden. Di sini kita bisa mengembangkan kemitraan kedua negara,” ujar Min.

Selain memelajari bahasa Indonesia, mahasiswa di Shanghai International Studies University juga memelajari politik, budaya dan perekonomian Indonesia.

Salah satu alumni jurusan Bahasa Indonesia di Shanghai International Studies University adalah Feng Huan, yang menempuh studinya sejak 2007 hingga 2011. Ia masuk di jurusan ini karena terpilih langsung oleh kampus tanpa melewati tes penerimaan mahasiswa baru.

“Dahulu saya tidak tahu banyak tentang Indonesia, tapi sekarang saya tahu politik sampai ekonominya,” ujar Huan.

Huan kini bekerja di perusahaan teknologi dan telekomunikasi Huawei yang berbasis di Jakarta. Ia melamar di perusahaan tersebut setelah lulus kuliah dan kebetulan pada saat itu, Huawei sedang membutuhkan karyawan yang bisa berbahasa Indonesia dan mengerti soal kondisi Indonesia.

Huan lalu bergabung dengan Huawei pada 2011 dan menjalani pelatihan di kantor pusat di kota Zhenzhen selama tiga bulan. Sejak itu dan hingga kini, Huan bekerja untuk Huawei di Jakarta.

Selain Huan, ada pula alumni jurusan bahasa Indonesia di Shanghai International Studies University, yang bernama Wu Weiling. Kini, Weiling bekerja di Konsulat Jenderal Indonesia di kota Shanghai yang resmi dibuka sejak Maret 2012. 

Bahkan, di Jakarta, MetroTV sudah membuat siaran dalam bahasa Cina, dan nampaknya ini menjadi bagian dari usaha membuka lebih luas bagi kepetingan Cina di Indonesia, di mana kelompok Cina sudah menguasai 80 persen asset ekonomi Indonesia. Ini proyek masa depan bagi kepentingan Cina daratan yang ingin mencaplok Indonesia. [dimas/dbs/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version